Malaysia Kibarkan Bendera Putih di Tengah Lockdown Ketat, Warga yang Kelaparan Meminta Bantuan
Bendera putih berkibar di beberapa rumah di Malaysia. Bendera itu sebagai tanda meminta bantuan bagi warga yang kesulitan selama lockdown
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Bendera putih sebagai tanda kesulitan yang dikeluarkan oleh beberapa rumah tangga di Malaysia telah menarik perhatian dunia, ketika orang-orang berjuang untuk tetap bisa makan di tengah lockdown ketat.
Kampanye bendera putih atau #benderaputih di Malaysia menunjukkan bagaimana masyarakat sipil saling menolong tetangganya yang kesulitan, saat bantuan langsung dari pemerintah tidak bisa diharapkan.
Apa Itu Gerakan Bendera Putih?
Dilansir News18, Malaysia memberlakukan lockdown ketat pada 1 Juni sebagai akibat dari peningkatan mendadak kasus Covid-19.
Menurut laporan, pembatasan di dalam dan sekitar Ibu Kota Kuala Lumpur melarang warga meninggalkan rumah antara jam 8 malam dan jam 8 pagi di daerah yang terkena dampak, kecuali untuk keadaan darurat.
Jalan di daerah yang terkena dampak juga ditutup.
Semua titik masuk dan keluar dijaga oleh polisi.
Baca juga: Politik Malaysia Memanas, Sekutu Utama Tarik Dukungan terhadap Perdana Menteri, Mendesaknya Mundur
Baca juga: Reshuffle Kabinet Malaysia: PM Muhyiddin Yassin Tunjuk Ismail Sabri sebagai Wakil Perdana Menteri
Itu berarti orang-orang di lingkungan yang lebih miskin menderita kehilangan pendapatan yang parah.
Ketika lockdown selama sebulan ternyata diperpanjang, pesan mulai muncul di media sosial keluarga yang berjuang untuk mendapatkan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup.
Kampanye bendera putih mendapat perhatian di media sosial pada minggu pertama bulan Juli.
Pesan itu sebagian besar datang dari keluarga berpenghasilan rendah yang mencari bantuan.
Menggunakan Facebook dan platform media sosial lainnya, relawan masyarakat memberikan informasi orang-orang yang sedang mencari bantuan.
Sehingga, warga dapat terhubung dengan mereka yang datang untuk menawarkan bantuan, termasuk pebisnis dan selebriti.
Kantor berita Reuters melaporkan bagaimana tetangga meletakkan makanan dan barang-barang penting di pintu seorang wanita berusia 73 tahun yang sebelumnya menggantungkan selembar kain putih di luar jendelanya.
Kapan Lockdown akan Berakhir di Malaysia?
Meski pembatasan sempat dilonggarkan pada akhir Juni, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengumumkan bahwa pembatasan akan berlanjut sampai kasus harian turun di bawah 4.000 dan setidaknya 10 persen dari populasi divaksinasi.
Malaysia juga berada dalam keadaan darurat sejak Januari mengingat pandemi.
Penangguhan legislatif nasional dan kegiatan politik telah menimbulkan gerakan bendera hitam serta menyerukan PM Yassin untuk mundur.
Menurut BBC, #benderaHitam, menjadi trending di Twitter Malaysia pekan lalu.
Posting-an dari pemimpin oposisi Anwar Ibrahim yang berisi tiga emoji bendera hitam telah di-retweet ribuan kali.
Seperti Apa Situasi Covid-19 di Malaysia?
Malaysia, negara berpenduduk sekitar 32 juta orang mencatatkan sedikit di bawah 800.000 total kasus hingga 6 Juli.
Setelah puncak gelombang pertama di bawah 5.000 kasus harian (rata-rata bergulir 7 hari) pada awal Februari, negara itu mengalami penurunan infeksi baru menjadi kurang dari 1.500 pada akhir Maret-awal April.
Namun, pada minggu ketiga Mei, kasus harian telah melampaui 5.000.
Pada 1 Juni, ketika pembatasan baru diumumkan, negara itu mencatat lebih dari 7.500 kasus baru setiap hari.
Sementara dengan adanya penguncian, jumlah kasus harian turun menjadi sedikit di atas 5.000 kasus pada akhir Juni.
Namun, pada awal Juli, kasus Covid-19 di Malaysia kembali naik.
Pada 6 Juli, Malaysia mencatat 6.700 kasus.
Negara ini juga telah mencatat lebih dari 5.600 kematian akibat Covid-19.
Meskipun masih relatif rendah, kematian harian telah meningkat dengan ajeg dari kurang dari 20 pada gelombang pertama menjadi sedikit kurang dari 100 selama gelombang kedua.
Mirip dengan kasus infeksi baru, kematian harian memang menurun pada akhir Juni, tetapi kembali mencatat peningkatan.
Bagaimana Status Vaksinasi?
Hingga 7 Juli, sekitar 9,4 persen dari populasi yang memenuhi syarat di Malaysia telah menerima kedua suntikan vaksin.
Sementara lebih dari seperlima orang telah menerima setidaknya satu suntikan.
Negara ini telah menyetujui enam vaksin Covid-19, yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech yang berbasis di AS, vaksin CanSino dan Sinovac China, vaksin Oxford-AstraZeneca Inggris, dan vaksin Johnson dan Johnson yang berbasis di AS.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya dari Malaysia