Setelah Vaksin COVID-19 Sinopharm, Sinovac Jadi Vaksin Kedua China yang Disetujui WHO
Vaksin virus corona (COVID-19) Sinovac mendaptkan persetujuan penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (1/6/2021).
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui vaksin virus corona (COVID-19) Sinovac untuk penggunaan darurat, Selasa (1/6/2021).
Dikutip dari Channel News Asia, vaksin Sinovac adalah vaksin kedua dari China yang menerima lampu hijau dari WHO.
Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu menandatangani vaksin dua dosis CoronaVac dari perusahaan yang berbasis di Beijing, Sinovac, yang sudah digunakan di beberapa negara di seluruh dunia.
Dikatakan Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, vaksin Sinovac disetujui karena telah terbukti aman, efektif, dan terjamin kualitasnya.
Selain itu, vaksin Sinovac juga memiliki persyaratan penyimpanan yang mudah, sehingga cocok untuk pengaturan sumber daya rendah.
Baca juga: Menkes Canangkan Vaksinasi Covid-19 bagi Kaum Disabilitas
Baca juga: UPDATE Haji 2021: Bio Farma Siap Lobi Vaksin Johnson & Johnson, Menag Siapkan Skenario Keberangkatan
"Saya senang mengumumkan bahwa vaksin Sinovac-CoronaVac telah diberikan daftar penggunaan darurat WHO setelah terbukti aman, efektif, dan terjamin kualitasnya."
"Persyaratan penyimpanan yang mudah dari CoronaVac membuatnya sangat cocok untuk pengaturan sumber daya rendah."
"Sekarang sangat penting untuk mendapatkan alat yang menyelamatkan jiwa ini kepada orang-orang yang membutuhkannya dengan cepat," kata Tedros dalam konferensi pers.
WHO mengatakan daftar penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) memberi negara, penyandang dana, lembaga pengadaan dan masyarakat jaminan bahwa vaksin telah memenuhi standar internasional.
Diketahui, selain vaksin Sinovac dan Sinopharm, WHO telah memberikan status EUL untuk vaksin yang dibuat oleh Pfizer/BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca yang diproduksi di India, Korea Selatan, dan Uni Eropa.
Daftar WHO itu membuka jalan bagi negara-negara di seluruh dunia untuk menyetujui dan mengimpor vaksin.
Sehingga vaksin dapat didistribusikan dengan cepat, terutama ke negara-negara yang tidak memiliki regulator standar internasional sendiri.
Ini juga membuka pintu bagi produsen vaksin untuk memasuki fasilitas berbagi vaksin global COVID-19 Vaccines Global Access (COVAX).
Sebagaimana diketahui, COVAX bertujuan untuk memberikan akses yang adil terhadap dosis di seluruh dunia, terutama di negara-negara miskin.
Saat ini hanya vaksin AstraZeneca dan vaksin Pfizer yang mengalir melalui skema COVAX.
Baca juga: Penanganan Covid: Vaksin Sinovac dari China Dapat Persetujuan untuk Penggunaan Darurat dari WHO
Baca juga: Covid-19 di India: Jenazah Pasien yang Hanyut di Sungai Dilaporkan Dimakan Anjing Liar
"Dunia sangat membutuhkan beberapa vaksin COVID-19 untuk mengatasi ketimpangan akses yang sangat besar di seluruh dunia," kata Mariangela Simao, asisten direktur jenderal WHO untuk akses ke produk kesehatan.
"Kami mendesak produsen untuk berpartisipasi dalam fasilitas COVAX, berbagi pengetahuan dan data mereka dan berkontribusi untuk mengendalikan pandemi," tambahnya.
Tingkat Efisiensi
WHO merekomendasikan vaksin Sinovac untuk digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
Vaksin Sinovac diketahui memiliki tingkat keefektifan 51 persen, menurut mereka yang pernah divaksinasi Sinovac.
"WHO merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, dalam jadwal dua dosis dengan jarak dua hingga empat minggu," kata WHO.
"Hasil kemanjuran vaksin menunjukkan bahwa vaksin mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dari mereka yang divaksinasi dan mencegah COVID-19 yang parah dan rawat inap pada 100 persen dari populasi yang diteliti," tambah WHO dalam sebuah pernyataan.
Vaksin Sinovac mengandung bentuk virus corona yang tidak aktif yang tidak dapat menyebabkan penyakit.
Vaksin Sinovac juga memiliki zat yang membantu memperkuat respons kekebalan terhadap vaksin.
Ketika diberikan suntikan, sistem kekebalan mengidentifikasi virus yang tidak aktif sebagai benda asing dan membuat antibodi untuk melawannya.
Baca juga: Update Corona Global 2 Juni 2021: Jumlah Kasus Aktif di India Ada 1,8 Juta
Baca juga: Wiku: Upaya Terbaik Menghindari Penularan Covid-19 adalah Disiplin Protokol Kesehatan dan Vaksinasi
Kemudian, akan mengenali virus yang aktif dan mempertahankan tubuh terhadapnya.
Beberapa orang berusia di atas 60 mengambil bagian dalam uji klinis vaksin Sinovac.
Namun, WHO mengatakan seharusnya tidak ada batasan usia atas pada vaksin karena tidak ada alasan untuk percaya bahwa vaksin itu memiliki profil keamanan yang berbeda pada generasi yang lebih tua.
Sebagai informasi, Sinovac sudah digunakan di 22 wilayah di seluruh dunia, menurut hitungan AFP.
Selain China, negara yang menggunakan Sinovac antara lain Chili, Brasil, Indonesia, Meksiko, Thailand, dan Turki.
Chen Xu, duta besar China di Jenewa, mengatakan status EUL CoronaVac memperluas jumlah alat global untuk memerangi pandemi.
"China akan terus bekerja dengan komunitas internasional untuk mempromosikan aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin COVID-19 terutama di negara berkembang," katanya dalam tweet.
Berita lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)