2 Hari Sebelum Bom di Kabul, Komandan ISIS-K Ungkap Sudah Menunggu Waktu untuk Menyerang
Koresponden CNN melakukan wawancara dengan Komandan ISIS-K, dua hari sebelum insiden bom di Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021).
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
Ia tidak bisa mengantisipasi apapun keputusan para petinggi.
Disisi lain, Mujahid mengungkapkan para pejabat telah ditunjuk untuk menjalankan lembaga-lembaga utama, termasuk kementerian kesehatan dan pendidikan masyarakat, serta bank sentral.
Keterangan Saksi Mata saat Bom Terjadi
Bom bunuh diri di Kabul terjadi beberapa jam setelah pejabat Barat memperingatkan soal adanya serangan besar, di mana mereka mendesak orang-orang untuk meninggalkan bandara.
Namun, peringatan itu diabaikan sebagian besar warga Afghanistan yang putus asa dan ingin melarikan diri dari negara itu, sebelum AS secara resmi mengakhiri keberadaannya pada 31 Agustus mendatang.
Mengutip AP News, dalam video yang diambil setelah serangan, menunjukkan mayat-mayat ada di saluran air di dekat pagar bandara.
Beberapa di antara jasad itu diambil dan diletakkan di tumpukan, sementara warga sipil lainnya meratapi mencari orang yang mereka cintai.
Baca juga: Sosok Hashmat Ghani, Adik Ashraf Ghani yang Minta Warga Afghanistan Terima Taliban
Baca juga: Sosok Mariam Ghani, Putri Ashraf Ghani yang Kini Nikmati Hidupnya sebagai Seniman di Brooklyn
Seorang saksi mata mengatakan, ia melihat tubuh dan bagian lainnya terbang di udara saat ledakan terjadi.
Ia mengibaratkan suasana ledakan seperti puting beliung.
"Saya melihat tubuh dan bagian tubuh terbang di udara seperti angin puting beliung meniup kantong plastik, kata seorang saksi.
"Saluran pembuangan air telah berubah menjadi darah," imbuhnya.
Saksi lainnya, Zubair yang merupakan seorang insinyur, menuturkan ia berada di dekat pelaku yang meledakkan diri.
"Pria, wanita, dan anak-anak berteriak. Saya melihat banyak orang terluka dimasukkan ke dalam kendaraan pribadi dan dibawa ke rumah sakit," tuturnya.
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)