Tank-tank Israel Mulai Serang Jalur Gaza
Israel telah mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan dan memanggil 9.000 tentara cadangan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PALESTINA - Artileri Israel menghantam Gaza Utara, Jumat (14/5/2021) pagi, dalam upaya menghancurkan jaringan luas terowongan militan di wilayah itu, kata militer Israel.
Gempuran tersebut menggeser medan pertempuran menjadi lebih dekat ke kawasan-kawasan sipil yang padat penduduknya dan membuka jalan bagi kemungkinan berlangsungnya invasi darat.
Israel telah mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan dan memanggil 9.000 tentara cadangan setelah beberapa hari bertempur dengan kelompok militan Islam Hamas, yang menguasai Gaza.
Kelompok militan Palestina itu telah menembakkan sekitar 1.800 roket, dan militer Israel telah melancarkan lebih dari 600 serangan udara, merobohkan setidaknya tiga blok apartemen.
Baca juga: Israel Masih Serang Jalur Gaza, 119 Warga Palestina Termasuk Anak-anak Tewas dan 830 Orang Terluka
Pertempuran yang meningkat itu terjadi sementara kekerasan komunal di wilayah Israel kembali berlangsung pada malam keempat berturutan.
Sekelompok Yahudi dan sekelompok Arab lagi-lagi bentrok di kota Lod.
Bentrokan itu terjadi meski ada peningkatan kehadiran polisi yang didukung oleh para pemimpin negara tersebut.
Warna api yang kuning kemerahan terlihat menerangi langit Gaza, sementara ledakan-ledakan yang memekakkan telinga dari pinggiran kota itu membuat orang-orang terbangun dari tidur mereka.
Di Jalur Gaza Utara, Rafat Tanani, istrinya yang hamil dan keempat anak mereka tewas setelah sebuah pesawat perang Israel menghantam sebuah bangunan, kata sejumlah penduduk setempat.
Sadallah Tanani, seorang kerabat mereka, mengatakan keluarga itu meninggal setelah tempat tinggalnya dibom tanpa peringatan.
“Itu adalah pembantaian. Perasaan saya sungguh tak terlukiskan, '' katanya.
Letkol Jonathan Conricus, juru bicara militer, mengatakan, tank-tank yang ditempatkan di dekat perbatasan melepaskan 50 tembakan.
Itu adalah bagian dari operasi besar yang juga melibatkan serangan udara, dan ditujukan untuk menghancurkan terowongan-terowongan di bawah Kota Gaza yang digunakan oleh militan untuk menghindari pengawasan dan serangan udara, yang oleh militer Israel disebut “Metro”.
Serangan itu terjadi setelah tim mediasi Mesir bergegas ke Israel untuk melangsungkan pembicaraan gencatan senjata yang tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Saleh Aruri, seorang pemimpin senior Hamas di pengasingan, mengatakan kepada saluran satelit yang berbasis di London Al Araby bahwa kelompoknya telah menolak proposal untuk jeda kekerasan selama tiga jam.
Ia mengatakan Mesir, Qatar dan PBB memimpin upaya gencatan senjata itu.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 109 warga Palestina, termasuk 28 anak-anak dan 15 perempuan, dengan 621 orang terluka.
Kelompok militan Hamas dan Jihad Islam telah mengonfirmasi 20 kematian di kubu mereka, meskipun Israel mengatakan jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
Tujuh orang tewas di pihak Israel, termasuk seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dan seorang tentara.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah untuk melanjutkan operasi militer tersebut, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa Israel akan sangat memukul Hamas.
Di Washington, Presiden Joe Biden mengatakan ia telah berbicara dengan Netanyahu untuk meredakan pertempuran tetapi juga mendukung pemimpin Israel itu dengan mengatakan bahwa tidak ada reaksi berlebihan Israel yang signifikan. [ab/uh]