Kelompok Teroris HTS dan ISIS Terlibat Bentrok Bersenjata di Suriah Utara
Kedua kelompok ini selama bertahun-tahun melawan pemerintah Suriah. Tapi setelah Damaskus membalikkan keadaan, HTS dan ISIS berselisih.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Dua kelompok jihadis terbesar bentrok di barat laut Suriah, menyusul serangan yang diluncurkan kelompok Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS) terhadap sel Negara Islam (ISIS/ISIL/IS/Daesh) dekat perbatasan Turki.
Menurut laporan kelompok oposisi Suriah, Hay'at Tahrir Al-Sham menyerbu posisi ISIS di dekat kota Salqib, mengakibatkan sejumlah korban jiwa dan luka. Setidaknya tiga anggota ISIS tewas.
Bentrokan berlangsung cukup lama, dan jumlah korban mungkin meningkat. Laporan Al Masdar News, Rabu (13/1/2021) ini sulit dikonfirmasikan secara akurat mengingat lokasi bentrokan sulit dijangkau sumber independen.
Baca juga: PM Belanda Mark Rutte Dianggap Tutupi Dukungan Belanda ke Kelompok Teroris di Suriah
Baca juga: James Le Mesurier, White Helmets, dan Kiprahnya di Balik Konflik Suriah
Kedua kelompok ini selama bertahun-tahun melawan pemerintah Suriah. Tapi setelah Damaskus membalikkan keadaan, Hay'at Tahrir Al-Sham dan ISIS berselisih.
Mereka menguasai wilayah tertentu, dan terlibat konflik fisik maupun ideologis selama bertahun-tahun selama perang.
HTS telah berusaha mengubah identitas kelompoknya untuk mendapatkan legitimasi politik di Suriah dan sponsornya di luar Negara.
Namun, kampanye ini sebagian besar gagal di kancah internasional, karena masih dianggap sebagai entitas teroris.
Sedangkan ISIS, sejak dihancurkan pasukan Suriah yang dibantu militer Rusia, serta di sisi lain juga diperangi pasukan AS dan sekutu Kurdi, semakin kecil kekuatannya.
Kelompok HTS yang menaungi berbagai kelompok bersenjata, termasuk Jabhat Al Nusra, memiliki basis wilayah di Provinsi Idlib.
Ini wilayah yang juga dikontrol pasukan Turki. Wilayah Idlib berbatasan langsung dengan Turki di utara, dan jadi akses utama keluar masuk Suriah oleh kelompok teroris.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Suriah mengirim surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan, yang menyatakan ada "koordinasi" antara Turki, Israel dan AS terkait peningkatan operasi militer di Suriah.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan dalam pesannya, yang disampaikan pecan lalu, Israel melakukan pendekatan agresif yang berbahaya di negaranya.
Rangkaian operasi militer belakangan membuktikan adanya koordinasi sebelumnya antara Israel, Turki dan Amerika.
Ketiganya menduduki sebagian tanah Suriah. Kementerian Luar Negeri Suriah mengindikasikan proyek ini mempeorleh dukungan dan perlindungan kuat. Dewan Keamanan PBB 0juga punya andil.
Damaskus menekankan dalam pernyataannya, kelanjutan serangan sistematis ini, yang sekarang lebih dari sebelumnya mengancam keamanan dan stabilitas di kawasan, tidak dapat diterima.
Damaskus mengindikasikan serangan Israel tidak akan berhasil meneror rakyat Suriah, melainkan meningkatkan desakan mereka untuk mengikuti keniscayaan kemenangan mereka atas terorisme.
Suriah akan terus berusaha memulihkan kembalinya wilayah Dataran Golan yang direbut Israel sejak perang 1967.
Dalam pesannya, Kementerian Luar Negeri Suriah meminta Dewan Keamanan PBB, sekali lagi, untuk memikul tanggung jawabnya dalam kerangka Piagam PBB.
Paling penting pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, dan itu adalah permulaan 2021 merupakan kesempatan lain untuk mengambil tindakan tegas dan segera untuk mencegah terulangnya serangan teroris Israel ini.
Damaskus meminta PBB memaksa Israel agar wajib menghormati hokum internasional. Apa yang dilakukannya di Suriah merupakan pelanggaran mencolok Piagam PBB.
Israel juga menabrak berbagai hukum internasional, Resolusi Dewan Keamanan 242, 338, 350 dan 497 dan semua resolusi dan instrumen internasional yang berkaitan dengan pemberantasan terorisme.(Tribunnews.com/AlMasdarNews/xna)