Bangsawan Terpidana Mati Suap Sang Algojo: Jangan Ceroboh
Ini kisah uni tempo doeloe, saat seorang bangsawan Inggris hendak dipenggal kepala, lalu ia menyuap sang algojo.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM - SEORANG bangsawan Inggris, Duke of Monmouth, James Scot, mendapat hukuman mati karena memberontak terhadap Raja James II. Monmouth merupakan putra luar nikah Raja Charles II, penguasa Inggris sebelum James II.
Monmouth sempat melarikan diri dan menyamar sebagai seorang gambala. Ia kemudian ditangkap dan harus menjalani hukuman mati berupa pemenggalan di Tower Hill, London, pada 15 Juli 1685. Algojo yang ditunjuk sebagai eksekutor bernama Jack Ketch.
Sebelum Monmouth meletakkan kepalanya di balok eksekusi, ia memberi uang suap 6 guinea kepada algojo agar jangan bertindak ceroboh, seperti ketika ia mengeksekusi Lord Russel, beberapa waktu sebelumnya.
“Saya dengar kamu menebasnya (Lord Russel) empat atau lima kali,” kata Monmouth. Apa yang terjadi kemudian? Pada tebasan pertama hanya mengakibatkan luka kecil di leher terpidana.
Tak pelak Monmouth menoleh kepada Jack Ketch. Tebasan kedua juga tidak membawa hasil. Akhirnya ia melemparkan kapaknya dan menolak meneruskan tugasnya.
“Saya tidak dapat melakukannya. Hatiku tidak kuat,” ujarnya. Setelah dibujuk sheriff dan para penonton, Ketch bersedia meneruskan tugasnya. Terpidana mengembuskan nafas terkahir setelah dua kali tebasan berikutnya.
Jack Keth yang akrab dipanggail John, ditunjuk sebagai algojo London, dari 1666 hingga 1678. Ia dikenal ceroboh dalam bekerja, sehingga para terpidana baru mengembuskan nafas terakhir setelah mengalami lebih dari empat kali tebasan senjata tajam.
Ia seringkali menjalankan tugasnya dalam keadaan mabuk. Jack Ketch diperkirakan telah membunuh ratusan orang, mayoritas melalui hukuman gantung. Oleh karena itu ia dianggap kurang pengalaman melakukan eksekusi berupa pemenggalan.
Satu di antara kecerobohan yaitu ketika Jack Keth mengeksekusi Lord Russel yang dituduh berkomplot membunuh Raja Charles II, pada 1683. Ketika mengeksekusi Russel, sang algojo melakukan lima tebasan.
Ketch menerima begitu banyak kritikan sehingga ia membuat permintaan maaf secara tertulis, sambil menyalahkan para terpidana mati karena melakukan posisi salah dan tidak memberikan sinyal tangan untuk memberitahu telah siap dieksekusi. (feb)
Baca juga: Artidjo Alkostar Meninggal, Mahfud MD: Hakim Agung yang Dijuluki Algojo oleh Koruptor
*Kisah itu dikutip dari buku ‘Bloody History London. Kejahatan, Korupsi, dan Pembunuhan’ karya John D Wright, terbitan Elex Media Komputindo, September 2019.