Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Myanmar Dikudeta Militer: Warga Timbun Makanan, Atribut NLD Diturunkan, dan Sinyal Internet Putus

Myanmar resmi kembali berada di bawah kekuasaan militer langsung pada Senin (1/2/2021) pukul 8.30 pagi waktu setempat.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
zoom-in Myanmar Dikudeta Militer: Warga Timbun Makanan, Atribut NLD Diturunkan, dan Sinyal Internet Putus
Sai Aung Utama / AFP
Pendukung Liga Nasional Demokrasi (NLD) yang berkuasa memegang spanduk selama unjuk rasa untuk mendukung Presiden Myanmar Win Myint dan Komisi Pemilihan Umum (UEC) di Yangon pada 24 Januari 2021, menyusul protes yang sedang berlangsung terhadap pemilihan legislatif baru-baru ini. 

TRIBUNNEWS.COM - Myanmar resmi kembali berada di bawah kekuasaan militer langsung pada Senin (1/2/2021) pukul 8.30 pagi waktu setempat.

Kudeta dimulai pada dini hari, saat militer menjemput dan menahan sejumlah pemerintah sipil.

Utamanya yakni menahan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi serta Presiden Myanmar Win Myint.

Aung San Suu Kyi merupakan petinggi Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa di Myanmar.

Baca juga: Indonesia Diminta Tidak Ikut Campur Urusan Myanmar

Baca juga: Anggota Komisi I DPR Minta Menlu RI Bersikap Soal Kudeta Militer di Myanmar

Presiden Myanmar Win Myint (kanan), Penasihat Negara Aung San Suu Kyi (tengah) dan Wakil Presiden Henry Van Thio (kiri) mengenakan masker setelah sesi foto mereka pada upacara pembukaan Konferensi Perdamaian Persatuan ke-4 (Panglong Abad ke-21) di Pusat Konvensi Internasional Myanmar (2) di Naypyidaw pada 19 Agustus 2020.
Presiden Myanmar Win Myint (kanan), Penasihat Negara Aung San Suu Kyi (tengah) dan Wakil Presiden Henry Van Thio (kiri) mengenakan masker setelah sesi foto mereka pada upacara pembukaan Konferensi Perdamaian Persatuan ke-4 (Panglong Abad ke-21) di Pusat Konvensi Internasional Myanmar (2) di Naypyidaw pada 19 Agustus 2020. (Thet Aung / AFP)

Kudeta militer terjadi karena sengketa hasil pemilu November 2020 lalu antara pemerintah sipil dengan militer.

Lewat saluran TV khusus, militer Myanmar mengonfirmasi bahwa negara diambil alih dan menyatakan keadaan darurat selama satu tahun.

Kudeta ini dipimpin oleh Panglima Militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

Berita Rekomendasi

Lalu bagaimana kondisi Myanmar pasca kudeta militer?

Menurut laporan The Guardian, sebelum adanya kudeta, warga di Yangon sudah khawatir karena desas-desus ambil alih kekuasaan oleh militer telah muncul berhari-hari yang lalu. 

Setelah militer benar-benar menguasai Myanmar, internet dan sinyal seluler terputus hingga stasiun TV tidak bisa mengudara.

Pada pukul 8.30 pagi waktu setempat, militer resmi mengambil alih kekuasaan.

Kudeta militer terjadi satu dekade setelah Myanmar mulai menjalankan politik demokrasi, sekali lagi Burma berada di bawah kekuasaan militer langsung.

Seorang warga mengaku kaget dan sedih mendengar pemimpin Aung San Suu Kyi ditahan.

"Ibuku membangunkanku dengan berita bahwa Aung San Suu Kyi telah ditahan. Saya kaget dan tidak tahu harus menjawab apa," kata wanita 25 tahunan itu.

Tentara Myanmar
Tentara Myanmar (AP)

Wanita itu mengaku langsung pergi ke toko untuk membeli bahan makanan dan menangisi kondisi negara dalam perjalanan pulang.

Toko sembako diserbu warga untuk menimbun makanan pokok seperti beras, minyak, dan mie instan.

Kondisi serupa terjadi di ATM, namun mereka tidak dapat menarik uang tunai karena pemutusan koneksi secara meluas.

Seorang pekerja LSM di Yangon mengatakan jalanan tenang namun ada ketakutan dan kewaspadaan yang membayangi.

Pekan lalu banyak warga di Yangon yang mengibarkan bendera NLD sebagai tanda dukungan kepada pemerintah berkuasa saat militer menuding kecurangan pemilu.

Namun pada Senin (1/2/2021), bendera-bendera itu lenyap.

"Saya tidak berpikir orang tahu bagaimana harus bereaksi. Terima, sembunyikan, atau protes? Myanmar memiliki sejarah yang berantakan dan berdarah dengan protes," kata pekerja LSM itu.

Lebih lanjut, seorang aktivis lokal mengatakan kepada Newsday BBC bahwa beberapa rekannya ikut ditahan militer pada pagi hari.

"Ada mobil militer berkeliaran di sekitar kota," katanya.

NLD menang telak dalam Pemilu November 2020 lalu, di sisi lain Partai Persatuan Pembangunan dan Solidaritas yang didukung militer hanya memenangkan 33 kursi.

"Ini sangat mengecewakan, saya tidak ingin kudeta," kata seorang pria berusia 64 tahun di kota Hlaing kepada AFP.

"Saya telah melihat banyak transisi di negara ini dan saya menantikan masa depan yang lebih baik."

Walaupun banyak yang kecewa, ada juga warga sipil yang menyambut bahagia kepemimpinan militer.

Para pendukung militer merayakan kudeta dengan melakukan parade dengan mobil sambil membunyikan lagu-lagu patriotik.

Griffin Hotchkiss, seorang ekspatriat Amerika yang telah tinggal di Myanmar selama enam tahun mengatakan dia melihat:

"Karavan warga sipil pro-militer yang meneriakkan musik keras dan 'merayakan' sementara orang-orang (yang saya tahu adalah pendukung NLD) di jalan tampak marah," katanya dikutip dari BBC

Namun di luar itu, Hotchkiss mengatakan bahwa toko-toko masih dibuka meskipun hanya sedikit orang di jalanan.

Baca juga: Aung San Suu Kyi Ditangkap, Militer Myanmar Ambil Alih, Nyatakan Kondisi Darurat Selama 1 Tahun

Baca juga: Guru Besar UI Beri Saran kepada Pemerintah Indonesia Terkait Kudeta Militer di Myanmar

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas