Akun Twitter Donald Trump Ditutup Permanen karena Dinilai Bisa Picu Kekerasan Lebih Lanjut
Twitter mengungkapkan akun Donald Trump ditutup secara permanen karena dinilai memicu kekerasan lebih lanut.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
"Banyak dari kita sangat bahagia dan sangat bangga bekerja untuk perusahaan yang melakukan hal benar," katanya.
Baca juga: Pria Mirip Kapten Real Madrid Sergio Ramos Muncul Saat Pendukung Donald Trump Geruduk Gedung Capitol
Baca juga: Ivanka Trump Sebut Perusuh di Capitol AS sebagai Patriot Amerika
Ini adalah kali kedua dalam seminggu, Twitter mengambil tindakan terhadap akun Trump.
Twitter menghapus tiga cuitan yang mempromosikan teori konspirasi tentang pemilu dan mengunci akun Trump pada Rabu, dengan alasan "risiko kekerasan", setelah kerusuhan hebat di Capitol.
Penangguhan akun Twitter Trump mendapat sambutan positif dari politisi Demokrat.
Berdasarkan penelusuran Tribunnews, Sabtu (9/1/2021), akun Twitter @realDonaldTrump sudah menghilang.
Kronologi Rusuh di Capitol
Lebih dari 50 petugas terluka ketika massa pendukung Donald Trump menyerbu Capitol, memaksa evakuasi anggota parlemen yang tengah menghitung suara Electoral College, menurut Walikota DC, Muriel Bowser.
Kekacauan terjadi di Capitol saat para pengunjuk rasa menerobos gedung.
Empat warga sipil tewas dalam serangan itu, termasuk seorang wanita California yang ditembak oleh petugas polisi Capitol yang berpakaian preman, menurut Departemen Kepolisian Metropolitan.
Polisi menghadapi kritik luas masyarakat karena dianggap gagal menghentikan para perusuh memasuki Capitol.
Banyak warga yang membandingkan cara tanggapan polisi berbeda dari taktik yang digunakan terhadap pengunjuk rasa Black Lives Matter selama musim panas.
Baca juga: Potret Wanita Pendukung Trump yang Rela Terbang Pakai Jet Pribadi Demi Ikut Aksi di Capitol
Baca juga: Buntut Kerusuhan, Polisi Capitol AS Meninggal Akibat Bentrok dengan Pendukung Donald Trump
Karena merasa gagal melaksanakan tugas, Kepala Polisi Capitol, Steven Sund, mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis sore.
Departemen Kepolisian Metropolitan menangkap 68 orang pada Rabu (6/1/2021) dan Kamis (7/1/2021) pagi, terutama karena melanggar jam malam yang diberlakukan oleh walikota kota.
Hampir semua, kecuali satu dari mereka, yang ditangkap tinggal di luar Washington.