Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gaji Ayahnya Tak Dibayar Pemerintah, Pria Ini Bunuh Diri, Minta Pesan Terakhir Diupload

Seorang warga Kashmir, India, bunuh diri dengan minum racun karena kesulitan hidup setelah gaji ayahnya tak dibayar pemerintah selama dua tahun

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Gaji Ayahnya Tak Dibayar Pemerintah, Pria Ini Bunuh Diri, Minta Pesan Terakhir Diupload
TWITTER
Pemandangan Pegunungan Kashmir yang terlihat jelas sejak 30 tahun terakhir ini dilihat dari Kota Sialkot di Punjab, India. 

TRIBUNNEWS.COM, KASHMIR – Jumat (28/5) malam, Shoaib Bashir Mir (24) menelepon temannya Muhammad Abbas dari sebuah kebun apel di Desa Avil di Distrik Kulgam, wilayah Kashmir yang dikuasai India.

Mir meminta Abbas untuk mengunggah video yang dibuatnya di media sosial. Dalam video tersebut, Mir merekam pesan terakhirnya.

 “Saya mengorbankan diri saya untuk semua guru yang telah kehilangan gaji mereka selama dua setengah tahun sekarang, sehingga masalah mereka diselesaikan,” katanya.

”Gaji ayah saya telah dipotong dan hidup kami menjadi sengsara di luar imajinasi,” katanya, suara tersedak.

Mir, mahasiswa magister psikologi tahun kedua, mengatakan dia mengakhiri hidupnya dengan mengonsumsi racun dan meminta keluarganya untuk bersabar.

Baca juga: India dan Pakistan Memanas, Kini Rebutan Soal Peta Baru untuk Wilayah Kashmir

Mir sempat dibawa ke rumah sakit di kota utama Srinagar, namun nyawanya tak tertolong. Ia meninggal dua hari kemudian.

Kematian Mir mengungkap potret buram nasib pegawai pemerintah di Kashmir yang dikelola India, termasuk ayah Bashir Ahmad Mir.

Berita Rekomendasi

Gaji mereka tak dibayar selama bertahun-tahun karena hubungan masa lalu mereka dengan pemberontakan bersenjata di wilayah yang disengketakan.

Wilayah Kashmir di Himalaya terbagi dua, antara Kashmir India dan Kashmir Pakistan, sejak kedua negara memperoleh kemerdekaan mereka dari pemerintahan Inggris pada tahun 1947.

Ketika pemberontakan bersenjata melawan pemerintahan India terbentuk di Kashmir yang dikelola India pada awal 1990-an, ribuan pemuda Kashmir menyeberang ke pihak Pakistan untuk menjalani pelatihan senjata.

Baca juga: Tokoh Jammu Kashmir Serukan Solidaritas Nasional India Hadapi Gempuran Covid-19

Ribuan pemberontak sejak itu tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan India, sementara ratusan lainnya menyerahkan senjata. Mereka yang menyerah dilantik menjadi pegawai pemerintah dalam dua dekade terakhir.

Namun, situasi berubah setelah India pada 2019 menghapus status khusus kawasan itu dan membawanya di bawah kendali pemerintah federal.


Sejak itu, New Delhi telah memperketat cengkeramannya terhadap hampir 500.000 pegawai pemerintah, dengan alasan "keamanan negara". Dalam dua bulan terakhir, setidaknya enam warga Kashmir diberhentikan dari pekerjaan mereka.

Di departemen pendidikan wilayah saja, para pejabat mengatakan, ada hampir 150 guru yang gajinya ditahan selama hampir dua tahun, 65 di antaranya mantan pemberontak, seperti ayah Mir, Bashir.

Catatan polisi menunjukkan bahwa Bashir adalah mantan pemberontak yang menyeberang ke Pakistan untuk pelatihan senjata pada awal 1990-an.

Baca juga: Covid-19 di India: Jenazah Pasien yang Hanyut di Sungai Dilaporkan Dimakan Anjing Liar

Menurut catatan, dia ditangkap pada tahun 1996 di bawah Undang-Undang Keamanan Publik, sebuah undang-undang di mana seseorang dapat dipenjara hingga satu tahun atau lebih tanpa jaminan.

 Pada bulan Desember 1999, pengadilan setempat membebaskannya dari semua tuduhan.

Dia diangkat sebagai guru sementara dengan gaji bulanan yang kecil sebesar 1.500 rupee India (sekitar Rp 300 ribu) untuk lima tahun pertama.

Pada tahun 2013, statusnya dinaikkan menjagi guru tetap, dengan laporan polisi menyebut Bashir “saat ini diam dan sibuk dengan pekerjaannya”.

