Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perempuan Pengidap HIV Di Afrika Selatan Kembangkan 32 Mutasi Covid-19 Dalam Tubuhnya

Para ilmuwan telah mengungkapkan kasus mengejutkan dari seorang perempuan berusia 36 tahun yang terinfeksi HIV tingkat lanjut

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Perempuan Pengidap HIV Di Afrika Selatan Kembangkan 32 Mutasi Covid-19 Dalam Tubuhnya
Richard Susilo
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN - Para ilmuwan telah mengungkapkan kasus mengejutkan dari seorang perempuan berusia 36 tahun yang terinfeksi HIV tingkat lanjut dan virus corona (Covid-19) yang memiliki mutasi lebih 'bahaya'.

Mereka melihat kasus ini saat nama perempuan tersebut masuk dalam daftar 300 orang dengan HIV yang diteliti untuk melihat respons kekebalan terhadap Covid-19.

Di Afrika Selatan, para ilmuwan telah menemukan kasus aneh dari seorang perempuan HIV-positif yang memiliki mutasi virus corona yang berpotensi berbahaya.

Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (9/6/2021), perempuan berusia 36 tahun itu membawa virus corona selama 216 hari dan selama periode tersebut, virus itu telah bermutasi 32 kali.

Baca juga: Ledakan Covid Meningkat di Bangkalan dan Kudus, Kemenkes Diminta Lebih Cepat Tanggap

Laporan kasus yang diterbitkan sebagai pracetak di jurnal medis medRxiv pada pekan lalu, mengungkapkan bahwa perempuan itu didiagnosis dengan HIV pada 2006 dan sistem kekebalannya telah melemah secara konsisten sejak saat itu dari waktu ke waktu.

Setelah terinfeksi Covid-19 pada September 2020, virus tersebut mengakumulasi 13 mutasi pada protein lonjakannya dan 19 perubahan genetik lainnya yang dapat mengubah perilaku virus.

BERITA REKOMENDASI

Menurut laporan tersebut, beberapa dari mutasi ini adalah 'varian yang mengkhawatirkan', seperti mutasi E484K, yang merupakan bagian dari varian Alpha B.1.1.7 yang kali pertama ditemukan di Inggris, dan mutasi N510Y yang merupakan bagian dari mutasi dari varian Beta B.1.351 yang kali pertama terlihat di Afrika Selatan.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Sinergi Baik antara Pemerintah dan Masyarakat, Redam Lonjakan Kasus Covid-19

Sementara itu, masih belum dapat dipastikan apakah perempuan tersebut menularkan mutasi itu kepada orang lain.

Namun para ilmuwan telah menekankan bahwa kemungkinan 'bukan suatu kebetulan' jika sebagian besar varian baru itu muncul dari daerah seperti KwaZulu Natal di Afrika Selatan, di mana lebih dari 1 dari 4 orang dewasa positif terinfeksi HIV.

Kendati demikian, saat ini hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi HIV lebih rentan tertular Covid-19 dan mengembangkan komplikasi parah.

Para ahli mengatakan jika lebih banyak kasus seperti itu ditemukan, maka pasien dengan HIV tingkat lanjut dapat 'menjadi pabrik varian bagi seluruh dunia'.


Menurut dokter, seseorang yang mengidap HIV berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami kematian saat terinfeksi virus corona dibandingkan seseorang yang tidak memiliki penyakit penyerta (komorbid).

Baca juga: Update COVID-19 Global Selasa 8 Juni 2021: Total Kasus Aktif 12,6 Juta, Indonesia Tertinggi ke-16

Ini karena faktor yang dipicu dari lemahnya sistem kekebalan tubuh orang yang mengidap HIV.

Seperti yang terjadi pada perempuan dalam studi kasus itu yang mengalami imunosupresi atau penurunan sistem kekebalan tubuh.

Ahli Genetika di University of KwaZulu-Natal di Durban sekaligus penulis penelitian, Tulio de Oliveira mengatakan bahwa pasien yang mengalami imunosupresi dapat membawa virus Covid-19 lebih lama jika dibandingkan yang lain.

Dalam kasus perempuan itu, de Oliveira mengatakan bahwa perempuan tersebut hanya menunjukkan gejala ringan Covid-19 selama gejala awalnya, meskipun ia masih membawa virus corona.

Menurut analisis data Afrika Selatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Western Cape tahun lalu, dampak HIV terhadap kematian jauh di bawah komorbiditas lain, meskipun lebih tinggi dibandingkan tuberkulosis.

Menurut de Oliveira, diperlukan perluasan pengujian dan pengobatan bagi mereka dengan HIV yang tidak terdeteksi.

"Karena akan mengurangi kematian akibat HIV, mengurangi penularan HIV, dan juga mengurangi kemungkinan menghasilkan varian baru Covid-19 yang dapat menyebabkan gelombang infeksi lainnya," kata de Oliveira.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas