Rustono Akui Keberhasilannya Jadi Raja Tempe Berkat Dukungan Orang Indonesia yang Ada di Jepang
Upaya Rustono juga ingin mengangkat pengrajin tempe Indonesia untuk lebih sejahtera lagi dan tidak dibully.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Rustono (51), pria kelahiran Desa Kramat Penawangan Grobogan, Jawa Tengah yang menjadi raja tempe di Jepang mengakui keberhasilannya karena bantuan dan dorongan serta dukungan masyarakat Indonesia yang ada di Jepang.
"Pada awalnya memang diterima dengan sangat baik oleh WNI yang ada di Jepang. Dari sanalah semakin meluas infomasi tempe saya ke berbagai kalangan di Jepang," kata Rustono saat berbincang melalui aplikasi Zoom dengan para pecintanya, Jumat (28/8/2020).
Setelah itu Rustono bertemu dengan seorang wartawan Jepang yang menuliskan berita mengenai tempe akhirnya menyebar dan perlahan mulai diterima warga Jepang.
Saat ini ada sekitar 5 produsen besar di Jepang termasuk "Tempeh Rusto" buatan Rustono yang telah menyebar pula di 10 negara seperti China, Korea, Meksiko, Perancis, Hungaria, Polandia, Jerman dan sebagainya.
Setelah menikah dengan wanita Jepang, Tsuruko Kuzumoto tahun 1997, mantan pegawai Hotel Sahid ini pindah ke Shiga (tetangga Kyoto).
Saat itu istrinya memperbolehkan Rustono berusaha membentuk perusahaan sendiri jika pindah ke Jepang.
"Dulunya saya bekerja di perusahaan roti di Jepang. Saya pelajari semua usaha di perusahaan roti tersebut dan ternyata ownernya sangat senang setelah melihat cara kerja saya," kata Rustono.
Memiliki dua anak perempuan berusia 24 tahun dan 20 tahuni, Rustono sekali memproduksi tempe sebanyak 10.000 pak dan rencana menargetkan 30.000 pak nantinya.
"Permintaan tempe selalu bertambah setiap tahun, bersyukur semakin banyak yang suka makan tempe di Jepang," kata dia.
Padahal Rustono mengaku dulunya warga Jepang tidak tahu makanan apa itu tempe.
Baca: Rustono, Warga Indonesia Raja Tempe di Jepang Buka Kesempatan Usaha untuk WNI
"Mungkin karena dekat dengan natto yang disukai Jepang, akhirnya warga Jepang semakin suka juga," ujarnya.
Upaya Rustono juga ingin mengangkat pengrajin tempe Indonesia untuk lebih sejahtera lagi dan tidak dibully.
"Saya sering mendengar kalau pembuat tempe itu seringkali dibully oleh masyarakat, direndahkan. Saya ingin mengangkat derajat mereka dengan cara membuktikan bahwa tempe pun bisa maju dan besar berkembang dengan baik di Jepang sekali pun serta di berbagai negara lainnya," katanya.
Itulah sebabnya untuk mengembangkan tempe ke berbagai negara, Rustono sering ke luar negeri.
"Saya kalau ke luar negeri membawa serta istri karena anak-anak sudah besar dan bisa mengerjakan tempe saya juga."
Rustono berjanji akan tetap fokus pada tempe dan tak akan buat produk yang lain seperti tahu atau tempe kering dan sebagainya.
"Saya mau fokus saja buat tempe sampai kapan pun dan saya melihat tempe sampai kapan pun akan tetap ada dan disukai banyak orang," lanjutnya.
Rustono mengakui suka baca buku. Dia juga memiliki mentor orang Indonesia maupun orang asing sehingga banyak belajar dari banyak sumber di samping buku bacaan yang dibacanya setiap hari.
Sementara itu Buku "Rahasia Ninja di Jepang", pertama di dunia cerita non-fiksi kehidupan Ninja di Jepang dalam bahasa Indonesia, akan terbit 1 September 2020, silakan tanyakan ke: info@ninjaindonesia.com