Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Militer AS Kawal Konvoi Truk Berisi Minyak Curian dari Suriah ke Irak

Pasukan AS dilaporkan menjarah minyak dari pedesaan Hasakah dan membawanya melewati perbatasan ke pangkalan AS di Irak.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Militer AS Kawal Konvoi Truk Berisi Minyak Curian dari Suriah ke Irak
AFP/Delil SOULEIMAN
Kendaraan lapis baja militer AS berpatroli dekat ladang minyak Rumaylan di Provinsi Hasakeh yang dikuasai Kurdi Suriah pada 17 September 2020. 

Namun Biden diam-diam melanjutkan kebijakan Washington untuk menyelundupkan emas hitam ke luar negeri.

Selain itu, media Suriah telah melaporkan peningkatan insiden keterlibatan AS dalam ekspor ilegal bahan makanan keluar dari negara rawan pangan itu.

Empat belas truk yang memuat gandum dari dua silo di pedesaan Hasakah telah diselundupkan secara ilegal dari Suriah ke Irak.

Menurut kantor berita tersebut, gandum bersumber dari silo di kota Tal Alou dan Yarubiyah, yang dikenal sebagai cadangan utama bahan makanan lokal.

SANA mengaitkan pencurian itu dengan "pasukan pendudukan AS," sebuah istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan pasukan AS atau sekutu milisi Pasukan Demokrat Suriah mereka.

Insiden terbaru itu menyusul laporan dari pekan lalu sekitar 12 kendaraan yang membawa gandum dibawa ke Irak melalui penyeberangan perbatasan Semalka.

Sebelumnya, pada 28 Maret sekitar 38 truk bermuatan gandum dikirim ke Irak melalui titik penyeberangan al-Walid.

Berita Rekomendasi

Delapan belas truk berisi biji-bijian dilaporkan diselundupkan melalui Semalka pada minggu yang sama.

Media lokal telah melaporkan peningkatan besar dalam penyelundupan bahan makanan sejak Januari, dengan pemerintahan Biden tampaknya telah beralih dari taktik membakar tanaman pangan yang dilaporkan sebelumnya untuk mencegah mereka dipanen.

Tekanan yang meningkat pada pasokan makanan negara itu datang ketika AS dan sekutunya Kurdi terus menduduki sebanyak 90 persen wilayah penghasil minyak Suriah.

Suriah tidak pernah menjadi kekuatan minyak utama sebelum 2011, tetapi pasokan yang dimilikinya cukup untuk mengamankan kemandirian energi, dan untuk memberi negara itu pendapatan sederhana melalui ekspor.

Suriah sangat membutuhkan sumber pendapatan untuk memperbaiki kerusakan yang diperkirakan mencapai $ 400 miliar yang disebabkan oleh konflik sipil yang didukung asing.

Tetapi sanksi AS dan Eropa, dikombinasikan dengan pendudukan Washington di ladang minyak utama Republik Arab, membuat rekonstruksi menjadi sulit.

Minggu lalu, Majid Takht Ravanchi, Dubes Iran untuk PBB mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan di Suriah Teheran menganggap perang menggunakan bahan makanan dan obat-obatan dan tidak adil dan tidak dapat diterima.

Pada pertemuan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Vershinin memperingatkan sekitar 60 persen warga Suriah tidak memiliki akses yang memadai terhadap bahan pangan dan obat-obatan.(Tribunnews.com/Sputniknews.com/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas