Penjelasan Analis Mengapa Israel Hancurkan Rumah, Serang Warga, dan Gedung Vital di Gaza
Sejak eskalasi konflik Israel dan Palestina pada 10 Mei lalu, negara Yahudi telah menghancurkan lebih dari 184 bangunan vital di Jalur Gaza.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Sejak eskalasi konflik Israel dan Palestina pada 10 Mei lalu, negara Yahudi telah menghancurkan lebih dari 184 bangunan vital di Jalur Gaza.
Otoritas Gaza mencatat, di antara lebih dari 184 bangunan itu, enam gedung tinggi landmark kota telah diratakan jet tempur Israel.
Rudal dan bom Israel merusak bangunan pemukiman, kawasan komersial, fasilitas kesehatan, hingga gedung pusat media berisi 33 institusi.
Dilansir Al Jazeera, serangan udara Israel pada Sabtu lalu menghancurkan menara Al Jalaa, apartemen sekaligus kantor media Al Jazeera dan Associated Press (AP).
Baca juga: Kecam Israel dan Amerika Serikat, Wakil Ketua MPR : Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
Baca juga: 4 Kendaraan Taktis Kepolisian Amankan Aksi Bela Palestina di Kedubes Amerika
Israel membenarkan pengeboman itu dengan mengklaim bahwa lokasi tersebut merupakan gudang aset militer Hamas.
Namun Israel hingga kini belum bisa memberikan bukti soal tudingannya tersebut.
Sementara itu, pemboman ini dikecam pers, karena dianggap usaha untuk membungkam jurnalis yang meliput serangan Israel di Gaza.
Pemboman Israel juga telah merusak saluran air, sanitasi, dan kebersihan bagi ratusan warga Gaza.
Analis politik dan ekonomi, Mohsen Abu Ramadan menjelaskan alasan di balik aksi Israel membom wilayah pemukiman sipil dan infrastuktur.
"Kami telah melihatnya dalam serangan sebelumnya, tetapi skala penargetan warga sipil kali ini di Jalur Gaza jauh lebih tinggi," katanya kepada Al Jazeera.
Menurutnya, adanya dukungan dari Uni Eropa dan AS serta lemahnya sikap para pemimpin negara Arab, memungkinkan Israel menerapkan taktik seperti ini.
Pada Minggu lalu, serangan udara Israel memakan korban jiwa 42 orang termasuk 10 anak dan 16 wanita, menjadikannya serangan tunggal paling mematikan.
Banyak keluarga terkubur di bawah puing-puing rumah di Jalan Al Wehda, wilayah yang ramai dan berada di tengah Kota Gaza.
"Dalam banyak kasus, warga sipil bahkan tidak diperingatkan untuk mengevakuasi rumah dan tempat kerja mereka."
"Jadi propaganda Israel (mengaku) memberikan peringatan untuk alasan kemanusiaan sebelum serangan adalah omong kosong," kata Abu Ramadhan.
Meski Israel mengakui serangannya membunuh warga sipil, Abu Ramadhan menilai pemboman di Jalan Al Wehda memiliki tujuan khusus.
Dia menilai, Israel ingin menciptakan ketidakpuasan dan membuat warga Palestina menentang kelompok bersenjata di Gaza.
"Target-target ini, yang secara langsung mempengaruhi warga sipil, ditujukan untuk merusak reputasi kelompok bersenjata dengan menciptakan celah di antara mereka dalam hal dukungan," kata Abu Ramadan.
"Mendorong orang-orang Palestina untuk menuntut kelompok militer agar berhenti menembakkan roket ke Israel, yang berarti kehilangan dukungan rakyat dan itulah yang menjadi andalan Israel," pungkasnya.
Namun Wali Kota Gaza, Yahya al-Sarraj menilai keinginan rakyat Palestina untuk gecatan senjata bukan semata-mata membebaskan Israel dan menyalahkan kelompok militer.
"Banyaknya kematian warga sipil dan kerusakan berat yang terjadi di Jalur Gaza adalah upaya putus asa untuk mendemoralisasi ketabahan dan kemauan kuat rakyat kami," kata al-Sarraj.
Kendati demikian, kata al Sarraj, para korban serangan Israel justru menunjukkan tekad kuat.
"Mereka tahu serangan ini bukan hanya perang di Gaza, tetapi perpanjangan dari kebijakan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki," tambahnya.
Baca juga: Massa Gelar Aksi Bela Palestina di Kedubes Amerika: Stop Bombing Gaza
Baca juga: Pejabat Hamas Prediksi Gencatan Senjata Israel-Palestina akan Segera Terjadi: Mungkin dalam 24 Jam
Gaza merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia.
Selama ekalasi kekerasan, Israel menargetkan jalan, areal rumah sakit, jalur komunikasi, listrik, pembuangan limbah, pipa air, hingga akses ambulans.
Bahkan kafe, pabrik, pertokoan, pusat amal, pabrik kasur dan es krim, hingga sekolah turut dibom.
Al-Sarraj mengatakan pabrik dihancurkan untuk melemahkan ekonomi Jalur Gaza dan membuat warga putus asa.
Total kerugian mencapai 322,3 juta dolar Amerika Serikat menurut pejabat lokal.
Berita terkait Israel Serang Jalur Gaza
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)