Ini Perbandingan Pasukan Khusus Taliban dengan Tentara Elite Afghanistan
Afghanistan dan pemberontak Taliban sama-sama memiliki pasukan khusus atau pasukan elite.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Afghanistan dan pemberontak Taliban sama-sama memiliki pasukan khusus atau pasukan elite.
Namun dalam peperangan beberapa hari terakhir, pasukan elite Taliban justru menang lawan pasukan elite pemerintahan Afghanistan.
Terbukti, hampir seluruh wilayah Afghanistan termasuk ibu kota Kabul jatuh ke tangan pasukan Taliban.
Lalu apa perbedaan pasukan elite Taliban dengan pasukan elite Afghanistan?
Pasukan Elite Taliban
Taliban memiliki pasukan khusus bernama Badri 313.
Perang Badar yang terjadi pada masa lalu menjadi inspirasi bagi Pasukan Taliban dalam memberi nama pasukan khusus mereka Badri 313.
Pasukan ini bersenjata lengkap dengan peralatan canggih buatan Amerika plus rompi anti peluru bergaya komando dan 'kacamata penglihatan malam'.
Dailymail menyebut Badri 313 unit komando khusus Taliban di Afghanistan.
Taliban sebelumnya telah merilis video dan gambar tentara unit tersebut.
Baca juga: Taliban Ingkar Janji, Kepala Polisi Afghanistan DieksekusI Mati, Wanita Dilarang Jadi Jurnalis
Senjata yang mereka gunakan Salwar Kameez dan AK-47 khas yang disandang di bahu yang telah menjadi identik dengan pejuang Taliban.
Pasukan batalyon 'Badri 313' adalah pasukan khusus yang sama sekali berbeda.
Mereka dilaporkan sangat terlatih dan dilengkapi dengan peralatan militer canggih yang diperoleh dari senjata sitaan militer AS dan yang digunakan oleh pasukan Afghanistan.
Dalam video yang dirilis oleh kelompok tersebut, para prajurit Badri 313 terlihat dengan helm militer dan kacamata hitam bukan memakai turban atau serban seperti biasa.
Mereka memakai rompi anti peluru di atas jaket kamuflase dan celana panjang.
Pasukan itu juga tdak memakai jubah khas Taliban seperti milisi Taliban umumnya.
Unit tersebut juga dipersenjatai dengan pistol modern, mengenakan sepatu bot tempur modern.
Bahkan memiliki kacamata penglihatan yang bisa menembus gelapnya malam.
Membuat mereka sulit dibedakan dari unit tempur khusus negara lain.
Akhir-akhir ini mereka berpatroli di jalan-jalan Kabul setelah Taliban menguasai kota pada hari Minggu.
Laporan dari India Today menyebutkan Badri 313 bersiap seperti unit komando pasukan khusus lainnya.
Menggunakan pelatihan taktis dan serangan di lokasi yang dirahasiakan yang dijalankan oleh Taliban.
Ketika Taliban pertama kali merilis gambar Badri 313, para ahli percaya bahwa mereka mengirim sinyal yang menunjukkan bahwa mereka bukan lagi kelompok petani yang lusuh, tetapi sekarang memiliki kemampuan militer modern.
Kegigihan Taliban telah didokumentasikan dengan baik, tetapi kurangnya peralatan mereka selalu menempatkan mereka pada kerugian yang signifikan terhadap pasukan AS dan NATO.
Zaid Hamid, seorang veteran perang Soviet-Afghanistan, mengatakan kepada The Sun pada bulan Juli bahwa tampaknya Taliban telah 'naik satu langkah'.
"Ketika saya menjadi bagian dari Mujahidin Afghanistan, kami mengalahkan Uni Soviet menggunakan senjata Soviet, baik yang diambil dari tentara Soviet atau diberikan kepada kami oleh sekutu kami.
Tapi Taliban Afghanistan telah melangkah lebih jauh. Mereka hanya merebut dari Amerika dan tentara Afghanistan," kata Hamid kepada surat kabar itu.
Kementerian Pertahanan Pakistan mengatakan bahwa mereka itu bukan lagi sekelompok petani, tetapi pasukan paramiliter profesional.
Baca juga: 2 Warga Afghanistan Ikut Dievakuasi ke Indonesia Menggunakan Pesawat TNI AU, Siapa Mereka?
Pasukan Elite Afghanistan
Dilatih oleh Amerika Serikat (AS) dan dilengkapi dengan peralatan canggih, pasukan elite Afghanistan adalah senjata garis depan melawan Taliban.
Akan tetapi, berkurangnya dukungan militer AS membuat mereka tak bisa berbuat banyak seperti dulu lagi.
Alhasil hampir seluruh kota-kota di Afghanistan kini jatuh ke tangan Taliban termasuk Ibu Kota Kabul.
Mengenakan kacamata penglihatan malam, senapan buatan AS, dan peralatan tempur modern lainnya, pasukan khusus Afghanistan sempat mengejutkan Taliban ketika mereka pertama kali muncul pada 2008.
Para pelatih mereka dari Amerika memujinya sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan, yang pada akhirnya dapat membantu Pemerintah Afghanistan memberantas Taliban dan mempercepat keluarnya AS.
"Operasi khusus di Afghanistan diciptakan secara unik menurut citra kami sendiri," kata Todd Helmus, analis RAND Corporation yang berbaur dengan tentara di lapangan pada 2013, kepada AFP.
"Mereka sangat bagus. Mereka sangat terlatih. Mereka tahu cara menembak, bergerak, dan berkomunikasi."
Di negara di mana pelatihan untuk tentara lokal sering kali belum sempurna, latihan untuk pasukan khusus sangat intensif, yaitu 14 minggu latihan menembak, taktik regu, serangan udara, dan latihan tembakan langsung.
Kontraktor swasta berperan menghimpun personel pasukan khusus Afghanistan.
Sebuah iklan pekerjaan online dari raksasa pertahanan AS Raytheon yang sekarang sudah kedaluwarsa berbunyi, mereka mencari kandidat untuk Ktah Khas (KKA), salah satu divisi pasukan khusus paling elite yang terdiri dari tentara, polisi, dan intelijen unit agensi.
Dalam 10 tahun, jumlah mereka bertambah banyak, walau tidak diketahui angka pastinya.
Namun, dua sumber keamanan mengatakan kepada AFP, ada sekitar 56.000 personel pasukan khusus yang terdiri dari tentara, polisi, dan dinas intelijen.
"Tentara pemberani ini tidak pernah kalah perang, dan mereka tidak akan pernah kalah," kata komandan pasukan AS di negara itu, Jenderal John Nicholson, pada 2017.
Pada tahun yang sama, pasukan elite Afghanistan menjadi memukau publik karena perannya dalam membunuh Abdul Hasib, ketua ISIS di Afghanistan.
Namun, sementara Mayor Jenderal Alizai mengatakan kepada AFP bahwa mereka sekarang dilatih oleh warga Afghanistan lainnya, analis berpendapat bahwa pasukan khusus selalu terlalu bergantung pada bantuan asing, mulai dari pengumpulan intelijen hingga logistik, yang membuat mereka pada dasarnya bisa jadi lemah setelah penarikan AS dan NATO.
"Kami melihat kegagalan kebijakan itu, sekarang ada pengakuan natural bahwa jelas kami perlu melatih unit-unit ini untuk bertarung sendiri, sehingga mereka tidak membutuhkan kami lagi," kata Helmus dari RAND.
Dengan penarikan AS yang hampir selesai, pasukan elite Afghanistan menjadi garis pertahanan terakhir melawan Taliban.
"Satu-satunya hal yang menghambat kemajuan Taliban saat ini adalah pasukan khusus dan angkatan udara," ujar Vanda Felbab-Brown, rekan senior di Brookings Institution, kepada AFP saat milisi belum menguasai Afghanistan.
Pengerahan cepat saat itu berhasil mempertahankan Qala-i-Naw, ibu kota provinsi pertama yang diserang Taliban sejak pasukan asing mulai menarik diri pada Mei, serta Kandahar di selatan dan Herat di barat, untuk mencegah jatuhnya ibu kota provinsi di sana.
Di pusat-pusat pertempuran itu, pasukan khusus Afghanistan sering mendapati diri mereka kewalahan dan tanpa bantuan lokal.
Pada Juni contohnya, satu unit yang terdiri dari sekitar 24 pasukan khusus, yang dikirim untuk memperkuat pertahanan lokal, ditaklukkan oleh Taliban di provinsi utara Faryab.
Video yang diunggah online menunjukkan pasukan itu dieksekusi setelah menyerah.
Di antara yang tewas adalah Mayor Sohrab Azimi, bintang yang sedang naik daun di tentara Afghanistan yang kematiannya memicu kemarahan publik atas ketidakmampuan militer.
Ayahnya, pensiunan Jenderal Zahir Azimi, di media sosial menuduh para petinggi gagal memberikan dukungan yang cukup kepada unit putranya.
"Dalam kasus ini, pasukan operasi khusus ditinggalkan begitu saja oleh tentara reguler," kata Felbab-Brown dari Brookings.
"Mereka membiarkan pasukan komando dicabik-cabik."
Ada kekhawatiran bahwa hasil brutal seperti itu bisa terulang lagi, karena tentara Afghanistan menyerahkan lebih banyak wilayah kepada Taliban dan pasukan khusus dikerahkan untuk memerangi pertempuran yang semakin sulit dimenangi.
Akan tetapi, Mayor Jenderal Alizai menegaskan bahwa pasukannya bisa bertahan.
"Setiap hari kita kehilangan orang-orang hebat, pria-pria tangguh, para perwira yang sangat baik, NCO, dan tentara," katanya.
"Itu tidak akan memengaruhi moral siapa pun... kami siap berkorban lebih banyak."
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com