Kudeta Militer di Myanmar, 42 Pejabat Diculik, 16 Aktivis Hilang Misterius
Tak sedikit warga baru mulai menyadari pihak militer sudah menguasai negara itu saat mereka bersiap memulai harinya.
Editor: Hasanudin Aco
Aktivis politik, termasuk pembuat film Min Htin Ko Ko Gyi, juga dilaporkan telah ditahan.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) di Myanmar mengatakan kepada BBC telah mendokumentasikan penangkapan setidaknya 42 pejabat, dan 16 aktivis masyarakat sipil.
Mereka menyatakan masih melakukan proses verifikasi, karena beberapa tahanan juga telah dibebaskan pada hari itu.
"Kami terbangun dengan berita kudeta militer di pagi hari dan beberapa teman kami ditahan," kata seorang aktivis lokal yang identitasnya, kepada program Newsday BBC.
"Konektivitas internet sudah tidak ada lagi ... Saya tidak bisa keluar dan menggunakan telepon saya, tidak ada data sama sekali. Ini yang terjadi sekarang. Ada mobil militer berkeliaran di sekitar kota," katanya.
Wartawan lokal Cape Diamond lewat kicauan di Twitter mengatakan bahwa di ibu kota, Naypyidaw, kehilangan sinyal dari pukul 04:00 hingga 11:15 waktu setempat.
"Tidak ada panggilan, Tidak ada Wifi," tulisnya kemudian di Twitter.
Gangguan internet Myanmar
Ketika militer mengambil alih kekuasaan, gangguan internet memengaruhi area yang luas.
Pembatasan dimulai pada pukul 03.00 pada Senin waktu setempat. Konektivitas internet turun hingga 50 persen dari tingkat normal konektivitas internet pada pukul 08:00.
Data tersebut menunjukkan gangguan yang memengaruhi operator jaringan termasuk Myanma Post and Telecommunications (MPT) milik negara dan operator internasional Telenor, menurut layanan pemantauan internet Netblocks.
Netblocks mengatakan temuannya menunjukkan mekanisme gangguan diatur secara terpusat. Prosesnya berkembang dari waktu ke waktu karena operator “mematuhi perintah”.
Pada tengah hari, konektivitas internet tampaknya kembali hingga 75 persen.
Pemerintah Myanmar sebelumnya telah membatasi internet, terutama di daerah-daerah di negara bagian Rakhine dan Chin, tempat tentara memerangi kelompok-kelompok lokal.