Eks Dirut CIA, FBI, NSA dari Partai Republik Beramai-ramai Kampanyekan Tolak Trump Pilih Joe Biden
Ada pejabat intelijen dan keamanan nasional pada masa pemerintahan Ronald Reagen, George HW Bush, George W Bush, dan era Donald Trump.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES – Lebih kurang 70 tokoh kuat Republik yang pernah memimpin lembaga-lembaga top AS, menyatakan mendukung Joe Biden (Demokrat).
Mereka terdiri eks Kepala CIA, eks Direktur FBI, lembaga intelijen nasional lain menyebut Donald Trump tidak layak memimpin lagi.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat (21/8/2020) pagi ini WIB, kelompok tokoh itu menyebut diri mereka “Eks Pejabat Keamanan Nasional Republik untuk Biden”.
Tokoh-tokoh yang bergabung dalam kelompok ini bertugas sebagai pejabat intelijen dan keamanan nasional pada masa pemerintahan Ronald Reagen, George HW Bush, George W Bush, dan Trump.
Di antara mereka ada Jenderal Michael Hayden, eks Direktur Badan Keamanan Nasional (NSA) dan eks Direktur CIA.
Kemudian William Webster, satu-satunya tokoh AS yang pernah merangkap jabatan Direktur CIA sekaligus FBI.
Lalu ada John Negroponte, direktur pertama Badan Keamanan Nasional AS. Michael Leiter, mantan Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional, dan Mike Donley, mantan Menteri Angkatan Udara AS.
Kemunculan kelompok 73 jenderal dan politisi Republik ini mewarnai suasana politik menjelang nominasi Trump oleh Partai Republik yang akan dimulai Senin (24/8/2020).
Realitas politik yang dinamis di kalangan Republik ini menunjukkan Trump telah meminggirkan peran dan pengaruh mereka menyangkut kebijakan keamanan dan luar negeri.
“Trump menunjukkan dirinya lamban dan tidak kompeten memimpin negara ini. Ia juga cenderung korup dan tak layak menjalankan tugas sebagai presiden,” tulis pernyataan kelompok itu di iklan yang dipajang di media The Wall Street Journal.
“Kami menyimpulkan Donald Trump telah gagal, dan Joe Biden seharusnya dipilih sebagai Presiden AS yang akan datang ,” lanjut pengumuman itu.
Kelompok itu memberi contoh kegagalan kepemimpinan Trump menangani pandemi global virus corona, yang menewaskan 170 ribu penduduk AS.
Kegagalan itu juga memicu kemerosotan ekonomi, krisis sosial politik menyusul aksi demonstrasi mengutuk rasialisme terhadap warga kulit hitam Amerika.
Trump pernah merespon kelompok-kelompok yang menyebut dirinya Republik dan mengkampanyekan Biden sebagai usaha tidak berpengaruh.
Bob Tutle, pejabat di era Ronald Reagen dan Dubes AS untuk Inggris di bawah George W Bush, mengecam Trump tak berkutik saat pandemi virus corona menerjang Amerika.
“Dia terlampau narsis. Dia liar, dia manusia tak berguna, Presiden AS paling buruk sepanjang sejarah,” kata Tuttle kepada Reuters.
Tokoh kelompok lain, James Glassman, pejabat Kemenlu era George W Bush, menuduh Trump menciptakan kekacauan global.
“Lemahnya kepemimpinan menimbulkan kematian 170 ribu penduduk negeri kita ini,” kata Glassman. “Ini tak termaafkan bagi negeri yang memiliki para pakar kesehatan terbaik di dunia,” lanjutnya.
Kelompok ini sedang mempersiapkan berkas gugatan ke pemerintah Trump, terkait ketidakmampuan Trump menjalankan tugas sebagai pemimpin negara.
Trump dinilai menimbulkan persepsi pesimistis terhadap Amerika. Kebijakan-kebijakan terhadap imigran juga dinilai negatif.
Jumat ini, kelompok 70 eks pejabat AS dari Republik, akan meluncurkan situs “Defending Democracy Together”, untuk memayungi kelompok-kelompok antiTrump.
Tokoh-tokoh teras Republik lain yang pengaruhnya masih cukup kuat, juga telah melabuhkan dukungan ke Biden, dan menolak Trump.
Ada Jenderal Collin Powell, mantan Kepala Staf Gabungan AS era George W Bush dan memimpin perang Teluk I. Ia juga Menteri Luar Negeri era George HW Bush.
Presiden George HW Bush juga pernah mengecam Trump sebagai pemimpin yang gagal. Ia memuji Biden sebagai pilihan rakyat AS paling masuk akal. (Tribunnews.com/Reuters/xna)