Pidato Pelantikan Presiden Iran Ebrahim Raisi: Amerika Serikat Harus Cabut Sanksi
Presiden Iran Ebrahim Raisi mendesak sanksi Amerika Serikat harus dicabut dan ia siap berdiplomasi untuk mencapainya.
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Presiden Iran Ebrahim Raisi berjanji akan menjadikan Iran lebih kuat dan terlibat dengan dunia. Ia akan mempertahankan negaranya dan melawan intimidasi asing.
Dalam pidato pelantikannya, Ibrahim Raisi (60) menggambarkan kesiapannya untuk mewujudkan itu melalui diplomasi.
Namun ia menegaskan bahwa sanksi Amerika Serikat harus dicabut.
“Kami akan mendukung rencana diplomatik apapun untuk mencapai tujuan itu,” kata Raisi, Kamis (5/8/2021), seperti dilansir dari Al Jazeera.
Raisi sepertinya mengisyaratkan akan melanjutkan perundingan di Wina untuk memulihkan kesepakatan.
Baca juga: Ebrahim Raisi Terpilih jadi Presiden Iran, Ini Respons Para Pemimpin Dunia
Baca juga: Presiden Terpilih Iran Ebrahim Raisi Tanggapi Tuduhan Terlibat Eksekusi Massal, Bangga Bela HAM
Sanksi keras AS terhadap Iran dijatuhkan pada 2018 setelah Presiden AS saat itu, Donald Trump, secara sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015.
Raisi juga berjanji bahwa program nuklir Iran benar-benar damai dan senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam strategi pertahanan negara.
Presiden mencoba menyampaikan bahwa dia memahami banyak tantangan ke depan, termasuk ekonomi yang bermasalah. Dan ia akan berusaha meningkatkan kualitas hidup semua orang Iran.
Ia berjanji untuk menjadi pembela hak asasi manusia sejati, tidak hanya di Iran tetapi di seluruh wilayah.
Pernyataan ini sepertinya menanggapi Amnesty International Kamis (5/8/2021) agar Raisi “diselidiki secara pidana” atas perannya dalam eksekusi ribuan tahanan politik pada 1988.
Baca juga: Profil Ebrahim Raisi, Presiden Baru Iran yang Baru Terpilih Hari Ini
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Tunjuk Kepala Kehakiman Baru Gantikan Ebrahim Raisi
Ebrahim Raisi, yang digadang-gadang akan menggantikan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei (82), menegaskan peningkatan hubungan dengan tetangga regional akan menjadi kebijakan luar negerinya.
“Saya mengulurkan tangan persahabatan dan persaudaraan ke semua negara, terutama yang ada di kawasan ini,” kata Raisi.
Dia mengatakan kepada sekitar 260 pejabat lokal dan asing yang hadir di ruangan itu bahwa krisis regional perlu diselesaikan melalui dialog, dan kehadiran pasukan asing hanya mendorong lebih banyak ketidakstabilan.
Tanggapan AS
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mendesak Raisi dan Iran memulai kembali pembicaraan kesepakatan nuklir Iran.
"Pesan kami kepada Presiden Raisi sama dengan pesan kami kepada para pendahulunya ... AS akan membela dan memajukan kepentingan keamanan nasional kami dan kepentingan mitra kami," kata Ned Price kepada wartawan di Washington, DC, Kamis (5/8/2021).
Baca juga: Iran Bantah Tuduhan Soal Serangan ke Kapal Tanker: Ini Tanggapan Perdana Menteri Israel
Baca juga: Pidato Pertama Raisi setelah Terpilih Jadi Presiden Iran: Janji akan Kembalikan Kesepakatan Nuklir
Price berharap Iran mengambil kesempatan sekarang untuk memajukan solusi diplomatic.
“Kami mendesak Iran untuk segera kembali ke negosiasi sehingga kami dapat berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan kami,” ujarnya.
Ia mengingatkan, proses ini tidak dapat berlangsung tanpa batas. Pada titik tertentu, katanya, manfaat dari menghidupkan kembali perjanjian 2015 akan terkikis oleh kemajuan program nuklir Iran.
AS dan sekutunya, Arab Saudi, UEA dan Israel telah terlibat dalam konfrontasi dengan Iran di wilayah tersebut.
AS, Inggris, dan Israel menyalahkan Iran atas serangan pesawat tak berawak bersenjata terhadap kapal tanker minyak Israel, Mercer Street, yang menewaskan dua anggota awak di Teluk Oman pekan lalu.
Baca juga: Negosiasi Perjanjian Nuklir 2015 akan Dilanjutkan Jelang Pemilihan Iran
Israel mengatakan pihaknya memberikan "bukti kuat" kepada sekutu bahwa Iran berada di balik serangan terhadap kapal tanker itu, tanpa memberikan rincian.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan tanggapan kolektif atas insiden itu.
Sejak menjabat pada Januari 2021, Presiden Joe Biden dan timnya telah berusaha untuk mengurangi ketegangan dengan Iran di kawasan itu dan telah berusaha kembali ke larangan nuklir 2015.
Setelah Trump menarik diri dari kesepakatan 2015 dan AS memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Teheran yang melanggar perjanjian, Iran dilaporkan mulai memperkaya uranium pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Iran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)