Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desa Olimpiade Jepang Kekurangan Alat Tes PCR Covid-19

Ada laporan dari beberapa Komite Olimpiade awal pekan lalu bahwa alat tes belum tiba.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Desa Olimpiade Jepang Kekurangan Alat Tes PCR Covid-19
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Bagian dari alat tes PCR. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang atlet senam Jepang dan atlet luar negeri yang masuk Desa Olimpiade Jepang tanggal 19 Juli lalu tak bisa melakukan tes PCR karena kekurangan alat tes PCR.

Panitia Penyelenggara Pertandingan mengatakan kepada NHK bahwa "ada laporan dari beberapa Komite Olimpiade awal pekan lalu bahwa alat tes belum tiba," dan ada hari-hari ketika tes yang dijadwalkan tidak dapat dilakukan.

Setelah mengakui itu, dia bersikeras bahwa "dengan merancang waktu, seperti dua kali keesokan harinya, inspeksi dilakukan pada frekuensi yang ditentukan dalam buku pedoman dengan tetap menjaga keadilan antar negara dan wilayah."

"Kami akan menerima sejumlah besar alat tes besok, jadi kami berencana untuk mendistribusikan semua nomor yang diperlukan ke tim di semua negara dan wilayah," katanya.

Sebelum pembukaan Olimpiade Tokyo, yang ditunda setahun untuk pertama kalinya dalam sejarah karena penyebaran infeksi virus corona, rapuhnya pengendalian infeksi, yang merupakan isu terpenting Olimpiade, menjadi jelas.

Baca juga: Jumat Malam Kaisar Jepang Buka Olimpiade Tokyo dengan Kata-kata Sederhana, Jauhkan Politisasi

Dr Naoto Ueyama, perwakilan dari serikat pekerja "Serikat Dokter Nasional" yang terdiri dari dokter yang bekerja, mengkritik bahwa "orang-orang yang terlibat dalam Olimpiade melintasi negara sambil mengatakan bahwa mereka tidak boleh melintasi prefektur."

Berita Rekomendasi

Ueyama menunjukkan bahwa jika orang-orang tidak yakin, mereka tidak akan dapat bekerja sama dalam menahan diri untuk tidak melakukannya, dan bahwa infeksi tidak akan terhentikan nantinya tanpa kerja sama yang baik.

"Kami juga prihatin dengan peningkatan strain mutan. Bertepatan dengan masa heat stroke, dan beban tenaga medis akan bertambah. Mungkin ada orang di Tokyo yang meninggal tanpa dirawat di rumah sakit, seperti di Osaka untuk sementara waktu ini," katanya.

"Jika sulit untuk membatalkan turnamen, saya ingin Anda setidaknya melakukan tes PCR dan karantina orang-orang yang terlibat. Tes PCR sangatlah penting," tekannya lagi.

Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas