Xi Jinping Sebut Kebijakan di Xinjiang Benar, Keukeuh Lakukan Indoktrinasi pada Muslim Uighur
Presiden China Xi Jinping menyebut kebijakannya di wilayah Xinjiang, yang memiliki penduduk multi etnis adalah benar.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Presiden China Xi Jinping menyebut kebijakannya di wilayah Xinjiang, yang memiliki penduduk multi etnis adalah benar.
Bahkan dia berjanji akan menanamkan identitas nasional Tiongkok 'merasuk ke dalam jiwa' pada orang Uighur dan minoritas Muslim di sana.
Dilansir The New York Times, Xi melontarkan pernyataan ini di depan awak media saat konferensi pers Sabtu (26/9/2020) lalu.
Kemungkinan pernyataan Xi ini menggambarkan arah kebijakan China di Xinjiang untuk tahun-tahun mendatang.
Dari sejumlah pernyataannya tersebut, Xi mengisyaratkan bahwa dirinya tidak takut dengan kecaman dari negara AS dan Eropa.
Baca: Ribuan Masjid di Xinjiang Dihancurkan, Termasuk Masjid Bersejarah Dibangun 1540: Jadi Lahan Parkir
Baca: Video Warga Uighur Diikat dan Dipaksa Naik Kereta, Dubes Tiongkok: Itu Bukan di Xinjiang
Diketahui selama ini negara Eropa dan AS mengecam keras tindakan pemerintah China pada komunitas Muslim Uighur di Xinjiang.
Presiden China ini tidak mengubah tekadnya untuk tetap menundukkan minoritas Muslim Xinjiang.
Dalam hal ini pemerintah China melakukannya melalui strategi ganda, indoktrinasi politik dan perubahan demografis yang dikendalikan negara.
"Dilihat secara keseluruhan, Xinjiang menikmati pengaturan stabilitas sosial yang menguntungkan dengan orang-orang yang hidup dalam kedamaian dan kepuasan," kata Xi dalam pertemuan tersebut, menurut ringkasan yang dikeluarkan oleh kantor berita Xinhua.
"Fakta telah banyak menunjukkan bahwa pekerjaan minoritas nasional kami telah berhasil," tambahnya.
Baca: Pengkritik Presiden China Xi Jinping Divonis 18 Tahun Penjara
Pidato Xi ini secara tidak langsung mengungkap bagaimana strategi keamanan China di Xinjiang selama ini.
Padahal komunitas internasional sudah berkali-kali mengecam tindakan China ini.
Dimana pihaknya mendirikan kamp indoktrinasi dan menahan ratusan ribu hingga jutaan minoritas Muslim di Xinjiang.
Namun meski sudah dikritik dan dikecam, tidak ada tanda-tanda Xi Jinping akan melunakkan kebijakannya di sana.
"(Strategi Partai Komunis China di Xinjiang telah terbukti) sepenuhnya benar," kata Xi.
Seraya menambahkan bahwa "itu harus dipertahankan untuk jangka panjang."
Implikasi dari komentar terbaru Xi di Xinjiang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk menjadi jelas.
Kilas Balik Kebijakan China pada Warga Minoritas Xinjiang
Xi melakukan pertemuan serupa pada 2014 silam.
Saat itu dia membahas tindakan yang lebih keras atas kerusuhan, perlawanan, dan kekerasan separatis di Xinjiang.
Sejak pasukan Partai Komunis China mengambil alih Xinjiang pada 1949, pemerintah berusaha mengendalikan warga Uighur, Kazakh, dan minoritas lain di wilayah tersebut.
Bahasa Turki dan tradisi Muslim di sana membedakan mereka dari mayoritas Han di China.
Banyak anggota minoritas ini yang tidak menyukai kekuatan mayoritas Han di China.
Setelah serangkaian serangan dan protes oleh orang-orang Uighur, Xi menetapkan kebijakan radikal di Xinjiang setelah 2014.
Sejak saat itu berdiri ratusan kamp indoktrinasi yang digunakan untuk mengubah cara pikir warga Muslim di sana.
Masih mengutip The New York Times, kamp juga dimaksudkan melemahkan ketaatan warga Uighur dan Kazakh pada agama yang dianut serta membuat mereka setia dengan Tiongkok.
Di saat yang sama, pemerintah China mengeluarkan ratusan ribu orang Uighur dari desa-desa dan menugaskan mereka untuk bekerja di perkotaan dan pabrik.
Dengan harapan mereka akan lebih sukses dan mengesampingkan gaya hidup tradisional di kampung.
Baca: Cerita Lockdown di Xinjiang: Warga Dikurung, Dipaksa Minum Obat Tradisional China, dan Didesinfeksi
Baca: Sosok Dilraba Dilmurat, Artis Tiongkok Keturunan Suku Muslim Uighur yang Buat Atlet Dunia Terpesona
Pemerintah China terus membangun kamp penahanan di wilayah tersebut, termasuk kompleks penjara raksasa yang dikelilingi tembok tinggi, sebagaimana dilaporkan Institut Kebijakan Strategis Australia dalam laporan yang dirilis pada hari Kamis.
Secara terpisah, laporan lain yang dirilis oleh Institut dan penyelidikan paralel oleh The New York Times, menemukan bahwa ribuan masjid, tempat suci, dan situs keagamaan Islam lainnya di Xinjiang telah dihancurkan sejak 2017.
Dalam pidatonya, Xi Jinping tidak secara gamblang menyebutkan kamp indoktrinasi yang disebut pusat pelatihan kejuruan.
Kendati demikian, pernyataanya menunjukkan bahwa dia ingin melanjutkan upaya indoktrinasi di Xinjiang.
"Gabungkan pendidikan tentang kesadaran bersama tentang kebangsaan China ke dalam pendidikan untuk kader Xinjiang, pemuda dan anak-anak, dan masyarakat," kata Xi.
"Buat kesadaran bersama tentang kebangsaan China mengakar jauh di dalam jiwa."
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)