Biden: Kesepakatan Nuklir Iran adalah Cara Terbaik untuk Hindari Perlombaan Senjata Timur Tengah
Presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan, kesepakatan nuklir Iran merupakan cara terbaik untuk menghindari perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
Rencana Biden Kembali Lagi ke Kesepakatan Nuklir
Saat berkampanye, Biden menjelaskan rencananya untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran, jika dia terpilih sebagai Presiden AS menggantian Donald Trump.
Tetapi, setelah hidup di bawah sanksi 'Tekanan Maksimum' yang dijatuhkan pemerintahan Trump, Teheran tak mudah mempercayai perkataan Amerika Serikat.
Seorang ahli dari Yayasan Pertahanan Demokrasi (Defense of Democracie) Behnam Ben Taleblu memberikan komentarnya lewat CNBC tak lama setelah Pilpres AS.
Baca juga: Iran Desak Presiden Terpilih AS Cabut Sanksi dan Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir
Baca juga: Tak Punya Pilihan, Trio Eropa Cetuskan Mekanisme Sengketa dalam Kesepakatan Nuklir Iran
"Tidak peduli betapa putus asa pemerintahan Biden untuk mencapai kesepakatan, tanggapan Iran lebih penting," katanya.
Para pejabat Iran telah menyinggung kembali ke Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Jika AS ingin kembali dengan kesepakatan nuklir Iran, Teheran berharap Washington emberikan "kompensasi atas pukulan ekonomi di bawah sanksi Trump".
Ekonomi Iran mengalami kontraksi sekira enam persen setiap tahun, sejak Trump secara sepihak menarik dari dari kesepakatan multi-negara.
Baca juga:Makin Panas, Iran Ungkap Kemungkinan Langgar Kesepakatan Nuklir, Kecuali Amerika Mau Hapus Sanksi
Kata Analis Timur Tengah
Lebih lanjut, Ryan Bohl, analis Timur Tengah yang bekerja pada Stratfor turut buka suara.
"Kami mengharapkan pemerintahan Biden untuk mencoba duduk di meja perundingan dengan Iran," kata Bohl.
"Tetapi, hambatan utama adalah Iran sendiri mungkin tidak bersedia untuk bernegosiasi," tegas Bohl.
Sementara, rencana Washington untuk kembali bergabung dengan kesepakatan nuklir Iran disebut Dave Des Roches, Profesor di National Defense University di Washington, DC sebagai racung politik.
Pemerintahan Trump saat ini memberikan lebih banyak sanksi pada Republik Islam sebelum masa jabatannya berakhir.