Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Korban Penculikan yang Dikenai Denda Rp 50 Juta karena Dianggap Langgar Karantina Covid-19

Seorang pria Taiwan sempat dihukum karena melanggar peraturan karantina Covid-19. Padahal ia adalah korban penculikan.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Sri Juliati
zoom-in Cerita Korban Penculikan yang Dikenai Denda Rp 50 Juta karena Dianggap Langgar Karantina Covid-19
glocalkhabar.com
Ilustrasi penculikan. Seorang pria Taiwan sempat dihukum karena melanggar peraturan karantina Covid-19. Padahal ia adalah korban penculikan. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria Taiwan sempat dihukum karena melanggar peraturan karantina Covid-19.

Tapi rupanya pria bernama Chen tersebut tak berniat melanggar, faktanya dirinya telah diculik.

Dikuti dari The Guardian, awalnya Chen, kembali dari Hong Kong pada akhir Oktober dan memulai 14 hari karantina wajib di rumah temannya di daerah Nantou. 

Namun, keesokan harinya, orang-orang yang diidentifikasi sebagai penagih utang tiba di rumah dan mengira Chen adalah temannya, yang berutang uang kepada mereka.

Orang-orang itu menyerang Chen, menculiknya dan membawanya ke markas mereka.

Baca juga: Mahasiswi Rekayasa Penculikan Dirinya, Minta Tebusan Rp 60 Juta Untuk Bayar Utang

Chen pun diminta pertanggungjawaban dan diminta untuk mengembalikan uang.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan si penagih utang, Chen pun dikembalikan ke kediamannya di karantina.

Berita Rekomendasi

Dikenai Denda Pelanggaran Karantina Covid-19

Ilustrasi penculikan.
Ilustrasi penculikan. (Istimewa)

Hingga akhirnya polisi mengetahui Chen keluar rumah, artinya melanggar sistem karantina Taiwan.

Polisi melacaknya dari pemantauan elektronik melalui sinyal telepon.

Hingga pada akhirnya Chen ditangkap dan didenda 100.000 dolar Taiwan baru atau sekitar Rp 50 juta lebih, karena melanggar peraturan.

Keberatan dengan denda tersebut, Chen pun memberikan penjelasan, dirinya adalah korban penculikan oleh debt collector.

Kementerian Kehakiman mengatakan penjelasan Chen telah diselidiki dan dikonfirmasi.

Bahkan setelah melampuai proses penyelidikan dendanya telah dicabut.

Baca juga: Terapi Stem Cell, Inovasi Baru untuk Pasien Covid-19 Kategori Berat? Menristek Angkat Bicara

Baca juga: Sepanjang 2020, Polri Tangani 352 Kasus Penyebaran Hoaks Terkait Covid-19

Karena dia dipaksa meninggalkan karantina yang bertentangan dengan keinginannya.

"Pelanggaran peraturan karantina tidak disebabkan oleh perilaku yang disengaja atau lalai," kata Hu Tianci, juru bicara badan penegakan administrasi cabang Changhua.

Menurut hukum, perilaku seperti itu tidak boleh dihukum dan harus dirujuk ke unit kesehatan untuk ditarik.

Ini adalah pertama kalinya denda pemerintah Taiwan atas pelanggaran karantina dibatalkan. 

Cerita Wanita Sempat Disebut Meninggal Lantaran Covid-19, 10 Hari Kemudian Ditemukan Hidup

Seorang wanita berusia 85 tahun disebut telah meninggal akibat virus Covid-19, tapi rupanya beberapa hari kemudian keluarga menemukannya masih hidup.

Wanita asal Spanyol tersebut tentu saja mengejutkan keluarga dan juga masyarakat.

Wanita bernama Rogelia Blanco yang sebelumnya disebut telah dimakamkan, muncul di rumah perawatannya sepuluh hari kemudian. 

Diketahui Rogelia Blanco menjalani perawatan di Rumah Jompo  telah dikeluarkan dari rumah perawatan San Bartolomeu de Xove di Spanyol Utara.

Namun pada 29 Desember 2020 lalu dirinya dibawa ke rumah jompo lainnya setelah dinyatakan positif terkena covid-19.

Rumah Jompo tersebut berfokus untuk merawat seseorang yang terinfeksi covid-19.

Dikutip dari Daily Mail, beberapa waktu kemudian pihak panti jompo memberitahukan bahwa Rogelia meninggal dunia, tepatnya 13 Januari 2021.

Kerabat sedih dan diberitahu bahwa pemakamannya berlangsung pada hari berikutnya, dengan protokol Covid-19, keluarga pun dilarang untuk hadir.

Baca juga: Survei: Sebagian Konsumen Menghindari Beli Hunian di Klaster yang Penghuninya Positif Covid-19

Baca juga: Kasus Covid-19 Tembus 1 Juta, Menkes Budi: Momentum Kerja Sama Pemerintah dan Rakyat Atasi Pandemi

Tetapi keluarga merasa terkejut ketika, pada 23 Januari 2021, dia kembali hidup-hidup ke rumah perawatan tempat suaminya Ramon Blanco juga tinggal.

Ilustrasi
Ilustrasi (net)

"Saya tidak bisa mempercayainya. Saya menangis, setelah kematian istri saya,'' ujar sang suami.

Seorang juru bicara Yayasan San Rosendo, yang mengelola panti jompo, mengatakan adanya kesalahan yang terjadi.

"Kesalahan identifikasi selama proses pemindahan dari Xove ke Pereiro de Aguiar menyebabkan kematian salah satu dari mereka yang disertifikasi pada 13 Januari, meskipun identitas salah ditetapkan," katanya.

Disebutkan Rogelia berada satu kamar dengan wanita lain positif covi-19.

Baca juga: Imbas Covid-19, Pilot Ini Banting Setir Jadi Kuli Bangunan, Pramugari Jualan Elpiji

Baca juga: Pakar : Penerima Vaksin Covid-19 Harus Sehat

Sehingga terjadi kesalahan identitas, sehingga yang dimakamkan bukanlah Rogelia.

Sementara dikutip dari El Pais, Keluarga Rogelia mengkritik kurangnya profesionalisme dari Yayasan San Rosendo. Entitas tempat perawatan Rogelia saat positif.

Sumber dari yayasan menambahkan bahwa mulai saat ini warga yang dirujuk ke pusat Pereiro de Aguiar akan diidentifikasikan dengan gelang yang mirip dengan rumah sakit.

Namun organisasi membela dalam pernyataan bahwa apa yang terjadi adalah peristiwa spesifik di antara lebih dari 100 transfer pasien covid-19 yang telah dilakukan sejak Desember lalu.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas