Israel Selidiki Kegagalan Sistem Kubah Besi Cegat Rudal Lawas Suriah
Instalasi nuklir Dimona dipercaya tempat Israel selama ini memproduksi bom nuklir.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Pasukan Pertahanan Israel mengumumkan telah menyerang baterai rudal di Suriah sebagai tanggapan atas peluncuran rudal permukaan ke udara Suriah yang mendarat di dekat Pusat Penelitian Nuklir Shimon Peres, Dimona, Negev.
Instalasi nuklir Dimona dipercaya tempat Israel selama ini memproduksi bom nuklir. Saat ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sedang meluncurkan penyelidikan resmi tentang mengapa pertahanan udaranya gagal mencegat rudal Suriah itu.
Selama ini sistem rudal pertahanan Israel disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Rudal dari Suriah itu disebut memasuki wilayah udara Israel dan meledak di udara, memuntahkan puing-puing di seluruh wilayah sekitar 40 km dari situs nuklir Israel yang sangat sensitif.
“IDF bekerja untuk mencegah potensi serangan terhadap aset penting di negara Israel. Sebuah rudal permukaan ke udara model SA-5 ditembakkan, melewati area tersebut. Ada upaya untuk mencegatnya, yang tidak berhasil,” kata Menteri Pertahanan Benny Gantz dikutip Sputniknews, Jumat (23/4/2021).
Baca juga: Pasukan Udara Israel Gempur Sasaran Militer Dekat Damaskus Suriah
Baca juga: Suriah Klaim Roket Israel Serang Daerah Sekitar Damaskus Selatan
“Kami masih menyelidiki kejadian tersebut,” lanjut Gantz kepada wartawan di Tel Aviv pada Kamis, yang pernyataannya dikutip The Times of Israel.
Gantz tampak terkejut atas kegagalan untuk menjatuhkan rudal lama, dengan mengatakan biasanya kami melihat hasil yang berbeda.
SA-5 adalah istilah NATO untuk rudal S-200, buatan Soviet yang pertama kali masuk militer Soviet pada akhir 1960-an.
Rudal itu diekspor ke Suriah pada awal 1980-an menyusul bentrokan antara Suriah dan Israel di Lebanon selatan, yang diduduki pasukan Israel secara ilegal pada saat itu.
Suriah diketahui memiliki delapan resimen rudal jarak jauh S-200VE, dengan rudal memiliki jangkauan operasional sekitar 300 kilometer serta berhulu ledak bom konvensional 200 kilogram.
Pejabat Suriah dan media belum mengomentari dugaan peluncuran S-200 ke arah Israel. S-200 dan penerus S-300 dan S-400 secara teknis mampu digunakan melawan target darat, tetapi paling efektif dalam menghancurkan penerbangan musuh, rudal jelajah dan balistik pada ketinggian hingga 30 km.
Kantor berita Suriah SANA melaporkan pada Kamis pasukan pertahanan udaranya menangkis serangan rudal Israel di sekitar Damaskus sekitar pukul 1:38 pagi waktu setempat.
Mereka menjatuhkan sebagian besar dari apa yang dikatakan sumber militer sebagai gelombang rudal yang datang dari arah Golan Suriah yang diduduki Israel.
Sumber itu juga mengatakan empat tentara Suriah terluka dan beberapa kerusakan material disebabkan oleh serangan Israel itu.
Serangan IDF sebagai reaksi atas peluncuran rudal S-200 sendiri didahului serangan Israel yang terpisah, yang diyakini telah memicu peluncuran rudal pertahanan udara ke wilayah Israel.
Israel dikenal memiliki sistem pertahanan rudal Kubah Besi atau Iron Dome, yang ditempatkan di berbagai front guna melindungi Israel dari serangan udara.
Israel pertama kali menggunakan sistem baru yang dirancang untuk mencegat roket yang masuk dari arah Lebanoon maupun Jalur Gaza. Sistem, Iron Dome, berhasil menembak jatuh delapan proyektil yang ditujukan ke kota-kota Israel.
Terkait serangan rudal dari Suriah, IDF mengkonfirmasi lolosnya S-200 memicu alarm peringatan, dan getaran ledakan rudal itu dirasakan di Yerusalem, sekitar 80 kilometer jauhnya.
Potongan proyektil tersebut jatuh di komunitas Ashalim, 40 kilometer dari Dimona. The Jerusalem Post melaporkan rudal pencegat yang ditembakkan ke S-200 mungkin adalah Patriot, tetapi militer tetap bungkam tentang penggunaan pencegat.
Juru bicara IDF Hidai Zilberman mengindikasikan militer tidak percaya rudal tersebut dengan sengaja menargetkan fasilitas nuklir Israel di Dimona.
Kepala Komando Pusat AS Jenderal Kenneth McKenzie juga mengatakan Pentagon tidak percaya bahwa S-200 dengan sengaja menargetkan Dimona, tetapi secara keliru mengklaim serangan itu telah dicegat.
“Mereka menembakkan misil mereka, misil menjadi balistik, secara harfiah, dan mengikuti lintasan parabola ke Israel, di mana mereka dicegat,” kata McKenzie.
“Saya tidak percaya itu adalah serangan yang disengaja, tetapi hanya karena kurangnya kemampuan di pihak pertahanan udara Suriah," lanjut McKenzie di sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat, Kamis waktu Washington.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)