Tembus 100 Juta Kasus Positif Covid-19 di Dunia
Lebih dari 100 juta kasus Covid-19 kini telah tercatat di seluruh dunia, per Selasa (26/1/2021).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON — Lebih dari 100 juta kasus Covid-19 kini telah tercatat di seluruh dunia, per Selasa (26/1/2021).
Demikian dilansir AFP, pada Rabu (28/1/2021), menghimpun data yang disediakan oleh badan kesehatan nasional.
Jumlah kasus ini sebenarnya hanya mewakili sebagian kecil dari kasus infeksi nyata karena virus corona telah menyebar ke seluruh dunia.
Amerika Serikat, yang melewati 25 juta kasus yang dikonfirmasi akhir pekan lalu, tetap menjadi negara dengan wabah terbesar di dunia. Sementara jumlah kematian terbesar lebih dari 420.000 orang.
Presiden AS Joe Biden berusaha untuk membalikkan kondisi dalam perang melawan virus corona di Negeri Paman Sam.
Biden mengatakan memvaksinasi seluruh penduduk AS adalah tantangan yang menakutkan, dan program yang diwarisi dari pemerintahan Trump "berada dalam kondisi yang lebih buruk daripada yang kami perkirakan atau harapkan".
"Ini adalah usaha perang-waktu. Ini bukan hiperbola," katanya, mengumumkan AS membeli tambahan 200 juta dosis vaksin.
Baca juga: Simak 8 Penjelasan Analis tentang Vaksin Covid-19 Berikut Ini
Di hari lain tonggak suram, kasus di Inggris melonjak melewati 100.000 kematian akibat Covid-19, dan negara-negara Eropa lainnya tampak memperketat perbatasan mereka, berharap untuk mencegah masuknya varian baru yang lebih menular.
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan "sulit untuk menghitung" kerugian yang dirasakan oleh keluarga di Inggris setelah negaranya menjadi negara Eropa pertama yang melampaui 100.000 kasus kematian Covid-19.
Namun dia mengatakan pemerintahannya, yang menghadapi kritik atas tanggapan awalnya terhadap wabah, "melakukan segala yang bisa untuk meminimalkan penderitaan dan meminimalkan hilangnya nyawa."
"TINDAKAN DRASTIS"
Inggris telah berjuang untuk melawan gelombang ketiga yang luar biasa ganas pada varian baru virus corona yang muncul di sana sebelum Natal dan sebelum menyebar ke puluhan negara di seluruh dunia.
Negara tetangga Irlandia mengatakan pada hari Selasa akan memberlakukan karantina wajib untuk pertama kalinya bagi mereka yang tiba dari luar negeri, serta memperpanjang lockdown ketiganya hingga 5 Maret 2021.
Di antara negara-negara Eropa lainnya yang ingin memperkuat kontrol perbatasan adalah Jerman, yang mengatakan sedang mempertimbangkan hampir sepenuhnya menghentikan penerbangan ke negara itu.
"Bahaya dari berbagai mutasi virus memaksa kita untuk mempertimbangkan langkah-langkah drastis," kata Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer kepada surat kabar Bild.
Sementara Islandia mulai mengeluarkan sertifikat vaksinasi untuk memudahkan perjalanan bagi mereka yang telah mendapat dua dosis vaksin Covid-19.
Langkah-langkah baru itu muncul ketika kemarahan meningkat atas kembali diberlakukkannya ketentuan pembatasan anti-coronavirus, seperti di Belanda diguncang oleh kerusuhan malam sejak memberlakukan jam malam pada Sabtu lalu.
Lebih dari 400 orang ditangkap setelah kerusuhan terburuk melanda negara itu dalam empat dekade, tetapi pemerintah Belanda mengatakan tidak akan mundur untuk kebijakan pembatasan.
Polisi Israel juga bentrok dengan demonstran, menangkap 14 orang setelah aksi berdemonstrasi menentang langkah-langkah pembatasan.
Dengan jumlah kematian global di 2,1 juta orang, dunia telah berharap penuh kepada vaksin untuk memecahkan kesuraman yang terjadi.
Mengutip Worldometers, Rabu (27/1/2021) pukul 14.45 WIB, total kasus positif Covid-19 mencapai 100.853.389 orang.
Sementara kasus kematian akibat Covid-19 telah mencapai 2.167.509 orang dan sebanyak 72.891.143 pasien telah sembuh dari virus corona. (AFP/Channel News Asia)