Kontaminasi Vaksin Moderna Meluas di Jepang, 1 Juta Dosis Lainnya Ditarik
Kontaminasi vaksin virus corona (Covid-19) Moderna di Jepang telah meluas dengan tambahan satu juta dosis lainnya dihentikan penggunaannya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kontaminasi vaksin virus corona (Covid-19) Moderna di Jepang telah meluas dengan tambahan satu juta dosis lainnya dihentikan penggunaannya.
Penghentian penggunaan ini dilakukan setelah zat asing ditemukan dalam lebih banyak batch serta ada laporan dua orang meninggal pasca menerima vaksinasi dari vaksin tersebut.
Penghentian penggunaan pasokan Moderna sebanyak total lebih dari 2,6 juta terjadi saat Jepang tengah memerangi gelombang terburuk Covid-19, didorong oleh peningkatan kasus varian Delta yang dianggap lebih cepat menular.
Sementara kasus infeksi harian baru di negara itu mencapai lebih dari 25.000 pada bulan ini untuk kali pertama, di tengah laju program vaksinasi yang lambat.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (30/8/2021), laporan terbaru terkait kontaminasi vaksin ini muncul dari prefektur Gunma dekat Tokyo dan prefektur Selatan Okinawa.
Ini tentunya mendorong penghentian penggunaan untuk dua lot lainnya selain 1,6 juta dosis sebelumnya telah ditarik pada pekan lalu.
"Zat hitam kecil ditemukan di dalam botol vaksin Moderna di Gunma," kata seorang pejabat dari prefektur Gunma.
Sementara di Okinawa, zat hitam itu terlihat pada jarum suntik dan botol, serta ada pula zat berwarna merah muda yang ditemukan pada jarum suntik yang berbeda.
Penghentian baru ini pun turut mempertimbangkan laporan pemerintah pada hari Sabtu lalu terkait adanya dua orang yang tewas setelah menerima vaksin Moderna yang ternyata masuk dalam kategori batch yang telah dihentikan penggunaannya.
Pemerintah Jepang kemudian menyampaikan bahwa tidak ada masalah terkait keamanan maupun efektivitas yang diidentifikasi.
Baca juga: 2 Warga Jepang Meninggal Setelah Disuntik Vaksin Moderna dari Batch yang Tercemar
Penghentian penggunaan itu merupakan bentuk tindakan pencegahan, sedangkan penyebab kematian dua orang tersebut saat ini masih diselidiki.
"Menurut pendapat saya, kontaminasi zat asing tidak mungkin secara langsung dapat menyebabkan kematian mendadak," kata seorang Dokter dan Wakil Ketua Cov-Navi, Takahiro Kinoshita.
Ia menambahkan, jika zat yang terkontaminasi itu cukup berbahaya untuk bisa menyebabkan kematian bagi sebagian orang, kemungkinan akan ada lebih banyak orang yang menderita beberapa gejala setelah menjalani vaksinasi.
"Namun, penyelidikan lebih lanjut tentu diperlukan untuk mengevaluasi bahaya dari dosis tertentu yang saat ini dipertanyakan," jelas Kinoshita.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.