Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Deklarasi Darurat Ketiga di Jepang, Kerugian Ekonomi Diperkirakan 699 Miliar Yen

Ekonomi akan kehilangan kesempatan meraih uang sebesar 699 miliar yen (411 miliar yen di Tokyo dan 288 miliar yen di tiga Prefektur Kansai).

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Deklarasi Darurat Ketiga di Jepang, Kerugian Ekonomi Diperkirakan 699 Miliar Yen
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Minuman keras jadi fokus larangan dalam PSBB ke-3 di Jepang mulai 25 April sampai dengan 11 Mei 2021. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selain meminta departemen store besar untuk tidak beroperasi, pemerintah Jepang juga meminta toko-toko tidak menjual sake atau minuman keras beralkohol selama deklarasi darurat atau PSBB ke-3 mulai Minggu (25/4/2021) sampai dengan 11 Mei 2021 khususnya di Tokyo, Osaka, Hyogo dan Kyoto.

Keempat wilayah tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari produk domestik bruto (PDB), dan lembaga pemikir swasta menyatakan kerugian ekonomi akan mencapai antara 300 sampai 699 miliar yen terhadap PDB dalam 17 hari masa PSBB mendatang.

Kepala Ekonom Mizuho Securities Shunsuke Kobayashi menganalisis bahwa dampak penutupan restoran dan toko besar selama liburan panjang akan mencapai 400 miliar yen, yang diperkirakan setara dengan 0,3 persen dari PDB pada periode April-Juni.

Selain itu, Institut Riset Daiwa memperkirakan ekonomi akan kehilangan 300 miliar yen.

Tim antisipasi corona dari berbagai otoritas termasuk polisi menegur masyarakat lewat berbagai imbauan tertulis di papan hijau yang dipegangnya.
Tim antisipasi corona dari berbagai otoritas termasuk polisi menegur masyarakat lewat berbagai imbauan tertulis di papan hijau yang dipegangnya. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Lalu dari Institut Riset Nomura ekonomi akan kehilangan kesempatan meraih uang sebesar 699 miliar yen (411 miliar yen di Tokyo dan 288 miliar yen di tiga Prefektur Kansai) selama periode deklarasi.

Di sisi lain, tidak seperti musim semi lalu ketika banyak kegiatan ekonomi termasuk ekspor dan konstruksi berhenti, sekarang baik individu maupun perusahaan mengubah perilaku mereka sesuai dengan momentum infeksi terlepas dari instruksi pemerintah.

Berita Rekomendasi

Kerugian akibat pencanangan tersebut diperkirakan sebagian besar hanya terbatas pada industri jasa dan industri ritel yang sudah tutup.

"Di Jepang, di mana vaksin dan tempat tidur tidak seaman di luar negeri, tidak ada pilihan selain mengulangi pengobatan simptomatik dengan efek pengendalian infeksi yang lemah," ungkap Kobayashi.

Baca juga: Profesor Jepang Minta Warga Lebih Berhati-hati terhadap Penyebaran Covid-19

Cara itu dengan menahan diri untuk tidak beroperasi setiap kali terjadi ledakan infeksi terutama karena strain mutan yang muncul.

Jika kemerosotan manajemen industri jasa dibiarkan tidak terkendali, kebangkrutan rantai pemasok dan perekrutan pekerja tidak tetap, yang merupakan bagian besar dari pekerjaan, dapat berkembang lebih jauh.

"Berurusan dengan saham mutan akan menentukan apakah ekonomi akan meningkat setelah kuartal April-Juni atau apakah kemerosotan akan berlanjut," papar para analis ekonomi tersebut.

Sementara itu Forum bisnis WNI di Jepang baru saja meluncurkan masih pre-open Belanja Online di TokoBBB.com yang akan digunakan sebagai tempat belanja para WNI dan orang Jepang yang ada di Jepang . Info lengkap lewat email: bbb@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas