Profil Kamala Harris, Wanita Kulit Hitam Keturunan Asia Pertama yang Menjabat Wakil Presiden AS
Berikut ini profil Kamala Harris, wanita kulit hitam keturunan Asia pertama yang sekarang menjabat sebagai wakil presiden AS.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini profil Kamala Harris, wanita kulit hitam keturunan Asia Selatan yang sekarang menjadi wakil presiden AS.
Dilansir dari New York Post, mereka mendapatkan 20 suara elektoral negara bagian yang membuatnya melebihi angka 270, angka yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Dengan capaian tersebut, Kamala Harris membuat sejarah dan membantu Joe Biden mengakhiri kepemimpinan Donald Trump dengan total 290 suara elektoral yang diraihnya.
"We did it, we did it Joe (Kita berhasil, kita berhasil Joe),"
"You're going to be the next President of the United State," kata Kamala Harris dalam unggahan di Instagram-nya.
Lantas siapakah Kamala Harris?
Baca juga: Pidato Perdana, Wapres Baru AS Kamala Harris Bicara Hak Perempuan dan Demokrasi
Profil Kamala Harris
Kamala Harris, wanita kelahiran 20 Oktober 1964 di Oakland, California.
Kedua orang tua Harris dari imigran Amerika Serikat, ibunya kelahiran India dan ayah kelahiran Jamaika.
Dia tumbuh dengan mewarisi darah India-nya.
Harris mengatakan bahwa ibunya mengadopsi budaya kulit hitam Oakland dan membenamkannya ke dirinya dan adik perempuannya Maya.
"Ibuku mengerti betul bahwa dia membesarkan dua anak perempuan kulit hitam," tulis Harris dalam otobiografinya The Truths We Hold.
"Dia tahu bahwa tanah air angkatnya akan melihat Maya dan dirinya sebagai gadis kulit hitam. Dan dia bertekad untuk memastikan akan tumbuh menjadi wanita kulit hitam yang percaya diri dan bangga," dikutip dari BBC, Minggu (8/11/2020).
Ketika Harris di Howard University, salah satu perguruan tinggi dan universitas kulit hitam terkemuka dalam sejarah bangsa, dia menggambarkannya sebagai salah satu pengalaman paling formatif dalam hidupnya.
Kata-katanya kepada siswa di Howard, ketika dia kembali untuk berpidato pada lulusan tahun 2017, membawa mereka dalam perjalanan dari protes ras Ferguson tahun 2014 ke aula Capitol Hill hanya dalam satu kalimat.
"Kalian para pelajar telah bergabung dalam perjuangan untuk keadilan, kalian memprotes,"
"Dari jalanan Ferguson ke aula Kongres Amerika Serikat, Anda telah menghayati kata-kata James Baldwin, 'Tidak pernah ada waktu di masa depan di mana kita akan mengerjakan keselamatan kita. Tantangannya ada pada saat ini, waktu selalu sekarang'," kata Harris.
Baca juga: Kamala Harris Telepon Joe Biden: Kita Berhasil Joe, Kamu Akan Jadi Presiden Amerika Serikat
Baca juga: Kamala Harris Sumringah saat Pidato Pertama sebagai Wapres Terpilih: Hari Baru bagi Amerika
Selain itu, Kamala Harris juga beroperasi dengan mudah di komunitas yang didominasi kulit putih.
Tahun-tahun awalnya termasuk masa singkat di Kanada, ketika Ms Gopalan Harris mengambil pekerjaan mengajar di McGill University, Kamala Harris dan adik perempuannya Maya pergi bersamanya, bersekolah di Montreal selama lima tahun.
Ms Harris mengatakan dia selalu nyaman dengan identitasnya dan hanya menggambarkan dirinya sebagai "orang Amerika".
Dia mengatakan kepada Washington Post pada 2019, bahwa politisi tidak harus masuk ke dalam kompartemen karena warna atau latar belakang mereka.
"Maksud saya adalah: Saya adalah diri saya sendiri. Saya mahir dalam hal itu. Anda mungkin perlu mencari tahu, tapi saya baik-baik saja dengan itu," katanya.
Kamala "Momala"
Pada tahun 2014, Kamala Harris menikah dengan pengacara Doug Emhoff, yang sekarang menjadi pelengkap di kampanyenya dan menjadi ibu tiri bagi kedua anaknya.
Tahun lalu dia menulis artikel untuk majalah Elle tentang pengalaman menjadi ibu tiri dan mengungkapkan istilah yang kemudian mendominasi banyak tajuk berita.
"Ketika Doug dan aku menikah, Cole, Ella, dan aku setuju bahwa kami tidak menyukai istilah Ibu tiri. Namun sebaliknya mereka memiliki panggilan sayang untukku yaitu Momala," ujar Harris.
Momala digambarkan sebagai lambang dari keluarga "campuran" Amerika modern, sebuah citra yang diambil media dan yang menempati banyak kolom inci tentang bagaimana kita berbicara tentang politisi perempuan.
Saat terpilih menjadi wakil presiden, Harris tidak mungkin kehilangan julukan tersebut.
