Kena Serangan Cyber, Perusahaan Pengolahan Daging JBS Bayar Rp 156,8 Miliar sebagai Tebusan
Perusahaan pengolahan daging terbesar di dunia, JBS yang terkena serangan cyber beberapa waktu lalu, kini telah membayar Rp 156,8 miliar uang tebusan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan pengolahan daging terbesar di dunia, JBS yang terkena serangan cyber beberapa waktu lalu, kini telah membayar uang tebusan sebesar 1 juta dolar Amerika atau setara dengan Rp 156,8 miliar.
Jaringan komputer di JBS telah diretas minggu lalu, pihak terkait lantas menutup sementara beberapa operasi di Australia, Kanada, dan AS.
Melansir BBC, JBS mengatakan perlu membayar (uang tebusan) untuk melindungi pelanggannya.
Baca juga: Produksi Daging di Amerika Utara & Austalia Terganggu, JBS Brasil Salahkan Rusia atas Serangan Cyber
Baca juga: Perusahaan Pemasok Daging Terbesar di Dunia, JBS Jadi Sasaran Serangan Cyber
Dalam serangan ransomware, peretas masuk ke jaringan komputer dan mengancam akan menyebabkan gangguan atau menghapus file, kecuali tebusan dalam mata uang kripto dibayarkan.
Pembayaran uang tebusan itu dilaporkan dilakukan menggunakan Bitcoin setelah pabrik kembali online.
"Ini adalah keputusan yang sangat sulit yang dibuat bagi perusahaan kami dan bagi saya secara pribadi," kata CEO JBS Andre Nogueira.
Perusahaan menambahkan bahwa mereka membayar uang itu karena serangan tersebut 'sangat canggih'.
Meski menerima serangan cyber, sebagian besar pabriknya tetap beroperasi.
Namun, perusahaan terpaksa menghentikan penyembelihan sapi di semua pabriknya di AS selama sehari.
Gangguan itu mengancam pasokan pangan dan mempertaruhkan harga pangan yang lebih tinggi bagi konsumen.
Baca juga: Strategi Jitu New York Menarik Wisatawan Jepang Vaksinasi di Amerika Serikat
Baca juga: Massa Pro-Palestina di Washington Minta AS Hentikan Bantuan ke Israel hingga Ancam Lawan Politisi
Gedung Putih mengatakan bahwa organisasi kriminal "kemungkinan berbasis di Rusia" berada di balik serangan itu.
Bulan lalu, pengiriman bahan bakar di tenggara AS lumpuh selama beberapa hari setelah serangan ransomware menargetkan Colonial Pipeline.
Penyelidik mengatakan bahwa serangan itu juga terkait dengan kelompok yang memiliki hubungan dengan Rusia.
Colonial Pipeline telah mengkonfirmasi bahwa mereka membayar $ 4,4 juta (£ 3,1 juta) sebagai tebusan kepada geng penjahat dunia maya yang bertanggung jawab.
Baca juga: Presiden Joe Biden Batalkan Rencana Donald Trump Untuk Larang TikTok dan WeChat
Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa minggu depan.
"Gedung Putih terlibat langsung dengan pemerintah Rusia dalam masalah ini dan menyampaikan pesan bahwa negara-negara yang bertanggung jawab tidak menampung penjahat ransomware," kata juru bicara Gedung Putih pekan lalu.
Berita lain terkait JBS
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)