Sosok Hashmat Ghani, Adik Presiden Ashraf Ghani yang Minta Warga Afghanistan Terima Taliban
Hashmat Ghani, adik Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, meminta warga Afghanistan menerima Taliban. Berikut ulasan mengenai sosoknya!
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Hashmat Ghani, adik Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, meminta warga Afghanistan menerima Taliban.
Ia mengaku telah menerima pengambilalihan kekuasaan negara oleh Taliban.
Namun, ia menyerukan pembentukan pemerintahan inklusif.
Berbicara pada AlJazeera, Sabtu (21/8/2021), Ghani menuturkan, mengakui tatanan baru di Kabul adalah kebutuhan "bagi rakyat Afghanistan".
Terutama, penarikan pasukan asing yang terakhir akan segera dilakukan.
Selama beberapa hari terakhir, Ghani telah bertemu para pemimpin Taliban.
Baca juga: Sosok Mariam Ghani, Putri Ashraf Ghani yang Kini Nikmati Hidupnya sebagai Seniman di Brooklyn
Baca juga: SOSOK Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Pulang Kampung setelah 20 Tahun Pengasingan
Ia mengatakan dirinya setuju mengakui transisi kekuasaan sebagai sinyal untuk tokoh politik dan budaya yang berpengaruh, serta pengusaha.
Ghani juga menyebut, jika para pengusaha mencoba melarikan diri dari Afghanistan, akan "menghancurkan" ekonomi negara dan masa depan secara keseluruhan.
Meskipun kakaknya, Ashraf Ghani, telah melarikan diri pada Minggu (15/8/2021) lalu, ia mengatakan tidak pernah berniat meninggalkan Afghanistan.
"Jika saya melarikan diri, apa yang akan terjadi dengan orang-orangku, sukuku, asalku ada di sini."
"Pesan apa yang akan dikirim jika saya melarikan diri dan meninggalkan orang-orang pada saat mereka membutuhkan?" ujarnya.
Tentang pelarian kakaknya, Ghani mengatakan ia senang setidaknya sang presiden meninggalkan negara dalam kondisi utuh.
"Jika dia terbunuh, segalanya akan menjadi jauh lebih buruk," katanya.
Profil Hashmat Ghani
Dikutip dari Wikipedia, Hashmat Ghani lahir di Logar, Afghanistan pada 29 Oktober 1960.
Ia seorang pengusaha dan kepala suku dari populasi nomaden Kochi Afghanistan.
Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon
Baca juga: Profil Letkol Pnb Ludwig Bayu, Sosok di Balik Evakuasi WNI dari Afghanistan oleh TNI AU
Mengutip India Today, Ghani yang juga seorang politisi, menjalankan kerajaan bisnis bernama Ghani Group di Afghanistan.
Putranya, Sultan Ghani, adalah presiden Ghani Group.
Berkantor pusat di Kabul, perusahaan Ghani berfokus pada layanan keamanan, konstruksi, pertambangan, energi dan listrik, serta teknologi informasi.
Selain Afghanistan, Ghani juga disebut-sebut memiliki properti di Amerika Serikat (AS), Pakistan, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Ghani mengenyam pendidikan di Prancis dan AS.
Ia meraih gelar MBA dalam bidang Perdagangan dan Pemasaran Internasional.
Ghani diketahui menjadi sosok penting bagi Afghansitan.
Mewakili Ahmadazai, satu diantara suku Pashtun terbesar yang berbasis di Waziristan dekat perbatasan Afghanistan Pakistan, Hashmat Ghani memiliki kepribadian yang kuat, bersama dengan kekayaannya.
Ia merupakan ketua dewan agung Kochi.
Ahmadazai merupakan salah satu suku yang termasuk dalam kelompok ini.
Baca juga: Rusia: Taliban adalah Penguasa Sah, Tidak Ada Alternatif Selain Mereka di Afghanistan
Baca juga: AS Tak Lagi Anggap Ashraf Ghani Tokoh Afghanistan, Abaikan Janji Ghani Kembali ke Negaranya
Rekaman Pertemuannya dengan Taliban Viral
Hashmat Ghani menerima sejumlah komentar kritis dan kasar setelah rekaman pertemuannya dengan anggota Taliban, viral di media sosial.
