Boko Haram Kirim Pesan Suara, Akui Culik Ratusan Murid Sekolah di Nigeria
Boko Haram dan faksi sempalannya, Negara Islam di Provinsi Afrika Barat (ISWAP), bertahun-tahun melancarkan kampanye bersenjata yang kejam di Nigeria.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, LAGOS - Sebuah pesan audio dari seorang pria yang mengidentifikasi dirinya pemimpin Boko Haram Nigeria, mengklaim bertanggung jawab atas penculikan ratusan siswa dari sekolah khusus laki-laki di negara bagian barat laut Katsina.
Jumlah siswa yang hilang sejauh ini masih simpang siur. Juru bicara militer Jenderal John Enenche mengatakan kepada Channels TV, Senin (14/12/2020), 333 siswa hilang setelah orang-orang bersenjata berat menyerbu Sekolah Menengah Ilmu Pemerintah di Kankara.
“Saya Abubakar Shekau dan saudara-saudara kita berada di balik penculikan di Katsina,” kata pria itu dalam pesan suara yang dipublikasikan Selasa (15/12/2020). Aljazeera mengutip keterangan dari sumber-sumber di Nigeria.
Baca juga: Kelompok Bersenjata Menyerang Sekolah di Nigeria, Sekitar 400 Siswa Menghilang
Baca juga: Gerombolan Pria Bersenjata Serang Gedung Sekolah di Katsina Nigeria, Ratusan Siswa Disandera
Boko Haram dan faksi sempalannya, Negara Islam di Provinsi Afrika Barat (ISWAP), bertahun-tahun melancarkan kampanye bersenjata yang kejam di timur laut negara itu dan negara tetangga Kamerun, Chad dan Niger.
Pada 2014, Boko Haram, yang namanya berarti "Pendidikan Barat dilarang" dalam bahasa Hausa setempat, menculik ratusan siswi di kota Chibok.
Pria dalam pesan audio tersebut tidak memberikan bukti untuk klaim tersebut. Tidak ada rekaman video yang dirilis dari anak-anak yang hilang. Belum ada komentar langsung dari otoritas Nigeria.
Senin malam, gubernur negara bagian Katsina, Aminu Bello Masari, mengatakan para penculik telah melakukan kontak dengan pemerintah.
"Pembicaraan sedang berlangsung untuk memastikan keselamatan mereka dan kembali ke keluarga masing-masing," katanya lewat akun Twitter, tanpa mengidentifikasi siapa para penculik itu.
Pemerintah Nigeria menyatakan, operasi penyelamatan bersama diluncurkan sejak Sabtu oleh polisi, angkatan udara dan tentara.
Pada Minggu, orang tua dan anggota keluarga berkumpul di sekolah, mengajukan permohonan kepada pihak berwenang untuk menyelamatkan putra-putra mereka yang hilang, dan membawanya ke tempat aman.
"Jika bukan pemerintah yang akan membantu kami, kami tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan anak-anak kami," kata Murja Mohammed kepada koresponden Reuters. Putra Murja masih hilang.
Serangan itu awalnya dilakukan kelompok bersenjata yang dikenal sebagai "bandit", yang aktif di wilayah yang tidak stabil itu. Penculikan untuk meminta tebusan biasa terjadi di daerah rawan konflik bersenjata itu.
Tentara mengatakan Senin, mereka telah menemukan tempat persembunyian orang-orang itu, dan operasi militer sedang berlangsung.
Lebih dari 100 pria bersenjata dengan sepeda motor menyerbu sekolah pedesaan di utara kota Kankara, memaksa siswa untuk melarikan diri dan bersembunyi di semak-semak sekitarnya.
Sejumlah anak laki-laki berhasil melarikan diri, tetapi banyak yang ditangkap, dipecah menjadi beberapa kelompok dan dibawa pergi. Kantor berita AFP mewartakan mengutip sumber-sumber mereka.
Penculikan itu terjadi di negara bagian asal Presiden Muhammadu Buhari, yang mengutuk serangan itu. Ia memerintahkan peningkatan keamanan di sekolah-sekolah. Khusus di Katsina, sekolah sementara ditutup.
Ini adalah yang pertama dari penculikan besar-besaran di barat laut Nigeria. Klaim tanggung jawab hari Selasa juga menandai titik balik utama dalam kemajuan kelompok bersenjata di barat laut Nigeria.
Wilayah barat laut telah dibanjiri oleh bandit bersenjata yang sebagian besar terlibat dalam serangan terhadap komunitas petani dan peternak.
Geng penjahat pengendara sepeda motor yang beroperasi di wilayah tersebut juga menculik orang-orang untuk mendapatkan uang tebusan. Tapi profilnya tidak menunjukkan kaitan dengan aksi penculikan pecan lalu.
Buhari telah memprioritaskan perjuangan melawan kelompok tersebut, tetapi situasi keamanan di Nigeria utara telah memburuk sejak pemilihan 2015.
#BringBackOurBoys telah menjadi tren di media sosial sejak akhir pecan, referensi ke tagar serupa yang digunakan setelah penculikan gadis-gadis itu pada 2014.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)