Tetapi di sisi lain banyak yang berpendapat bahwa dia juga harus dilihat dan diakui sebagai keturunan dari jenis keluarga lain dan itu adalah pewaris generasi aktivis perempuan kulit hitam.
Baca juga: 2 Sejarah Baru Amerika Jika Joe Biden dan Kamala Harris Dilantik Jadi Presiden dan Wakil Presiden
Baca juga: Kamala Harris jadi Wanita Kulit Hitam dan Keturunan Asia Pertama yang Menjabat Wakil Presiden AS
"Dia pewaris warisan penyelenggara akar rumput, pejabat terpilih, dan kandidat yang gagal yang membuka jalan ke Gedung Putih. Perempuan kulit hitam dipandang sebagai kekuatan politik alam dalam politik demokratis dan partai Demokrat," ungkap Nadia Brown, profesor asosiasi ilmu politik dan studi Afrika Amerika di Perdue University.
"Kemenangannya bersejarah, tetapi itu bukan miliknya sendiri. Kemenangan ini dibagikan dengan wanita kulit hitam yang tak terhitung jumlahnya." tambahnya.
Perjalanan Karir Kamala Harris
Karirnya sebagai jaksa membuat dia menjadi politisi, dan itu menimbulkan beberapa manfaat dan risiko politik.
Dia mulai bekerja di Kantor Jaksa Wilayah Alameda County dan menjadi jaksa wilayah, jaksa tertinggi untuk San Francisco pada tahun 2003.
Setelah itu, dia terpilih sebagai wanita pertama dan orang kulit hitam pertama yang menjabat sebagai jaksa agung California pada tahun 2010.
Dia mendapatkan reputasi sebagai salah satu bintang Partai Demokrat yang sedang naik daun, dan menggunakan kesempatan tersebut untuk maju sebagai senator junior AS di California pada 2017.
Tetapi Harris harus menghadapi situasi yang sulit, antara menyenangkan Demokrat California dan menjadi politisi untuk negara di mana tidak memutuskan siapa yang akan menjadi presiden.
Kemudian, dia mendapat dukungan di antara kaum progresif karena pertanyaan pedasnya terhadap calon Mahkamah Agung saat itu, Brett Kavanaugh.
Sebagai calon presiden dari Partai Demokrat, penampilan debatnya yang mahir tidak cukup untuk mengimbangi kebijakan yang diartikulasikan dengan buruk.
Berjalan di garis tipis antara sayap progresif dan moderat, dia akhirnya tidak memilih keduanya.
Meskipun bersandar pada masalah-masalah seperti pernikahan gay dan hukuman mati, dia menghadapi serangan berulang kali dari kaum progresif karena tidak cukup progresif.
Selama pencalonannya sebagai presiden, Profesor Hukum Universitas San Francisco, Lara Bazelon, mengatakan bahwa Harris sebagian besar menghindari perkelahian progresif yang melibatkan isu-isu seperti reformasi polisi, reformasi narkoba, dan hukuman yang salah.
Baca juga: Rangkuman Debat Cawapres AS 2020 Mike Pence vs Kamala Harris: 4 Hal yang Menjadi Sorotan
"Kamala adalah polisi", dan itu adalah kalimat yang umum digunakan dalam kampanye, merusak upayanya untuk memenangkan basis Demokrat yang lebih liberal selama pemilihan.
"Seseorang dengan latar belakang penegakan hukum, dan dianggap di negaranya sendiri sebagai tidak cukup progresif, mencoba untuk menunjukkan diri yang tidak autentik,"
"Itu terlihat sangat berbeda dalam slot wakil presiden," kata Gil Duran, direktur komunikasi Kamala Harris pada tahun 2013 dan yang mengkritik pencalonannya untuk pencalonan presiden.
Namun, pekerjaan Harris adalah kunci untuk membentuk platform dan profil, di mana dia mencitrakan diri menjadi Senat yang sukses pada 2016, dan merupakan senator wanita kulit hitam kedua yang pernah ada.
Tugasnya sebagai jaksa agung juga membantunya menjalin hubungan dengan putra Biden, Beau, yang memegang posisi yang sama di negara bagian Delaware, dan meninggal karena kanker pada usia 46 tahun pada 2015.
"Saya tahu betapa Beau sangat menghormati Kamala dan karyanya, dan itu sangat berarti bagi saya, jujur saja kepada Anda, saat saya membuat keputusan ini," kata Biden selama penampilan pertamanya dengan Harris sebagai calon wakil presiden, dikutip dari Kompas.com, Minggu (8/11/2020).
Harris juga bentrok dengan Biden selama debat Demokrat pertama, mencaci mantan senator itu atas penentangannya terhadap program bus 1970-an, yang memaksa integrasi sekolah-sekolah terpisah.
"Ada seorang gadis kecil di California yang merupakan bagian dari kelas dua yang mengintegrasikan sekolah umum, dan dia naik bus ke sekolah setiap hari," katanya.
"Dan gadis kecil itu adalah aku."
Bentrokan itu tidak menghentikannya untuk memilih Harris, yang telah membawa energi penuh semangat itu ke kampanye Biden.
(Tribunnews.com/Latifah)