Masih mengutip AlJazeera, ia mengakui ketakutan yang melanda ibu kota.
Tetapi, Ghani juga menekankan perlunya pemerintah inklusif yang akan mencakup para ahli di bidangnya, perempuan, dan kaum muda.
Hal itu, ujarnya, akan menjadi cara untuk meredakan ketegangan.
Pada hari-hari awal pengambilalihan oleh Taliban, kota-kota sepi karena hanya sedikir orang, terutama wanita, yang berani keluar rumah.
Selama empat hari pertama, sebagian bisnis besar di kota tetap tutup karena ketidakpastian dan ketakutan akan kerusuhan atau kekerasan.
Namun, seiring berjalannya waktu, kerumunan semakin banyak, lalu lintas kembali normal, dan beberapa wanita serta orang muda memberanikan diri keluar.
Sejauh ini, bisnis di Kabul dan kota-kota lain perlahan mulai dibuka kembali.
Namun, bank-bank masih berupaya membuka dan mengisi kembali persediaan uang tunai di ATM.
Baca juga: Ashraf Ghani Akhirnya Muncul, Bantah Kabur dari Afghanistan, Klaim Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Baca juga: Sepekan di Bawah Taliban, Bank di Afghanistan Tutup dan Harga Sembako Naik 20 Persen
Pasalnya, ada kekurangan besar mata uang fisik yang beredar.
Ekonomi Afghanistan telah berjuang karena korupsi, pemotongan bantuan asing, dan hampir kehabisan uang pada hari-hari sebelum kedatangan Taliban pekan lalu.
Ghani mengatakan Taliban harus melakukan segala yang mereka bisa untuk terlibat dengan pengusaha dan investor.
Lantaran, dalam ekonomi berbasis uang tunai, penutupan bisnis dan kurangnya uang kertas dapat menyebabkan masalah ekonomi yang serius.
Sepanjang Sabtu sore, Ghani terdengar menanggapi pesan suara WhatsApp dalam bahasa Pashto, Dari, dan Inggris.
Ia berusaha mendorong investor dan tokoh terkemuka untuk tidak putus asa, atau lebih buruk lagi, yakni meninggalkan negara pada saat dibutuhkan.
"Kita tidak bisa membiarkan negara ini kembali ke kematian dan kehancuran," katanya saat membalas pesan demi pesan yang masuk.
Sementara itu, Taliban belum mengumumkan pembentukan resmi pemerintahan baru.
Di sisi lain, Ghani mengatakan kepemimpinan kelompok itu secara terbuka, mengaku padanya bahwa mereka membutuhkan bantuan dalam menjalankan negara.
Ia menuturkan sangat penting bahwa orang-orang mampu dan terdidik tetap terbuka untuk bekerja dengan pemerintah Taliban yang potensial.
"(Taliban) tahu keamanan. Mereka dapat menanganinya secara baik, tetapi pemerintah lebih dari sekadar keamanan, dan di situlah kelas terpelajar bisa membantu," tutur Ghani.
Setelah Taliban tiba di Kabul, ketakutan terbesar Ghani adalah terulangnya perang saudara yang hampir menghancurkan kota itu pada 1990-an.
Untuk menghindarinya, kata Ghani, kepemimpinan negara harus menjangkau Taliban untuk resolusi damai.
Termasuk tokoh-tokoh berpengaruh dari semua etnis bangsa dan wilayah geografis.
Sepanjang Sabtu, Ghani mengadakan pertemuan tatap muka dengan para pengusaha dan mantan pejabat pemerintah.
Ia meminta mereka agar tidak menyerah pada Afghanistan dan bangkit lewat kesempatan ini.
"Inilah saat yang dibutuhkan rakyat Afghanistan," pungkasnya.
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)