Pemenggalan Guru di Prancis: Unjuk Rasa Digelar sebagai Bentuk Penghormatan
Pengunjuk rasa memenuhi Prancis pada Minggu (18/10/2020) untuk memberikan penghormatan pada Samuel Paty, guru yang dipenggal kepalanya.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Pihak kepolisian mengatakan kepada kantor berita AFP, sebelumnya, Paty mengadakan diskusi kelas dengan siswa sekolah menengah tentang kartun Nabi Muhammad.
Beberapa orang tua Muslim mengatakan, mereka telah mengadu ke sekolah dan media Prancis, Paty telah menerima sejumlah ancaman setelah kelas tersebut.
Baca juga: Jejak Paris Morgue, di Mana Kamar Mayat Jadi Objek Wisata di Prancis
Baca juga: Antoine Griezmann Kian Dekati Catatan Gol David Trezeguet hingga Thierry Henry di Timnas Prancis
Apa latar belakang serangan ini?
Lebih lanjut, insiden itu terjadi ketika pemerintah Prancis menyusun RUU untuk menangani kelompok radikal Islam yang menurut pihak berwenang menciptakan "masyarakat paralel di luar nilai-nilai Republik Prancis".
Ini menandai terorisme kedua terkait insiden majalah satir Charlie Hebdo, sejak persidangan dimulai Januari 2015.
Majalah tersebut menerbitkan kartun yang menggambarkan Mohammad.
Saat persidangan berlangsung, majalah tersebut menerbitkan ulang pada tahun ini.
Tiga minggu lalu, seorang berusia 18 tahun dari Pakistan ditangkap setelah menikam dua orang di luar bekas kantor Charlie Hebdo.
Dia mengatakan kepada polisi bahwa dia kesal dengan publikasi caricatures.
Korbannya menderita luka yang tidak mengancam jiwa.
Baca juga: Seorang Pria Jadi Korban Penembakan di Tempat Hiburan Malam Tangerang, Pelaku Mengaku Anggota Polri
Baca juga: Model Majalah Playboy Ini Ceritakan Pengalamannya Bertemu Monyet Nakal saat Liburan ke Bali
Bagaimana reaksi orang-orang terhadap insiden tersebut?
Diketuai oleh Macron, Dewan Pertahanan Prancis pada Minggu memutuskan untuk memperkuat keamanan di sekolah-sekolah pada awal tahun ajaran.
Selain itu, Dewan Pertahanan Prancis juga mengambil "tindakan nyata" terhadap kelompok atau individu yang mengirimkan pesan kebencian setelah pembunuhan itu.
Macron "menyerukan agar tindakan cepat diambil dan tidak ada jeda yang diberikan kepada mereka yang mengatur untuk menentang tatanan republik," tambah Elysée.