Kerap Bersitegang, Presiden Turki Erdogan Bahas Kerja Sama Via Telepon dengan Israel
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan melakukan diskusi langka dengan Presiden Israel, Isaac Herzog pada Senin (12/7/2021).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan melakukan diskusi langka dengan Presiden Israel, Isaac Herzog pada Senin (12/7/2021).
Pembicaraan via telepon antara kedua pemimpin negara ini terjadi setelah Erdogan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas pada Sabtu (10/7/2021).
Menurut Kepresidenan Turki, Erdogan mengatakan kepada Abbas bahwa negaranya tidak akan diam terhadap penindasan Israel di Palestina.
Dilansir Al Jazeera, Israel dan Turki pernah menjadi mitra dekat namun hubungan keduanya memburuk dalam 10 tahun terakhir.
Turki kerap mengritik dan menentang kebijakan Israel terhadap Palestina.
Baca juga: Pasukan Israel Tembaki Pengunjuk Rasa Palestina di Tepi Barat, Ratusan Orang Terluka
Baca juga: Turki Mulai Memproduksi Sistem Rudal Pertahanan Udara HISAR, Ini Keunggulannya
Namun selama berdiskusi dengan Presiden Herzog, Erdogan menekankan pentingnya hubungan Turki-Israel untuk stabilitas Timur Tengah, jelas Kepresidenan Turki.
Kepresidenan Turki mengatakan ada potensi kuat kerja sama antara kedua negara di bidang energi, pariwisata, dan teknologi.
Sementara itu, menurut pernyataan dari Kepresidenan Israel, kedua presiden mengatakan bahwa akan ada dialog lebih lanjut terlepas dari perbedaan pendapat.
Utamanya diskusi itu untuk menemukan solusi konflik antara Israel dan Palestina.
Presiden Herzog mulai menjabat pekan lalu setelah terpilih dalam pemilihan di Knesset, Parlemen Israel.
Pada Sabtu, dia berbicara dengan Raja Yordania, Abdullah II setelah Israel dan Yordania sepakat memulai negosiasi untuk penjualan air ke kerajaan Hashemite.
Pasang Surut Hubungan Turki-Israel
Akhir tahun lalu, Erdogan mengaku ingin memperbaiki hubungan antara Turki dan Israel.
Sebab, selama bertahun-tahun, kedua negara bersitegang akibat ketidaksepakatan pendudukan Israel di Tepi Barat dan kekerasan terhadap Palestina.
Diketahui, Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada 1949.
Negara ini pertama kali memutuskan hubungannya dengan Israel pada 2010 silam.
Pemutusan hubungan dilatari pembunuhan 10 aktivis pro-Palestina asal Turki yang menaiki kapal milik Turki, Mavi Marmara oleh pasukan Israel.
Kapal itu memiliki misi mengantar bantuan dan menghancurkan blokade maritim Israel di Gaza.
Hubungan kedua negara sempat membaik pada 2016 tetapi bersitegang lagi pada 2018.
Pada Mei 2018, Ankara menarik utusannya karena serangan mematikan terhadap warga Palestina di Gaza yang memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Erdogan dan mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga sering bertukar komentar pedas.
Kendati demikian kedua negara masih terus melakukan perdagangan.
Baca juga: Vaksin Covid: Israel sepakat bertukar vaksin dengan Korsel setelah batal kirim ke Palestina
Baca juga: Biden-Erdogan Bertemu Pertama Kali Pasca Deklarasi Genosida Armenia, Saling Senyum dan Salam Siku
Pada penyerangan Israel ke Jalur Gaza Palestina Mei lalu, Erdogan menuduh negara Yahudi itu mengobarkan "terorisme".
Pihaknya saat itu juga berjanji mengumpulkan kekuatan dunia untuk melindungi wilayah tersebut.
Serangan selama 11 hari di Gaza menyebabkan 260 warga Palestina meninggal dunia.
Termasuk di antaranya 66 anak-anak dan menyebabkan kerusakan infrastruktur serta daerah pemukiman hancur.
Di pihak Israel, 13 orang tewas oleh roket yang ditembakkan dari kelompok Hamas Palestina, termasuk dua anak.
(Tribunnews.com/Ika Nur Cahyani)