Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Setahun Pandemi Covid-19, Orang Kaya di China Malah Bertambah Banyak, Ini Penyebabnya

Namun saat ini, berdasarkan catatan Forbes, jumlah hartawan di ibu kota China itu melonjak menjadi 100 orang.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Setahun Pandemi Covid-19, Orang Kaya di China Malah Bertambah Banyak, Ini Penyebabnya
NOEL CELIS / AFP
Orang-orang berpose untuk berfoto di tepi Sungai Yangtze pada Malam Tahun Baru di Wuhan, di provinsi Hubei tengah China pada 31 Desember 2020. 

TRIBUNNEWS.COM, CHINA - Puluhan orang kaya raya baru muncul di Beijing, China, selama pandemi Covid-19.

Ibu kota China itu kini memiliki lebih banyak miliarder ketimbang kota manapun di dunia.

Demikian menurut laporan terbaru majalah Forbes.

Pada tahun 2020 terdapat 67 miliarder di Beijing.

Namun saat ini, berdasarkan catatan Forbes, jumlah hartawan di ibu kota China itu melonjak menjadi 100 orang.

Dalam daftar itu, New York berada di peringkat kedua. Kota di Amerika Serikat itu memiliki 99 miliuner.

New York konsisten berada di peringkat atas selama tujuh tahun terakhir.

Berita Rekomendasi

Munculnya puluhan miliarder baru di Beijing diyakini berkaitan dengan tiga faktor penting, salah satunya kebijakan pemerintah China menerapkan karantina wilayah pada masa awal pandemi.

Baca juga: Peringkat Kekayaan Donald Trump versi Forbes Terjun dari Posisi 339 ke 1.299

Dua pemicu lainnya adalah kemunculan banyak perusahaan teknologi serta pencapaian pasar modal mereka.

Meski begitu, jika dikalkulasi, jumlah kekayaan miliuner Beijing kalah banyak dibandingkan total harta kekayaan para hartawan di New York.

Kekayaan miliuner Beijing berselisih US$80 miliar atau sekitar Rp1.165 triliun dari miliarder New York.

Warga Beijing terkaya dalam catatan Forbes adalah Zhang Yiming. Selain pendiri aplikasi video TikTok, dia juga menjabat pimpinan eksekutif ByteDance, perusahaan induk TikTok.


Dalam setahun terakhir, kekayaan Yiming bertambah hingga mencapai US$35,6 miliar atau Rp518 triliun.

Sementara di New York, status miliuner terkaya dipegang mantan wali kota mereka, Michael Bloomberg.

Pengusaha yang pernah mencalonkan diri menjadi calon presiden AS itu memiliki lebih banyak harta ketimbang Yiming, sebesar US$59 miliar (Rp859 triliun).

Ledakan perdagangan elektronik China

Seperti yang juga terjadi di AS, raksasa teknologi China bertumbuh besar selama pandemi Covid-19.

Pemicunya adalah semakin banyak orang yang berbelanja dan mencari hiburan secara daring.

Situasi itu turut meningkatkan kekayaan pribadi para pendiri dan pemegang saham perusahaan teknologi.

Secara global, jumlah miliuner baru di China selama setahun terakhir juga lebih banyak ketimbang negara lain, yaitu 210 orang.

Jumlah itu termasuk miliuner baru di Hong Kong dan Makau yang dimasukkan Forbes ke China.

Setengah dari miliuner baru China adalah pengusaha dari industri manufaktur dan penyedia modal ventura untuk perusahaan teknologi.

Salah satu dari miliuner China adalah Kate Wang, pengusaha rokok elektrik.

Meski begitu, AS tetap menjadi negara dengan jumlah miliuner terbanyak dengan total 724 orang. Sementara China hanya 698 orang.

Satu orang kaya raya baru setiap 17 jam

Di seluruh dunia tercatat ada 493 miliuner baru dalam satu tahun terakhir. Jumlah itu setara dengan satu miliuner baru setiap 17 jam.

India berada di peringkat ketiga dalam daftar negara dengan miliuner terbanyak, dengan total 140 orang.

Di kawasan Asia Pasific terdapat 1.149 miliuner dengan total kekayaan Rp68.473 triliun.

Nominal itu lebih tinggi dibandingkan total kekayaan miliuner asal AS yang mencapai Rp 64.102 triliun.

Pendiri perusahaan teknologi Amazon, Jeff Bezos, menjadi orang terkaya di dunia untuk empat tahun berturut-turut.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas