Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wabah Tikus Terburuk di Australia: Penjara di Pedesaan Diserbu hingga Jutaan Ekor Masuk Perkebunan

Wabah tikus terburuk di Australia menyebabkan staf dan narapidana penjara di pedesaan mengungsi.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Wabah Tikus Terburuk di Australia: Penjara di Pedesaan Diserbu hingga Jutaan Ekor Masuk Perkebunan
Saeed KHAN / AFP
Gambar ini diambil pada 1 Juni 2021 menunjukkan tikus terpojok di ladang gandum di lahan pertanian Col Tink di pusat pertanian Dubbo di New South Wales Australia. Setelah selamat dari kekeringan yang melumpuhkan ekonomi selama bertahun-tahun, para petani di Australia timur kini terjebak dalam pertempuran selama berbulan-bulan dengan gerombolan tikus yang menyerbu ladang dan melahap tanaman hasil jerih payah mereka. 

TRIBUNNEWS.COM - Australia saat ini dilanda wabah tikus terburuk yang tercatat dalam sejarah baru-baru ini, Insider melaporkan.

Kawanan tikus bahkan telah menyusup ke penjara perdesaan di negara bagian New South Wales.

Hewan pengerat itu menggerogoti panel sirkuit dan langit-langit di Pusat Pemasyarakatan Wellington.

"Sebanyak 200 staf dan 420 narapidana dievakuasi ke penjara lain," kata Peter Severin, komisaris Layanan Pemasyarakatan, kepada ABC News.

"Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan staf dan narapidana adalah prioritas nomor satu kami, jadi penting bagi kami untuk bertindak sekarang untuk melakukan pekerjaan remediasi yang vital," ujarnya.

Gambar ini diambil pada 1 Juni 2021 menunjukkan tikus terpojok di ladang gandum di lahan pertanian Col Tink di pusat pertanian Dubbo di New South Wales Australia. Setelah selamat dari kekeringan yang melumpuhkan ekonomi selama bertahun-tahun, para petani di Australia timur kini terjebak dalam pertempuran selama berbulan-bulan dengan gerombolan tikus yang menyerbu ladang dan melahap tanaman hasil jerih payah mereka.
Gambar ini diambil pada 1 Juni 2021 menunjukkan tikus terpojok di ladang gandum di lahan pertanian Col Tink di pusat pertanian Dubbo di New South Wales Australia. Setelah selamat dari kekeringan yang melumpuhkan ekonomi selama bertahun-tahun, para petani di Australia timur kini terjebak dalam pertempuran selama berbulan-bulan dengan gerombolan tikus yang menyerbu ladang dan melahap tanaman hasil jerih payah mereka. (Saeed KHAN / AFP)

Baca juga: Rumah Tahanan Jadi Sasaran Hewan Pengerat, 420 Narapidana di Australia Dipindah

Baca juga: Usai Dilanda Banjir, Kota di Australia Diselimuti Hamparan Jaring, Jutaan Laba-laba Bikin Sarang

Staf penjara harus segera membersihkan tikus yang mati dan membusuk dari dinding dan langit-langit atau jika tidak akan timbul risiko serangan tungau sesudahnya, tambah Peter.

Sebuah tim kecil akan tetap berada di penjara itu untuk membersihkan dan memperbaiki pusat penahanan tersebut, lapor The Guardian.

Berita Rekomendasi

Otoritas penjara negara bagian mengatakan operasi penjara itu akan dihapuskan selama empat bulan untuk pemulihan, menurut BBC.

New South Wales, khususnya, telah diserbu kawanan tikus besar-besar dan digambarkan sebagai "wabah alkitabiah" di Australia timur.

Menurut ABC News, jutaan tikus telah masuk ke perkebunan, merusak stok biji-bijian, menyerbu sekolah dan rumah, serta menyebarkan penyakit dengan kotoran dan bangkainya.

Jumlah kawanan tikus yang besar sebagian besar disebabkan oleh panen gandum yang melimpah di wilayah tersebut.

Selain itu, ada penurunan jumlah predator alami tikus akibat kekeringan yang panjang diikuti serangkaian kebakaran hutan yang parah.

Saat Pusat Pemasyarakatan Wellington menstabilkan diri, ke depannya mereka akan mencari cara untuk melindungi pekarangannya dari wabah tikus di masa depan, menurut ABC News.

Baca juga: Pasca Banjir Besar di Australia, Jaring Laba-laba Raksasa Bermunculan di Wilayah Pedesaan

Baca juga: Jaring Laba-laba Raksasa Muncul di Pedesaan di Australia Pasca Banjir Besar

Wilayah Australia Lainnya: Jaring laba-laba Besar Selimuti Victoria Timur

Pertengahan Juni lalu, warga di Victoria Timur Australia dikejutkan penemuan jaring laba-laba raksasa di sebuah padang rumput di pinggir jalan.

Dilansir The Guardian, Kota Traralgon di pedesaan Gippsland Timur, negara bagian Victoria merupakan salah satu daerah yang dilanda banjir dan cuaca buruk belakangan ini.

Di sisi lain, di wilayah tetangga yakni Sale terjadi gangguan populasi laba-laba pascabanjir.

Sehingga serangga itu kini mencari tempat lebih tinggi seperti di rambu jalan, pepohonan, dan rumput tinggi untuk membuat jaring.

"Sungguh luar biasa, ketika (jaring laba-laba) tertiup angin, mereka terlihat seperti ombak," kata Jena Beatson, yang melihat penampakan jaring itu saat perjalanan ke Sale dari Longford pascabanjir.

Warga di Victoria Timur dikejutkan penemuan jaring laba-laba raksasa di sebuah padang rumput di pinggir jalan.
Warga di Victoria Timur dikejutkan penemuan jaring laba-laba raksasa di sebuah padang rumput di pinggir jalan. (Tangkap Layar Video Facebook Carolyn Crossley via The Guardian)

"Itu memang terlihat menyeramkan karena menutupi semua tanda dan segalanya. Anda tidak dapat benar-benar melihatnya di foto tetapi ada laba-laba di mana-mana. Ini seperti ribuan dan ribuan laba-laba," ujarnya.

Menurut kurator senior entomologi di Museum Melbourne, Dr Ken Walker, jumlah laba-laba di video dan foto yang viral bisa mencapai jutaan.

"Ini adalah kejadian semi-reguler di Victoria di musim dingin ketika sering turun hujan."

"Laba-laba dapat membuat berbagai macam jaring yang berbeda dan salah satu jaring itu – menggelembung – ini adalah jaring kecil yang sangat tipis (sehingga) bisa terbang bersama angin."

Baca juga: 10 Kota Paling Layak dan Tidak Layak Huni di Dunia, Australia Borong Peringkat

Baca juga: Ratusan Penjahat Terorganisir Ditangkap Setelah AS dan Australia Meretas Aplikasi Mereka

"Mereka bisa terbang 100 km," jelas Walker.

Jaring-jaring yang tersapu angin itu menempel ke vegetasi lain hingga laba-laba bisa memanjat ke tempat yang aman dari banjir.

Menurut laporan Guardian, saat sejumlah besar laba-laba melakukan hal ini bersamaan, jaringnya akan saling menempel dan menyelimuti permukaan tanah.

Fenomena ini kadang disebut efek gossamer, disebabkan spesies laba-laba yang hidup di tanah dan tidak membangun jaring.

Menurut kurator senior entomologi di Museum Melbourne, Dr Ken Walker, jumlah laba-laba di jaring-jaring ini bisa mencapai jutaan.
Menurut kurator senior entomologi di Museum Melbourne, Dr Ken Walker, jumlah laba-laba di jaring-jaring ini bisa mencapai jutaan. (Facebook Carolyn Crossley via The Guardian)

Laba-laba jenis ini tidak membuat jaring lagi setelah tertiup angin dan jauh dari banjir.

Faktanya, kata Walker, setiap laba-laba hanya mengeluarkan seutas benang.

Artinya setiap jaring itu mewakili satu laba-laba yang berbeda.

"Saya akan mengatakan jutaan laba-laba (di foto online)," katanya.

Laba-laba yang menggelembung di dekat Sale termasuk spesies Ambicodamus berwarna merah dan hitam.

Meskipun gigitannya tidak berbahaya bagi manusia, laba-laba jenis ini bisa menyebabkan iritasi ringan.

"Itu tidak berbahaya sama sekali. Sebagian besar laba-laba ini, taringnya mungkin terlalu pendek untuk menembus kulit manusia," jelas Walker.

Jena Beatson mengatakan penduduk Sale di sekitar padang rumput itu berbondong-bondong melihat jaring raksasa tersebut.

Jaring laba-laba raksasa seluas 300 meter bisa Anda temukan di Aitoliko, Yunani.
Jaring laba-laba raksasa seluas 300 meter bisa Anda temukan di Aitoliko, Yunani. (SC BBC)

"Ini sebenarnya bukan perjalanan yang bagus saat ini, karena semua orang berhenti dan menepi di sisi jalan untuk mengambil foto," ujarnya sambil tertawa.

Menurut Walker, jaring ini tidak akan bertahan lama.

Seiring datangnya angin, jaring laba-laba yang tipis ini akan putus dan tersebar.

Sehingga dia mendorong warga agar menonton fenomena langka ini secepatnya.

"(Di seluruh Victoria) kami hanya benar-benar melihatnya setahun sekali."

"Ini adalah hal yang indah dan itu sesuatu yang cukup langka," kata Walker.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Ika Nur Cahyani)

Berita lainnya dari Australia

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas