Anwar Ibrahim dan Rombongan Oposisi Gagal ke Parlemen karena Dihadang Polisi
Oposisi terus mendesak Perdana Menteri Malaysia, namun Anwar Ibrahim dan rombongannya gagal berkonvoi menuju parlemen Malaysia karena diadang polisi
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Kepolisian Malaysia menghentikan rombongan pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dan sekelompok oposisi parlemen yang konvoi menuju parlemen Senin (2/8/2021).
Dilansir dari The Straits Times, yang mengutip The Star, bahwa lelompok oposisi sebelumnya berkumpul di Dataran Merdeka, atau Lapangan Kemerdekaan yang berada di dekatnya, setelah jalan menuju Parlemen diblokir oleh polisi.
Anggota parlemen oposisi kemudian mencoba berjalan kaki ke Parlemen tetapi dihentikan oleh polisi.
Anwar Ibrahim mencoba bernegosiasi dengan polisi agar mengizinkan mereka pergi ke Parlemen, sementara beberapa anggota parlemen oposisi meneriakkan " Hidup rakyat, panjang umur Raja”.
Anwar kemudian memberikan pidato singkat sebelum kelompok itu akhirnya bubar dengan damai.
Baca juga: PM Malaysia Muhyiddin Yassin di Bawah Tekanan untuk Mundur setelah Teguran Keras dari Raja
Baca juga: Pidato PM Malaysia di Parlemen: Jangan Bertengkar dan Cari Kesalahan, Mari Bersatu Hadapi Covid-19
Pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah menunda sidang khusus parlemen Senin (2/8/2021) setelah ada 11 kasus Covid-19 terdeteksi di antara peserta parlemen.
Kementerian Kesehatan juga menyarankan agar sidang dan rapat DPR di gedungnya ditunda selama dua minggu, mulai 29 Juli.
Pada tanggal 31 Juli, anggota parlemen diberitahu dalam surat edaran bahwa pertemuan pada 2 Agustus ditunda hingga tanggal yang tidak ditentukan, sesuai dengan Tata Tertib Dewan Rakyat 11(3).
Edaran itu mengikuti saran dari Direktur Jenderal Kesehatan Dr Noor Hisham Abdullah bahwa parlemen bisa menjadi lokasi penyebaran Covid-19.
Disebutkan, penghentian sidang parlemen berlangsung saat meningkatkan perselisihan terbuka antara Perdana Menteri Muhyiddin Yassin dengan istana, Sultan Abdullah Ahmad Shah.
Baca juga: Malaysia Tak Akan Perpanjang Keadaan Darurat Setelah 1 Agustus, Parlemen Bersidang Tanpa Debat
Baca juga: Ditutup Akibat Lockdown, Bar di Malaysia Berubah Jadi Bank Makanan, Beri Paket Bantuan kepada Warga
Pihak oposisi mengecam penundaan sidang ini dan menganggapnya sebagai suatu yang konyol.
Namun Wakil Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob pada hari Minggu membantah bahwa penundaan itu karena politik. Ia bersikeras itu didasarkan pada data sains dan kesehatan.
Penundaan itu dilihat oleh para kritikus pemerintah sebagai upaya untuk menggagalkan seruan agar Perdana Menteri mengundurkan diri.
Anggota parlemen oposisi menyerukan pemerintah Perikatan Nasional dan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin untuk keluar dari Putrajaya.
Sementara oposisi Mukhriz Mahathir mengklaim bahwa pemerintah hampir tidak bertahan.
Baca juga: Warga Malaysia di Singapura Ajukan Petisi agar Bisa Pulang Tanpa Menjalani Karantina Berbayar
Baca juga: Mahathir Mohamad Sebut 4 Orang Ini Berpotensi Jadi Perdana Menteri Baru Malaysia, Tak Ada Nama Anwar
Ia mengatakan, pemerintah menghentikan persidangan parlemen untuk menghindari mosi tidak percaya.
"Mereka khawatir Muhyiddin akan digulingkan. Mereka khawatir mereka akan kehilangan kekuasaan. Mereka menghentikan kami memasuki Parlemen karena mereka takut kami akan menantang mereka untuk mosi tidak percaya," katanya.
Hari Sabtu (31/7/2021), ratusan pengunjuk rasa berbaris damai di pusat kota Kuala Lumpur pada menuntut pengunduran diri Muhyiddin Yassin.
Jalan-jalan di sekitar Lapangan Merdeka, tempat parade Hari Nasional sering diadakan, ditutup sementara pengunjuk rasa berpakaian hitam turun ke jalan.
Demonstrasi tersebut diorganisir oleh koalisi kelompok pemuda dan masyarakat sipil, yang disebut Sekretariat Solidaritas Rakyat (Sekretariat Solidaritas Rakyat).
Baca juga: Mantan Menteri Zaid Ibrahim Sarankan Pembentukan Pemerintahan Baru untuk Atasi Pandemi di Malaysia
Baca juga: Audiensi Raja Malaysia dengan Pemimpin Partai: Mahathir Serang Muhyiddin, Anwar Tekan Status Darurat
Ada yang membawa jenazah tiruan yang dibungkus kain putih untuk melambangkan tingginya angka kematian harian Covid-19 di Malaysia, sebagai kritik terhadap penanganan pandemi oleh pemerintah.
Koalisi juga menyerukan sidang parlemen penuh dan moratorium pinjaman bank otomatis untuk meringankan kesulitan yang dipicu oleh lockdown Covid-19 yang sedang berlangsung.
Kasus Covid-19 harian Malaysia mencapai rekor tertinggi baru pada hari Sabtu, hari terakhir bulan itu, pada 17.786. Ini lebih dari dua kali lipat dari 6.988 kasus yang terjadi pada 1 Juli.
The Star melaporkan, polisi lalu lintas dan polisi berpakaian preman terlihat berjaga di tempat kejadian.
Beberapa polisi mengenakan topi pengaman berwarna putih dan petugas medis yang mengenakan topi pengaman berwarna merah juga hadir. (Tribunnews.com/NST/TST/Hasanah Samhudi)