Pejabat Korsel yang Ditembak Mati Pasukan Korea Utara Diyakini Membelot karena Banyak Hutang Judi
Pejabat Korea Selatan yang ditembak mati oleh pasukan Korea Utara diyakini berencana membelot ke negara diktator itu.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
Dia juga mengatakan pria itu menyampaikan keinginannya untuk membelot sebelum kematiannya.
Yoon juga mengutip informasi intelijen bahwa pihak Korea Utara mengetahui informasi pribadi korban tembak mati tersebut.
Korut mengetahui nama, usia, tinggi badan, hingga kota asal pria itu, sehingga membuktikan dia telah berkomunikasi dengan pihak Korut.
Yoon tidak menjelaskan lebih lanjut, namun para ahli mengatakan Yoon mungkin merujuk pada intersepsi komunikasi Korea Selatan di antara pejabat Korea Utara tentang pria itu.
Pihak otoritas penjaga pantai itu sebelumnya mengatakan pria 47 tahun tersebut adalah ayah dua anak dan memiliki sejumlah hutang.
Yoon mengatakan total utangnya sekitar 330 juta won sekira Rp 4,2 milyar, 80 persen di antaranya berasal dari perjudian.
Pejabat itu naik kapal inspeksi pemerintah sebelum dia menghilang pada 21 September dan dibunuh oleh pasukan Korea Utara keesokan harinya.
Baca: Pejabat Korea Selatan Ditembak Mati dan Dibakar Pasukan Korut saat Melintasi Perbatasan
Baca: Kim Jong Un Minta Maaf Atas Pembunuhan Pejabat Korea Selatan, Terungkap 10 Tembakan Dilepaskan
Penjaga pantai mengatakan penilaiannya didasarkan pada analisis arus pasang surut di daerah tersebut, kunjungan ke kapal pemerintah yang dinaiki pria itu sebelum menghilang, penyelidikan transaksi keuangannya, dan pertemuan dengan pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Kakak lelaki pria itu, Lee Rae-jin mengatakan kepada wartawan Selasa malam bahwa saudaranya bangga dengan pekerjaannya sebagai pegawai negeri dan tidak pernah memberitahunya tentang keinginan untuk membelot.
"Pemerintah dengan tergesa-gesa menyimpulkan saudara laki-laki saya dengan pembelotan Korea Utara," kata Lee.
Dia menuduh pemerintah kehilangan 'waktu emas' dan kurang berupaya menyelamatkan saudaranya.
Sementara itu Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un sudah mengirim permintaan maaf atas insiden ini.
Namun sampai saat ini pemerintahannya belum mengonfirmasi kebenaran niat membelot dari pria tersebut.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)