AS Ungkap Kemungkinan Kerja Sama dengan Taliban untuk Lawan ISIS-K
Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Angkatan Darat AS Mark Milley mengatakan ada kemungkinan AS kerja sama dengan Taliban untuk melawan ISIS.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Angkatan Darat Mark Milley mengatakan ada kemungkinan AS kerja sama dengan Taliban untuk melawan ISIS.
Hubungan antara AS dan Taliban pasca berakhirnya perang 20 tahun adalah hal yang perlu segera diperjelas.
Sebelumnya, Komandan Militer AS telah berkoordinasi dengan komandan Taliban di luar bandara internasional Kabul selama tiga pekan terakhir.
Hal ini dilakukan untuk memperlancar evakuasi lebih dari 124.000 orang dari Afghanistan.
"Dalam perang, Anda melakukan apa yang harus Anda lakukan untuk mengurangi risiko misi dan kekuatan, bukan apa yang ingin Anda lakukan," komentar Mark Milley terkait kerja sama dengan Taliban di bandara Kabul, pada Rabu (1/9/2021), dikutip dari The Guardian.
Baca juga: BIN Akui Menyusup Masuk Ke Taliban, Cegah Perang Melebar ke Indonesia
Baca juga: Joe Biden Sempat Telepon Ashraf Ghani sebelum Taliban Berkuasa: Kami akan Terus Beri Bantuan
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin dalam konferensi pers mengatakan bahwa Taliban 'kejam'.
"Apakah mereka berubah atau tidak masih harus dilihat," tambahnya.
Austin terdengar sama skeptisnya dengan Milley mengenai kemungkinan kerja sama dengan Taliban setelah sempat berkoordinasi bersama saat proses evakuasi kemarin.
"Saya tidak akan membuat lompatan logika ke masalah yang lebih luas," kata Austin.
Militer AS dan sekutu menggulingkan Taliban dari kekuasaan pada 2001 dan berperang melawan mereka selama 19 tahun berikutnya.
Kini setelah penarikan pasukan, AS memindahkan misi diplomatik Afghanistan ke Doha, Qatar.
Presiden AS, Joe Biden telah mencatat bahwa Taliban diakui sebagai musuh oleh Negara Islam Provinsi Khorasan (ISKP/ISIS-K), dan menunjukkan kepentingan bersama dengan Amerika Serikat.
Biden diketahui berjanji akan membalas ISIS-K yang melakukan bom bunuh diri di luar bandara Kabul beberapa waktu lalu.
Insiden tersebut menewaskan 13 personel militer AS dan lebih dari 150 warga Afghanistan.
Pada Sabtu lalu, militer AS melakukan serangan pesawat tak berawak yang dikabarkan membunuh dua perencana ISIS-K.
Sayangnya serangan juga menghabisi wanita dan anak-anak di lokasi sasaran.
"Kepada ISIS-K: Kami belum selesai dengan Anda," kata Biden pada Selasa, merujuk pada ISKP.
Baca juga: Update Konflik Afghanistan: Penolong Biden Minta Diselamatkan, AS Bantah Telantarkan Anjing di Kabul
Baca juga: FAA Larang Maskapai Penerbangan Sipil Melintas Wilayah Udara Afghanistan
ISIS-K adalah militan paling ekstrem dan kejam dari semua kelompok ekstremis di Afghanistan.
Kelompok ini memiliki perbedaan besar dengan Taliban dan menuduh Taliban meninggalkan jihad.
Menargetkan militan Negara Islam atau kelompok ekstremis lainnya, seperti al-Qaeda, akan lebih sulit tanpa pasukan militer AS di lapangan dan tidak ada pasukan pemerintah yang bersahabat untuk berbagi intelijen.
Tetapi AS menegaskan bahwa mereka dapat menahan kelompok-kelompok ini dengan memantau mereka.
Menteri Pertahanan Austin dan Milley, keduanya memimpin pasukan di Afghanistan selama 20 tahun.
Dalam komentarnya pada Rabu lalu, kedua petinggi militer AS ini melakukan penghormatan kepada personel yang meninggal atau terluka selama perang hingga insiden bom bunuh diri saat penarikan.
"Perang itu sulit. Ini kejam. Ini brutal. Ini tak kenal ampun," kata Milley.
Penguasa Taliban akan Umumkan Pemerintahan
Menurut laporan Reuters, para penguasa Taliban pada Kamis (2/9/2021) bersiap untuk mengungkap pemerintahan baru.
Pejabat Taliban, Ahmadullah Muttaqi mengatakan di media sosial bahwa upacara sedang dipersiapkan di Istana Presiden di Kabul.
Sementara itu, media Tolo News mengatakan pengumuman tentang pemerintahan baru sudah dekat.
Pemimpin tertinggi gerakan Islam, Haibatullah Akhundzada, diperkirakan memiliki kekuasaan tertinggi atas dewan pemerintahan.
Kemudian akan ada seorang presiden di bawahnya, kata seorang pejabat senior Taliban kepada Reuters bulan lalu.
Pemimpin tertinggi Taliban memiliki tiga wakil, yakni Mawlavi Yaqoob, putra mendiang pendiri Taliban Mullah Omar; Sirajuddin Haqqani, pemimpin jaringan Haqqani yang kuat; dan Abdul Ghani Baradar, salah satu anggota pendiri kelompok tersebut.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)