Arti Simbol Pita Merah di Hari AIDS Sedunia 1 Desember, Simak Makna dan Sejarahnya di Sini!
Apa arti simbol pita merah yang identik dengan peringatan Hari AIDS Sedunia? Simak makna dan sejarahnya di sini!
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember setiap tahunnya.
Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, biasanya orang-orang memakai pita merah.
Meski begitu, pemakaian pita merah ini tak hanya dilakukan saat Hari AIDS Sedunia.
Lantas, apa makna dari simbol pita merah?
Dikutip Tribunnews dari worldaidsday.org, pita merah merupakan simbol kesadaran dan dukungan untuk penderita HIV.
Baca juga: 20 Ucapan Hari AIDS Sedunia dari Para Tokoh Dunia, Kutipan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
Baca juga: Penularan HIV/AIDS Dari Ibu Ke Anak Sangat Bisa Dicegah, Begini Caranya
Mengenakan pita merah adalah cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai HIV selama dan menjelang Hari AIDS Sedunia.
Ide simbol pita merah ini berawal pada 1991 saat 12 seniman berkumpul di sebuah galeri di East Village, New York, Amerika Serikat.
Dalam pertemuan itu, mereka membahas soal proyek baru AIDS Visual, organisasi seni tentang HIV di New York.
Lewat pertemuan itulah para seniman mencetuskan ide mengenai simbol pita merah yang dikenakan untuk menandakan kesadaran serta bentuk dukungan pada penderita HIV.
Pada saat itu, penderita HIV sangat distigmatisasi.
Tak hanya itu, banyak penderita HIV hidup bersembunyi karena takut menerima perlakuan diskriminasi.
Karena itu, para seniman ingin menciptakan ekspresi visual kasih sayang untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Simbol pita merah oleh para seniman terinspirasi dari pita kuning yang diikat di pohon, untuk menunjukkan dukungan bagi pertempuran militer Amerika Serikat ketika Perang Teluk.
Mereka memutuskan bentuk lingkaran pada pita kuning sangat elegan dan mudah dibuat serta ditiru.
Lalu, warna merah dipilih karena berarti berani, serta terasosiasi dengan gairah, hati, dan cinta.
Baca juga: Jokowi Minta Pemberantasan Stunting hingga HIV/AIDS Harus Tetap Dijalankan
Baca juga: Pabrik Obat HIV/AIDS Pertama di Indonesia Berdiri di Semarang, Ini Kata Gubernur Ganjar
Pada masa-masa awal simbol pita merah dicetuskan, para seniman membuat dan mendistribusikannya sendiri ke berbagai galeri seni dan teater di New York.
Awalnya, mereka menyertakan beberapa teks untuk menjelaskan makna pita.
Namun, seiring berjalannya waktu, teks tersebut tak dibutuhkan karena pita merah semakin terkenal.
Dalam beberapa minggu setelah pendistribusian awal, pita merah bisa dilihat di acara-acara terkenal, seperti karpet merah Oscar.
Media pun memperhatikan dan dalam waktu singkat, pita merah diakui secara universal.
Pada 1992 ketika Paskah, 100.000 pita merah dibagikan kepada penonton konser yang digelar untuk mengenang Freddie Mercury, di Stadion Wembley.
Pita merah dalam perjalanannya menjadi kekuatan ampuh dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV.
Tak hanya itu, pita merah juga menginspirasi badan amal lain untuk memanfaatkan simbol tersebut, seperti pita merah muda untuk meningkatkan kesadaran mengenai kanker payudara.
Sejarah Hari AIDS Sedunia
Masih mengutip laman yang sama, Hari AIDS Sedunia menjadi kesempatan bagi orang-orang di seluruh dunia untuk bersatu memerangi HIV.
Selain itu, Hari AIDS Sedunia juga bisa menjadi ajang menunjukkan dukungan bagi penderita HIV, serta mengenang mereka yang meninggal karena penyakit terkait AIDS.
Diperingatinya Hari AIDS Sedunia setiap tahun berawal dari Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia untuk membahas program pencegahan AIDS pada 1988.
Sejak saat itu, Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember mulai diperingati pihak pemerintah, organisasi internasional, dan yayasan amal di seluruh dunia.
Diketahui, virus HIV baru teridentifikasi pada 1984 dan sejak itu lebih dari 35 juta orang meninggal karena virus ini.
Hari AIDS Sedunia sangat penting diperingati karena mengingatkan kita bagaimana HIV adalah satu diantara pandemi paling merusak dalam sejarah.
Tak hanya itu, Hari AIDS Sedunia diperingati agar masyakarat dan pemerintah tahu, masih ada kebutuhan menggalang dana, meningkatkan kesadaran dan pendidikan, serta melawan prasangka terkait HIV.
Berdasarkan data WHO si situs who.int, pada 2019 tercatat 38 juta orang terinfeksi HIV.
Ada kasus baru HIV di tahun 2019 sebanyak 1,7 juta.
Lalu, 690 ribu orang meninggal karena terkait HIV.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)