Kota Jalalabad Menyerah Tanpa Perlawanan kepada Taliban, Kabul Jadi Benteng Pemerintah
Kota Jalalabad menyerah tanpa perlawanan kepada Taliban, demikian penjelasan pejabat dan penduduk salah satu kota besar di Afghanistan itu.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kota Jalalabad menyerah tanpa perlawanan kepada Taliban, demikian penjelasan pejabat dan penduduk di salah satu kota besar di Afghanistan itu.
Dilansir Al Jazeera, kini hanya ibukota Kabul, satu-satunya kota besar yang masih berada di bawah kendali pemerintah.
Kota Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar ini jatuh dalam kekuasaan Taliban pada Minggu (15/8/2021) pagi waktu setempat.
Nasib Jalalabad mengikuti kota utama lainnya, yakni Mazar-i-Sharif yang sudah lebih dulu dikuasai.
Kelompok militan Afghanistan ini memposting foto yang menunjukkan anggotanya berada di kantor Gubernur Jalalabad pada Minggu ini.
Baca juga: Sekjen NATO: Taliban Tak akan Dapat Pengakuan Internasional Jika Ambil Alih Afghanistan Secara Paksa
Baca juga: Beredar Video Diduga Taliban Ambil Senjata Buatan AS dan Operasikan Helikopter
"Kami bangun pagi ini dengan bendera putih Taliban di seluruh kota," kata seorang warga, Ahmad Wali, membenarkan klaim Taliban di media sosialnya.
"Mereka masuk tanpa perlawanan," katanya kepada kantor berita AFP.
Legislator asal Provinsi Nangarhar, Abrarullah Murad mengatakan kepada The Associated Press bahwa Taliban merebut Jalalabad setelah para tokoh tetua merundingkan keruntuhan pemerintah di kota itu.
Pejabat Afghanistan lain yang tinggal di Jalalabad mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada perlawanan di kota ini karena gubernur menyerah kepada Taliban.
"Mengizinkan perjalanan ke Taliban adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa warga sipil," ujar pejabat itu.
Seorang pejabat keamanan juga mengkonfirmasi kejatuhan kota itu.
Dia menyebut perebutan Kota Jalalabad akan membuat Taliban menguasai jalan-jalan yang menghubungkan Afghanistan ke Pakistan.
Kondisi Kepanikan di Ibu Kota Kabul
Taliban melakukan serangan masif di seluruh negeri setelah pasukan AS dan sekutu hengkang dari tanah Afghanistan.
Minggu lalu, kelompok bersenjata ini berhasil merebut dua kota terbesar yakni Kandahar dan Herat.
Pada Sabtu lalu, pejuang Taliban memasuki wilayah Mazar-i-Sharif hampir tanpa perlawanan karena pasukan keamanan pemerintah dilaporkan melarikan diri ke jalan raya Uzbekistan, menurut pejabat provinsi.
Video viral menunjukkan kendaraan tentara Afghanistan dan pria berseragam melintasi jembatan besi antara Kota Hairatan dan Uzbekistan.
Bahkan dua pemimpin militer Afghanistan pro-pemerintah, Mohammad Noor dan Abdul Rashid Dostum, juga dikabarkan melarikan diri.
Kini Kota Kabul, tempat pemerintahan Afghanistan, makin terisolasi.
Baca juga: Jika Taliban Kuasai Afghanistan, Para Wanita Takut Dieksekusi hingga Larangan Tak Boleh Keluar Rumah
Warga dari berbagai provinsi merangsek ke Kabul, mereka melarikan diri karena takut akan kembali berada di bawah pemerintahan Taliban.
"Sampai sekarang, Kabul adalah kota besar terakhir yang masih dipegang pemerintah. Sulit dipercaya untuk berpikir bahwa sembilan hari yang lalu, Taliban tidak memegang satu pun ibu kota provinsi dan tidak melakukannya dalam lima tahun terakhir," lapor Charlotte Bellis dari Al Jazeera.
"Ada banyak kepanikan di Kabul. Kota ini telah membengkak dengan puluhan ribu orang dari provinsi-provinsi yang melarikan diri ke sini. Ada juga pelarian di bank. Harga sudah naik, termasuk bahan bakar dan makanan."
Dalam pernyataannya pada Sabtu lalu, Taliban mengatakan kemajuan pesat kelompok ini lantaran mereka diterima masyarakat.
Taliban meyakinkan bahwa warga Afghanistan maupun asing akan aman di bawah kendali mereka.
AS Evakuasi Kedubes di Kabul
Di sisi lain, pemerintah AS mempercepat rencana evakuai staf Kedutaan Besar AS di Kabul serta warga Afghanistan yang bekerja untuk mereka.
Presiden AS, Joe Biden pada Sabtu (14/8/2021) mengerahkan 5.000 tentara untuk membantu evakuasi ini.
Baca juga: Penarikan Aman Militer, Staf dan Warga AS, Biden Tambah Pasukannya di Afghanistan Jadi 5.000
Baca juga: Sekjen NATO: Taliban Tak akan Dapat Pengakuan Internasional Jika Ambil Alih Afghanistan Secara Paksa
Sementara itu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di hari yang sama menyampaikan pidato di televisi.
Itu merupakan penampilan pertama Presiden Ghani sejak Taliban melakukan banyak serangan dan kemajuan.
Dia berjanji untuk tidak menyerah "prestasi" dari 20 tahun sejak invasi pimpinan AS menggulingkan Taliban setelah serangan 11 September pada tahun 2001.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)