Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Trump Gerakkan Massa Capitol Lewat Cuitan, Kini Twitternya Diblokir dan Terancam Dibekukan Selamanya

Twitter dan Facebook telah memblokir akun Presiden AS Donald Trump setelah cuitannya untuk massa yang menyerang Kantor Kongres AS, Capitol.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Trump Gerakkan Massa Capitol Lewat Cuitan, Kini Twitternya Diblokir dan Terancam Dibekukan Selamanya
MANDEL NGAN / AFP
Presiden AS Donald Trump setelah menyampaikan update tentang "Operation Warp Speed" di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC pada 13 November 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Twitter dan Facebook telah memblokir akun Presiden AS Donald Trump setelah cuitannya untuk massa yang menyerang Kantor Kongres AS, Capitol.

Dalam cuitannya, Trump mengatakan 'Aku mencintaimu' sebelum menyuruh massa pendukungnya pulang.

Trump lagi-lagi membahas soal klaim kecurangan dalam pemilu yang telah dibantah banyak tokoh politik AS.

Twitter mengatakan, Trump harus menghapus tiga cuitannya yang termasuk pelanggaran berat terhadap kebijakan platform ini.

Pihak perusahaan mengatakan, jika presiden tidak menghapusnya, maka akun tersebut akan diblokir untuk selamanya.

"Pelanggaran Peraturan Twitter di masa mendatang akan mengakibatkan penangguhan permanen akun @realDonaldTrump," demikian bunyi peraturan Twitter itu, dikutip dari BBC

Presiden Trump selama ini dikenal tidak peduli dengan pedoman komunitas Twitter.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Facebook melarang Trump melakukan aktivitas media sosial selama 24 jam.

YouTube juga menghapus video tersebut.

Baca juga: Obama Salahkan Trump dan Partai Republik Terkait Kerusuhan di Gedung Capitol AS 

Baca juga: Buntut Kerusuhan di Capitol, Partai Republik Ingin Trump Segera Disingkirkan

Massa Trump Serbu Kongres untuk Batalkan Kemenangan Biden, Mike Pence: Hari Gelap dalam Sejarah Capitol AS
Massa Trump Serbu Kongres untuk Batalkan Kemenangan Biden, Mike Pence: Hari Gelap dalam Sejarah Capitol AS (Tangkap Layar Video The Wall Street Journal)

"Kami menghapusnya karena kami yakin hal itu berkontribusi daripada mengurangi risiko kekerasan yang sedang berlangsung," kata Facebook.

Kerusuhan massa pro-Trump di Capitol menyebabkan debat Kongres untuk memutuskan kemenangan Joe Biden dihentikan.

Di ruang DPR dan Senat, Partai Republik menantang sertifikasi hasil pemilihan November lalu.

Sebelum aksi tersebut meledak, Presiden Trump memberitahu pendukungnya di National Mall di Washington bahwa pemilu telah dicurangi.

Beberapa jam kemudian, disaat kekerasan meningkat di dalam dan di luar Capitol AS, Trump muncul di video dan mengulangi klaim palsu tersebut.

Dia mengatakan kepada pengunjuk rasa "Aku mencintaimu" dan menggambarkan orang-orang yang menyerbu kompleks Capitol sebagai 'patriot'.

Presiden AS Donald Trump melambaikan tangan saat dia naik ke Air Force One sebelum berangkat dari Dobbins Air Reserve Base di Marietta, Georgia pada 4 Januari 2021
Presiden AS Donald Trump melambaikan tangan saat dia naik ke Air Force One sebelum berangkat dari Dobbins Air Reserve Base di Marietta, Georgia pada 4 Januari 2021 (MANDEL NGAN / AFP)

YouTube menghapus video itu karena melanggar kebijakan menyebarkan penipuan pemilu.

Twitter awalnya tidak menghapus video tersebut, hanya menghilangkan pilihan untuk me-retweet, menyukai, dan mengomentarinya.

Namun setelah itu, Twitter menghapus video dan memblokir akun presiden.

"Protes kekerasan di Capitol hari ini adalah aib. Kami melarang hasutan dan seruan untuk melakukan kekerasan di platform kami. Kami secara aktif meninjau dan menghapus konten apa pun yang melanggar aturan ini," kata Facerbook.

Facebook juga mengaku sedang mencari dan menghapus konten yang berisi hasutan untuk menyerbu Capitol Hill.

Partai Republik Ingin Trump Segera Disingkirkan

Kerusuhan massa pro-Trump di Kantor Kongres AS atau Capitol pada Rabu (6/1/2021) berbuntut panjang.

Kini, semakin banyak politisi Partai Republik dan pejabat Kabinet yang menginginkan Trump dicopot sebelum jabatannya berakhir, pada 20 Januari.

Sedikitnya empat orang menyerukan agar Amandemen ke-25 diberlakukan sedangkan dua orang lainnya meminta presiden diberhentikan.

"Dia harus diberhentikan dan disingkirkan," kata seorang pejabat terpilih dari Partai Republik, dikutip dari CNN

Mantan pejabat senior mengatakan tindakan Trump baru-baru ini cukup mengerikan, bisa menjadi alasan pencopotannya meski akhir jabatan sebentar lagi.

"Saya pikir ini sangat mengejutkan sistem," kata mantan pejabat itu.

"Bagaimana Anda menahannya selama dua minggu setelah ini?"

Baca juga: Massa Trump Serbu Kongres, Tak Terima Biden Menang, Mike Pence: Hari Gelap dalam Sejarah Capitol AS

Baca juga: Massa Pro-Trump Serbu Gedung Capitol AS, Batalkan Pengesahan Kemenangan Joe Biden

Massa pendukung Presiden petahana AS Donald Trump menyerbu Kantor Kongres AS, Capitol pada Rabu (6/1/2021).
Massa pendukung Presiden petahana AS Donald Trump menyerbu Kantor Kongres AS, Capitol pada Rabu (6/1/2021). (Tangkap Layar Video The Wall Street Journal)

Dengan mamakzulkan Trump, Senat bisa memberikan suara untuk mendiskualifikasi Trump agar tidak bisa memegang jabatan federal lagi.

Di sisi lain, jika menerapkan Amandemen ke-25, Wapres Mike Pence dan mayoritas Kabinet harus sepakat mencopot Trump karena dianggap tidak mampu menjalankan kekuasaan dan tugas.

Penggunaan Amandemen ke-25 ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Beberapa anggota Kabinet sedang mengadakan diskusi awal tentang penerapan Amandemen ke-25, kata sumber GOP kepada CNN.

Diskusi sedang berlangsung, tetapi tidak jelas apakah akan ada cukup anggota Kabinet untuk menghasilkan pencopotan Trump.

Percakapan telah mencapai Capitol Hill, di mana beberapa senator telah diberitahu tentang diskusi tersebut, kata sumber itu.

Beberapa menit setelah kerusuhan di Capitol pada Rabu sore, Partai Republik meninjau kembali gagasan untuk mengeluarkan Trump dari jabatannya.

Ini adalah pilihan yang sebelumnya, saat pemakzulan Trump tahun lalu, tidak menjadi pilihan Partai Republik sama sekali.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas