8 Tentara Venezuela Tewas dalam Bentrokan di Perbatasan Kolombia
Delapan tentara Venezuela tewas dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata yang beroperasi di perbatasan Kolombia dan Venezuela.
Penulis: Triyo Handoko
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Delapan tentara Venezuela tewas dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata yang beroperasi di perbatasan Kolombia dan Venezuela.
Bentrokan tersebut sudah dimulai sejak awal Maret lalu, total korban tewas dari tentara Venezuela sudah 16 orang lebih.
Melansir Aljazeera, Kementerian Pertahanan Venezuela mengumumkan nama-nama tentara korban jiwa tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menteri Pertahanan Vladimir Padrino Lopez menyampaikan belasungkawa pemerintah kepada keluarga tentara.
Baca juga: Venezuela Bayar Uang Muka 64 juta Dolar AS untuk Dapatkan Vaksin COVAX
Baca juga: Venezuela Tolak Vaksin AstraZeneca Lewat COVAX
"Mereka sudah memenuhi sumpah untuk mempertahankan tanah air sampai nafas terakhir mereka," kata Vladimir Padrino Lopez.
Angkatan bersenjata Venezuela telah terlibat dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata Kolombia di negara bagian perbatasan barat Apure.
Bentrokan tersebut dilatar belakangi penggusuran ribuan warga sipil yang melarikan diri ke Kolombia.
Operasi tersebut sejauh ini telah mengakibatkan penangkapan dan penyitaan senjata, bahan peledak, dan obat-obatan.
Baca juga: Menlu Indonesia dan Kolombia Bahas Kerja Sama dan Tanda Tangani Kesepakatan Bebas Visa
Baca juga: Warga Kolombia Hilang Saat Berenang, Helikopter Dikerahkan
Venezuela menyatakan kelompok bersenjata yang disalahkan atas kerusuhan itu.
Selain menyebut mereka sebagai teroris, Venejuela mengaitkan mereka dengan perdagangan narkoba dan dengan Presiden Kolombia Ivan Duque.
Sumber keamanan di Kolombia mengatakan, mereka kemungkinan adalah pemberontak dari kelompok pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang sekarang dibubarkan.
Baca juga: Perkuat Hubungan Bilateral, Dubes RI Undang Makan Malam Wakil Menteri Luar Negeri Venezuela
Baca juga: AS Tak Terima Iran Kirim Minyak untuk Venezuela, Siap Jatuhkan Sanksi kepada Semua yang Membantu
Saling Tuding
Menanggapi pernyataan dari Kolombia tersebut, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan dukungan terhadap penyataan tersebut.
Sebelumnya Pasukan Revolusioner Kolombia - Tentara Rakyat (FARC) telah menandatangani perjanjian perdamaian bersejarah dengan Bogota pada 2016 untuk mengakhiri konflik bersenjata yang berlangsung selama lebih dari setengah abad.
Namun, beberapa pejuang FARC menolak untuk bergabung dalam proses perdamaian dan ingin melanjutkan perjuangan mereka.
Kelompok sempalan FARC juga berbaur dan memerangi pengedar narkoba di daerah tanpa hukum di Kolombia.
Baca juga: Iran Ingatkan AS Tidak Ganggu Kiriman Minyak Mereka ke Venezuela
Baca juga: Seniman Venezuela Ini Ciptakan Mural Raksasa dari 200 Ribu Tutup Botol, Intip Keunikannya
Sementara itu, hubungan diplomatik antara tetangga Amerika Latin tidak ada sejak Kolombia bergabung dengan Amerika Serikat.
Kemudian negara lain telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai Presiden Venezuela pada 2019.
Bogota telah lama menuduh Venezuela melindungi anggota FARC dan kelompok pemberontak bersenjata ELN di wilayahnya.
Namun tuduhan tersebut langsung dibantah Maduro.
Baca juga: Penerbangan Repatriasi Garuda Indonesia Diapresiasi Pemerintah Kolombia
Baca juga: Lima orang jadi simbol perlawanan di Cile, Irak, Hong Kong, Kolombia, dan Libanon
Maduro telah mengatakan Venezuela akan meminta bantuan segera dari PBB.
Terutama untuk membersihkan ranjau anti-personel yang dia klaim telah ditanam kelompok bersenjata di wilayah Venezuela.
(Tribunnews.com/Triyo)
Berita lainnya seputar Amerika Latin di sini.