“Suami saya bekerja sangat keras sebagai guru. Dia mengajar anak-anak suku. Bahkan di saat kelas online, dia pergi ke rumah mereka karena mereka tidak memiliki smartphone,” kata istri Bashir, Jameela, kepada Al Jazeera di rumah mereka.

Baca juga: Muncul Infeksi Jamur Aspergillosis di India, Ditemukan pada Pasien Covid-19 yang Baru Sembuh

“Bahkan polisi dalam laporannya mengatakan dia sibuk dengan pekerjaannya,” katanya.

Jameela menambahkan, suaminya menerima gajinya secara teratur hingga Maret 2019 ketika dihentikan oleh departemen untuk “verifikasi ulang hubungan masa lalunya dengan militansi”.

Jameela mengatakan putranya "dipaksa mengambil langkah ekstrem" untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena "pelecehan pemerintah terhadap orang miskin seperti kita".

Keluarga Bashir mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi biaya pendidikan ketiga anak mereka. Mir mengejar masternya, kakak laki-lakinya Ehsan baru saja menyelesaikan kursus tekniknya, sementara adik perempuan mereka mengejar gelar sarjana seni.

Jameela mengatakan mereka telah mengambil pinjaman pendidikan untuk anak-anak, dan mereka tidak mampu membayarnya sekarang.

Baca juga: Warga India Mulai Sembah Dewi Korona, Patung Dewi Korona Dimandikan dengan Air Kunyit dan Susu

“Kedua putra saya mendapat pendidikan setelah kami mendapat pinjaman, tetapi sekarang kami tidak memiliki sumber daya untuk membayar kembali. Dalam beberapa hari terakhir, bank telah memaksa kami untuk  membayar. Anak saya merasa frustrasi dan tidak berdaya,” katanya.

Setelah mengkonsumsi racun di kebun, menurut Jameela, Mir berjalan ke rumahnya satu kilometer (0,6 mil) jauhnya dan memeluknya untuk terakhir kalinya.

“Wajahnya menjadi pucat dan matanya terlihat hitam. Saya bertanya kepadanya apa yang terjadi. Dia hanya berkata: 'Ibu, mengapa kita begitu miskin?' kata Jameela.

“Saya memeluknya erat-erat dan mengatakan kami sehat dan kami akan mengatasi kesulitan ini. Aku menangis dan menjerit tapi dia sudah kehilangan suaranya. Ini adalah kata-kata terakhirnya untukku,” katanya.

Abbas, sahabat Mir di desa yang belajar di kelas yang sama, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa temannya seharusnya membayar 2.500 rupee (sekitar Rp 500 ribu) untuk semester terakhir kelas masternya, tetapi dia tidak punya uang.

Baca juga: Setelah Jamur Hitam dan Jamur Putih, Kini Muncul Infeksi Jamur Kuning di India

“Saya melihatnya melakukan segala macam pekerjaan sambilan, mengemudikan traktor, mengangkat kotoran sapi di ladang, membawa batu bata, mengajar anak-anak, memetik apel tetapi tetap saja dia tidak dapat memenuhi kebutuhan. Dia akan belajar di malam hari dan melakukan semua pekerjaan di siang hari,” kata Abbas.

“Dia akan bersembunyi dari penjaga toko desa tempat ia berutang uang, dia akan berjanji kepada mereka bahwa dia akan membayar begitu gaji ayahnya datang tetapi itu tidak datang. Dia tidak jujur, hanya tidak mampu memenuhi kata-katanya,” ujar Abbas.

Ketua Serikat Pekerja Lokal, Forum Guru, Rafiq Ahmad mengatakan banyak guru tidak mendapatkan gaji meskipun menjalankan tugasnya.

“Jika Anda diminta untuk memberikan layanan secara gratis, itu adalah ketidakadilan,” katanya kepada Al Jazeera.

Ia menilai karyawan tidak dibayar meskipun bekerja di tengah pandemi dan "mempertaruhkan hidup mereka, memberikan tugas kepada siswa dan memberi mereka makan siang".

Baca juga: Pasangan India Menikah di dalam Pesawat agar Terbebas dari Prokes, Dihadiri 161 Tamu dan Berdesakan

“Ada seorang guru yang ibunya penderita kanker dan ayahnya sakit tapi tidak punya uang untuk membeli obat-obatan untuk mereka. Saya telah memohon kepada pemerintah untuk mereka selama dua tahun terakhir,” katanya.

“Kami tahu mereka memiliki hubungan dengan militan, tetapi ketika mereka mendapatkan pekerjaan mereka, mereka diberi izin oleh pemerintah. Mereka tidak memiliki kasus terhadap mereka saat ini,” tegasnya. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas