POPULER Internasional: Singapura Kirim Bantuan Oksigen untuk Indonesia | Kekuasaan Taliban Meluas
Berita populer Internasional, di antaranya pemerintah Singapura kembali mengirimkan bantuan oksigen kepada Indonesia untuk menghadapi krisis Covid-19.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Pemerintah Singapura kembali mengirimkan bantuan oksigen kepada Indonesia untuk menghadapi krisis Covid-19.
Mengenai vaksin Covid-19, WHO dan regulator di Eropa menemukan hubungan potensial antara vaksin Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung.
Soal kebakaran pabrik di Bangladesh yang tewaskan 52 orang, kini pemilik pabrik didakwa lakukan pembunuhan.
Sementara itu, pemerintah lewat perwakilan RI di Kabul, meminta Warga Negara Indonesia (WNI) di Afghanistan untuk segera meninggalkan negara tersebut.
Imbauan itu menyusul bangkitnya kelompok radikal Taliban yang merebut sejumlah wilayah yang ada di negara tersebut.
1. Singapura Kembali Kirim Bantuan Oksigen dan Peralatannya demi Bantu Indonesia Hadapi Krisis Covid-19
Pemerintah Singapura kembali mengirimkan bantuan oksigen kepada Indonesia untuk menghadapi krisis Covid-19.
Singapura mengirimkam pasokan oksigen dan peralatannya termasuk oksigen cair, tangki ISO, tabung oksigen, dan konsentrator oksigen hari ini, Minggu (11/7/2021) sebagai tanggapan atas permintaan Indonesia.
Landing Ship Tank (LST) Angkatan Laut Republik Singapura (RSN) berangkat dari Pangkalan Angkatan Laut Changi menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Indonesia, pagi ini.
Pada 9 Juli lalu, Singapura juga telah mengirimkan bantuan medis untuk Indonesia.
Bantuan tersebut meliputi tabung oksigen, oksigen konsentrator, ventilator, dan APD.
Baca juga: Singapura Perketat Aturan Masuk Bagi Pelancong dari Indonesia
Baca juga: 30 Unit Oksigen Konsentrator Tiba dari Singapura, Australia Kirim 1.000 Ventilator
Melalui laman Facebooknya, Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan mengabarkan telah memberikan bantuan medis melalui Dubes RI untuk Singapura, Suryopratomo, di Pangkalan Udara Paya Lebar, pada Jumat (9/7/2021).
Dalam penyerahan itu, turut hadir pihak dari Kementerian Pertahanan Singapura (MINDEF).
Vivian mengatakan, sebelumnya telah berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, awal pekan ini berkaitan dengan lonjakan Covid-19 di Indonesia.
"Saya tegaskan dukungan Singapura untuk upaya menanggulangi pandemi di Indonesia," kata Vivian dalam pernyataan di laman Facebook resminya.
"Semoga bantuan ini dapat menambah semangat mereka yang berada di garda terdepan di Indonesia," tutupnya.
2. Efek Samping Sangat Langka, Radang Jantung Terjadi pada Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator di Eropa menemukan hubungan potensial antara vaksin mRNA, yaitu Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis, CGTN Eupore melaporkan.
European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa efek samping itu terjadi pada "kasus yang sangat jarang".
Kondisi itu lebih sering terjadi pada pria dan anak laki-laki di bawah 30 tahun.
Kebanyakan, radang terjadi setelah dosis kedua vaksin diberikan.
Gejala radang jantung setelah vaksinasi meliputi sesak napas, detak jantung tidak teratur, dan nyeri dada.
Analisis dari badan keamanan obat-obatan Eropa menemukan bahwa dari 117 juta dosis Pfizer yang diberikan di UE, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein, terdapat 145 kasus miokarditis dan 138 kasus perikarditis.
Baca juga: Tingkatkan Imunitas Lawan Delta, Pfizer Ajukan Izin Darurat untuk Dosis Tambahan Vaksin Covid-19
Baca juga: Komite Keamanan Obat Eropa: Vaksin Pfizer dan Moderna Berisiko Munculkan Peradangan Jantung
Sementara itu, dalam vaksin mRNA lainnya, Moderna, ada 19 kasus miokarditis dan 19 kasus perikarditis dari 20 juta dosis yang diberikan.
WHO mengatakan bahwa meskipun kondisi tersebut dapat menyebabkan penyakit serius, kondisi tersebut seringkali ringan dan merespon dengan baik terhadap pengobatan konservatif.
3. Kebakaran Pabrik Pengolahan Makanan Bangladesh, 52 Orang Tewas, Pemilik Didakwa Lakukan Pembunuhan
Pemilik pabrik pengolahan makanan di Bangladesh ditangkap pihak berwajib atas tuduhan melakukan pembunuhan, pada Sabtu (10/7/2021).
Sang pemilik ditahan setelah 52 orang tewas dalam kebakaran besar yang melanda pabrik tersebut pada Kamis sore (8/7/2021).
Di balik peristiwa tersebut, diketahui fakta lain, pabrik tersebut memperkerjakan anak-anak berusia 11 tahun.
Dilansir Al Jazeera, kini pihak berwajib secara terpisah telah meluncurkan penyelidikan mengenai penggunaan pekerja anak di fasilitas tersebut.
Empat dari putra pemilik juga termasuk di antara delapan orang yang ditahan secara keseluruhan pada Sabtu.
Baca juga: Kebakaran Besar Landa Pabrik Pengolahan Makanan di Bangladesh, 52 Orang Tewas karena Terjebak Api
Baca juga: Sapi Terkecil di Dunia Ditemukan di Bangladesh, Tingginya Hanya 51 cm dengan Berat 28 kg
Layanan darurat mengatakan kepada Al Jazeera, mereka telah menemukan 49 mayat di pabrik Makanan dan Minuman Hashem di Rupganj, sebuah kota industri 25 kilometer di timur Ibu Kota, Dhaka.
Tiga orang juga tewas setelah melompat keluar dari gedung.
Para korban hangus dievakuasi menggunakan armada ambulans dan dibawa ke kamar mayat di tengah teriakan sedih dan air mata dari orang-orang yang menonton di jalan-jalan.
Jayedul Alam, kepala polisi distrik Narayanganj di mana pabrik itu berada mengatakan, pintu masuk telah digembok pada saat kebakaran dan pabrik itu melanggar beberapa peraturan kebakaran dan keselamatan.
"Itu adalah pembunuhan yang disengaja," kata kepala polisi kepada kantor berita AFP.
4. Taliban Bangkit, WNI Diminta Segera Tinggalkan Afghanistan
Pemerintah lewat perwakilan RI di Kabul, meminta Warga Negara Indonesia (WNI) di Afghanistan untuk segera meninggalkan negara tersebut.
Imbauan ini menyusul bangkitnya kelompok radikal Taliban yang merebut sejumlah wilayah yang ada di negara tersebut.
Termasuk merebut sebuah distrik yang ada di barat Afghanistan, yang juga menjadi perbatasan Afghanistan dengan Iran pada Kamis (8/7/2021).
"Bagi WNI yang tidak memiliki kepentingan mendesak diimbau untuk segera meninggalkan Afghanistan," demikian imbauan tertulis di postingan sosial media KBRI Kabul, Sabtu (10/7/2021).
Dilansir Reuters, dalam sepekan Taliban telah menyerbu sejumlah area di negara yang berbatasan dengan 5 negara lainnya itu.
Diketahui Afghanistan berbatasan dengan Iran, Tajikistan, Turkmenistan, China, dan Pakistan.
Baca juga: Taliban Mengklaim Telah Menguasai 85 Persen Wilayah Afghanistan
Penyerangan Taliban buntut berakhirnya intervensi yang dilakukan pasukan Amerika dalam kurun 2 dekade terakhir, yang membuat keamanan domestik Afghanistan Kembali memburuk.
Pertempuran sengit juga terjadi di wilayah provinsi Balkh yang berbatasan dengan Uzbekistan, antara tentara Afghanistan dengan Taliban.
"Mempertimbangkan perkembangan situasi keamanan di Afghanistan saat ini, KBRI Kabul meminta kepada Warga Negara Indonesia untuk sangat berhati-hati dan waspada serta terus memperhatikan informasi perkembangan keamanan setempat," tulis KBRI.
(Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.