Profil Yair Lapid, Pemimpin Oposisi yang Menantang Benjamin Netanyahu dalam Pemilu Israel
Sebagian besar orang mengenal Yair Lapid karena karirnya sebagai jurnalis dan pembawa acara televisi populer, simak profilnya berikut ini.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Koalisi baru yang menantang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah terbentuk.
Mantan sekutu sayap kanan Netanyahu, Naftali Bennett bersama mantan pembawa acara TV Yair Lapid telah membentuk pemerintahan baru, Rabu (2/6/2021).
Upaya Lapid untuk menggantikan Netanyahu sudah dilakukan sebelum pembentukan koalisi baru, yang sempat gagal karena konflik Israel-Hamas pada 10 Mei 2021 kemarin.
Secara intensif, Israel mengebom Jalur Gaza selama 11 hari, sementara Hamas, kelompok yang menguasi daerah kantong yang terkepung itu menembakkan roket ke arah Israel.
Mesir muncul sebagai penengah konflik Israel-Hamas, pada 20 Mei 2021, gencatan senjata pun berhasil disepakati.
Kini, Lapid memiliki tugas untuk memperkuat kesepakatan bilateral dengan berbagai pihak berbeda.
Baca juga: Pemerintahan Baru Israel, Berikut Garis Waktu Kesepakatan antara Yair Lapid dan Naftali Bennett
Baca juga: Palestina Tolak Koalisi Anti-Netanyahu di Israel: Tak Ada Bedanya
Namun, siapa Yair Lapid?
Berikut ini Tribunnews rangkum profil Yair Lapid dari beberapa sumber:
Al Jazeera menulis, Yair Lapid merupakan pemimpin oposisi sentris.
Sebagian besar orang mengenal Yair Lapid karena karirnya sebagai jurnalis dan pembawa acara televisi populer.
Yair Lapid lahir di Tel Aviv, dari mantan menteri kehakiman yang sangat sekuler Yosef "Tommy" Lapid, yang juga meninggalkan jurnalisme untuk memasuki dunia politik.
Ibunya, Shulamit Lapid, adalah seorang novelis, penulis drama dan penyair terkenal.
Celebsagewiki menulis, pada pertengahan 1980-an, Lapid menikah dengan Tamar Friedman.
Lapid dan Friedman kemudian bercerai, dan pindah ke Los Angeles, di mana dia bekerja di industri televisi, kemudian kembali ke Israel.
Baca juga: Partai Oposisi Israel Siap Gulingkan Perdana Menteri Netanyahu, Pertama Kalinya Partai Arab Gabung
Baca juga: Partai Oposisi Israel Capai Kesepakatan Koalisi, Buka Jalan bagi Keluarnya Netanyahu dari Jabatannya
Perjalanan Karir Yair Lapid
Lapid juga diketahui pernah berprofesi sebagai petinju amatir dan seniman bela diri yang juga telah menerbitkan selusin buku.
Ia merupakan kolumnis surat kabar sebelum menjadi presenter di Channel 2 TV, sebuah peran yang meningkatkan ketenarannya.
Lapid pernah tampil dalam daftar pria Israel yang paling diinginkan.
Pada 2012, ia mendirikan partai Yesh Atid (There is a Future), beberapa orang menganggapnya sebagai hal baru dari bintang media, yang berusaha mempertaruhkan kesuksesan politik.
Bagaimanapun, partai Lapid merupakan pemenang besar dalam pemilihan dan berada di urutan kedua, dengan memenangkan 19 kursi dari 120 kursi parlemen Israel.
Sejak saat itu, Yesh Atid memantapkan dirinya sebagai kekuatan yang kredibel dalam politik dan menjadi pemain kunci pemerintahan koalisi Netanyahu dari 2013-2014, ketika Lapid menjabat sebagai Menteri Keuangan Israel.
Saat memangku jabatan tersebut, Lapid fokus pada pengorganisasian kembali sistem yang memberikan pembayaran kesejahteraan kepada komunitas ultra-Ortodoks, yang dia tuduh memeras uang dari negara daripada mencari pekerjaan berbayar.
Sebagian besar perubahannya dibalik oleh pemerintahan berikut.
Baca juga: WHO: Hampir 200 Ribu Warga Palestina Butuhkan Bantuan Medis setelah Konflik Hamas-Israel di Gaza
Baca juga: Kepala UNRWA Desak Israel Batalkan Penggusuran Warga Palestina di Yerusalem
Mengenai konflik Israel-Palestina, Lapid dilaporkan mendukung solusi dua negara, tetapi menentang pembagian Yerusalem apa pun yang dipandang oleh Palestina sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Partai Lapid bergabung dengan oposisi pada 2015 setelah menolak untuk membentuk aliansi dengan Netanyahu dan mengalami kemunduran yang signifikan dalam pemilihan umum tahun itu.
Pada 2019, Yesh Atid bergabung dengan Israel Resilience dan Telem untuk membentuk koalisi sentris Blue and White yang dibentuk di bawah kepemimpinan mantan panglima militer Benny Gantz.
Blue and White kemudian melawan Likud sayap kanan Netanyahu di tiga pemilihan dalam waktu kurang dari setahun.
Lapid berpisah dengan aliansi tersebut setelah Gantz bergabung dengan Netanyahu untuk membentuk aliansi yang rapuh dan berumur pendek pada Maret 2020.
Ia pun menuduh Gantz melanggar janji fundamental yang telah dibuat oleh Blue and White kepada para pendukungnya, yaitu bahwa mereka akan berjuang untuk menyingkirkan Netanyahu.
Dalam wawancara dengan kantor berita AFP pada September, Lapid mengatakan Gantz secara naif percaya bahwa Netanyahu akan bekerja sama dalam koalisi.
"Saya memberi tahu (Gantz), 'Saya telah bekerja dengan Netanyahu. Mengapa Anda tidak mendengarkan suara pengalaman… Dia berusia 71 tahun. Dia tidak akan berubah '," kata Lapid.
Setelah keluar dari Blue and White, Lapid mengambil kursinya di parlemen sebagai kepala Yesh Atid dan pemimpin oposisi.
Ia menggambarkan pemerintahan persatuan Netanyahu-Gantz yang berumur pendek sebagai "koalisi konyol" di mana menteri kabinet yang tidak menyukai satu sama lain tidak repot-repot untuk berkomunikasi.
Lapid juga memperkirakan koalisi akan runtuh pada bulan Desember, di tengah sengit pahit antara Netanyahu dan Gantz.
Berita lain terkait Politik Israel
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)