Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Harap Senjata yang Ditinggalkan AS di Afghanistan Tak Digunakan untuk Perang Saudara

Sebelumnya, AS telah memberikan persenjataan senilai 28 miliar dolar AS untuk pasukan keamanan Afghanistan sejak 2002 hingga 2017 lalu.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Rusia Harap Senjata yang Ditinggalkan AS di Afghanistan Tak Digunakan untuk Perang Saudara
Sifatullah ZAHIDI / AFP
Pasukan keamanan Afghanistan berdiri di dekat kendaraan lapis baja selama pertempuran yang sedang berlangsung antara pasukan keamanan Afghanistan dan pejuang Taliban di daerah Busharan di pinggiran Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand 5 Mei 2021. Pesawat-pesawat tempur Amerika mendukung pasukan Afghanistan melawan sebuah pasukan utama Taliban ofensif di selatan negara itu bahkan ketika militer AS terus menekan dengan penarikan pasukan, kata para pejabat pada 5 Mei. Pertempuran sengit telah meletus di provinsi Helmand sejak akhir pekan, ketika militer AS secara resmi mulai menarik pasukannya yang tersisa. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM - Rusia berharap senjata yang tertinggal di Afghanistan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari negara itu, tidak digunakan dalam potensi perang saudara.

"Saya berharap senjata ini masih tetap tersimpan di gudang dan tidak akan digunakan dalam perang saudara lebih lanjut, yang saat ini telah berakhir di Afghanistan," kata Perwakilan Khusus Presiden Rusia untuk Afghanistan, Zamir Kabulov.

Ia menambahkan bahwa hal lainnya yang perlu diingat adalah terkait nasib 'senjata-senjata ini' selanjutnya.

Militan Taliban melakukan serangan atas gedung pengadilan di Afghanistan utara, Kamis (9/4).
Militan Taliban melakukan serangan atas gedung pengadilan di Afghanistan utara, Kamis (9/4). (AP)

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (30/8/2021), Kabulov mencatat bahwa Rusia prihatin dengan situasi keamanan dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Afghanistan.

Namun negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu meyakini konsep budaya 'kita sendiri' tentang demokrasi dan ketertiban, tidak boleh dipaksakan pada otoritas yang baru di Afghanistan.

Baca juga: Update Konflik di Afghanistan: ISIS-K Akui Luncurkan Roket ke Bandara Kabul, 1.200 Orang Dievakuasi

Baca juga: Eks Anggota JI: Kemenangan Taliban Dapat Menginspirasi Kelompok Teroris Indonesia

Baca juga: Taliban Disebut Kelompok Pemberontak Terkaya di Dunia, Ini Sederet Sumber Uang Mereka

Lebih lanjut diplomat itu mencatat bahwa ancaman peningkatan perdagangan narkoba dari negara tersebut pun masih ada.

BERITA REKOMENDASI

Selain itu, ia menekankan bahwa upaya perlawanan terhadap hal ini tidak boleh terbatas pada retorika saja.

Kabulov juga meminta negara Barat untuk tidak membekukan aset keuangan otoritas yang baru di Afghanistan, untuk menghindari munculnya masalah tambahan bagi negara yang dilanda perang itu.

Tentara AS berjaga di balik kawat berduri ketika warga Afghanistan duduk di pinggir jalan dekat bagian militer bandara di Kabul pada 20 Agustus 2021, berharap untuk melarikan diri dari negara itu setelah militer Taliban mengambil alih Afghanistan.
Tentara AS berjaga di balik kawat berduri ketika warga Afghanistan duduk di pinggir jalan dekat bagian militer bandara di Kabul pada 20 Agustus 2021, berharap untuk melarikan diri dari negara itu setelah militer Taliban mengambil alih Afghanistan. (Wakil KOHSAR / AFP)

"Rusia akan turut ambil bagian dalam proyek-proyek yang ditujukan untuk memulihkan ekonomi Afghanistan dan siap untuk segera bekerja," tegas Kabulov.

Ia kemudian menegaskan bahwa sejumlah langkah harus diambil untuk menjaga agar mata uang negara itu tidak jatuh.

Baca juga: Taliban Salahkan Ashraf Ghani yang Tinggalkan Afghanistan, Dianggap Jadi Penyebab Kekacauan Negara

"Karena runtuhnya mata uang nasional dapat menyebabkan negatif konsekuensi ekonomi," jelas Kabulov.

Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, saat ancaman bom bunuh diri membayang-bayangi detik-detik akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, saat ancaman bom bunuh diri membayang-bayangi detik-detik akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan. (AFP)

Sebelumnya, AS telah memberikan persenjataan senilai 28 miliar dolar AS untuk pasukan keamanan Afghanistan sejak 2002 hingga 2017 lalu.

Namun hampir semua alutsista ini kini dikhawatirkan jatuh ke tangan Taliban.

Selain itu, ada kekhawatiran pula bahwa ratusan perangkat biometrik militer yang ditinggalkan di pangkalan AS, akan membantu kelompok militan itu dalam melacak dan menargetkan mantan pejabat keamanan serta pendukung pemerintahan yang kini telah dijatuhkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas