Fakta Kerusuhan di Afrika Selatan: Terjadi setelah Presiden Jacob Zuma Ditahan, 72 Warga Tewas
Kerusuhan di Afrika Selatan dimulai pekan lalu setelah mantan Presiden Jacob Zuma dipenjara, hingga saat ini sudah ada 72 orang meninggal dunia.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan di Afrika Selatan dimulai pekan lalu setelah mantan Presiden Jacob Zuma dipenjara.
Sejauh ini, kerusuhan di Afrika Selatan telah merenggut 72 nyawa.
Polisi dan militer terpaksa menembakkan granat kejut dan peluru karet untuk mengatasi situasi.
Kerusuhan itu berasal dari provinsi asal Zuma, KwaZulu-Natal (KZN).
Zuma menjalani hukuman 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan, setelah gagal muncul untuk penyelidikan korupsi.
Baca juga: Kerusuhan di Afrika Selatan setelah Pemenjaraan Mantan Presiden Zuma Masih Berlanjut, 72 Orang Tewas
Baca juga: Afrika Selatan Dilanda Kerusuhan Mematikan sebagai Buntut Pemenjaraan Jacob Zuma
Aksi massa juga telah menyebar ke provinsi lain seperti Mpumalanga, Gauteng, KwaZulu-Natal, dan Northern Cape.
Gudang dan toko di Johannesburg dan Durban juga dijarah.
Di tengah pelanggaran hukum, pusat vaksinasi Covid-19 ditutup saat negara itu berada di bawah gelombang ketiga infeksi Covid-19.
Melansir Indian Express, simak beberapa fakta yang dihimpun Tribunnews:
Apa yang memicu protes?
Protes dimulai atas seruan untuk pembebasan Zuma, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden dari 2009-2018 dan menghadapi tuduhan korupsi.
Mantan menteri Kabinet, pejabat tinggi pemerintah dan eksekutif perusahaan milik negara menyatakan, Zuma terlibat dalam korupsi.
Zuma juga menghadapi dakwaan terkait suap yang diduga diterimanya selama kesepakatan pengadaan senjata Afrika Selatan pada 1999.
Kekerasan di Afrika Selatan didorong pemenjaraan Zuma, tetapi insiden ini juga dilatarbelakangi oleh pandemi yang berkecamuk dan menurunnya ekonomi di negara tersebut.
Tahun lalu, Afrika Selatan menyaksikan penurunan paling tajam dalam PDB tahunan sejak 1946, dengan kontraksi 7 persen dalam ekonomi, Reuters melaporkan pada Maret.
Sejak itu, dengan penguncian dan pembatasan bisnis, ekonomi Afrika Selatan telah berjuang untuk pulih.
Berdasarkan laporkan sebuah kantor berita, tingkat pengangguran mencapai rekor tertinggi 32,6 persen dalam tiga bulan pertama 2021.
Wall Street Journal juga melaporkan, survei yang dilakukan pada Maret dan April menemukan lebih dari 10 juta orang atau hampir seperenam dari penduduk, telah mengalami kelaparan selama tujuh hari terakhir
“Ini hanya umpan balik untuk ketidakpuasan. Kami tidak dapat mengabaikan akar sosioekonomi dari hal ini dan apa yang membuatnya meningkat ke titik ini," kata analis politik Ralph Mathekga kepada Washington Post .
Baca juga: POPULER Internasional: Kata WHO Soal Penggunaan 2 Vaksin Berbeda | Rusuh di Afrika Selatan
Baca juga: Kekerasan dan Penjarahan di Afrika Selatan setelah Penangkapan Mantan Presiden Zuma
Bagaimana tanggapan pemerintah?
Presiden Cyril Ramaphosa telah menyatakan, tidak ada pembenaran atas kekerasan tersebut .
"Meskipun ada orang-orang yang mungkin terluka dan marah pada saat ini, tidak akan pernah ada pembenaran untuk tindakan kekerasan, destruktif dan mengganggu seperti itu," kata Ramaphosa seperti dikutip oleh Reuters.
Ia menambahkan, penjarahan dan kekerasan merusak upaya untuk membangun kembali ekonomi Afrika Selatan.
Baca juga: Afrika Selatan Usulkan untuk Melegalkan Wanita Nikahi Banyak Pria, Ditentang Banyak Pihak
Perdana Menteri David Makhura dari Provinsi Gauteng menuduh “elemen kriminal” membajak situasi dan menciptakan kerusuhan lebih lanjut.
Dalam sebuah wawancara dengan South African Broadcasting Corp, Makhura memahami situasi seperti ini telah diperburuk oleh pandemi.
"Penjarahan merusak bisnis kami di sini (di Soweto). Ini merusak ekonomi kita, komunitas kita. Itu merusak segalanya," imbuhnya.
Perdana Menteri KZN Sihle Zikalala juga mengutuk kekerasan tersebut, AP melaporkan.
Zikalala menyatakan, seruan untuk pembebasan Zuma telah berubah menjadi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat mengganggu.
Ia menilai, aksi masa pro-Zuma justru menimbulkan ancaman bagi kehidupan manusia dan membawa potensi untuk mengacaukan negara saat negara berusaha pulih dari pandemi Covid-19.
Pemerintah telah mengerahkan pasukannya untuk mendukung aparat kepolisian Afrika Selatan, namun kerusuhan dan penjarahan belum berhenti
Berita lain terkait Kerusuhan di Afrika Selatan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)