Taliban Kepung Pejuang Perlawanan Afghanistan di Panjshir, Ajak Rundingkan Perdamaian
Taliban mengepung kelompok perlawanan Afghanistan di Provinsi Panjshir dan mengajak mereka ke perundingan perdamaian
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, KABUL – Pemimpin senior Taliban mengatakan pihaknya telah mengepung satu-satunya provinsi yang tersisa yang menentang kekuasaannya.
Taliban menyerukan kelompok perlawanan itu untuk meletakkan senjata dan merundingkan penyelesaian damai.
Sejak Kabul jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus, pegunungan Panjshir menjadi satu-satunya provinsi yang bertahan melawan Taliban, meskipun ada juga pertempuran di provinsi tetangga Baghlan antara Taliban dan pasukan milisi lokal.
Ribuan anggota milisi lokal dan sisa-sisa unit tentara dan pasukan khusus bertahan di provinsi pegunugan itu melawan Talbian.
Mereka dipimpin Ahmad Massoud, putra seorang mantan komandan Mujahidin.
Baca juga: Satu-satunya Provinsi Belum Takluk, Taliban Incar Pemimpin Perlawanan di Panjshir, Ahmad Massoud
Baca juga: Taliban Parade Memamerkan Perangkat Militer AS yang Disita, Termasuk Helikopter Black Hawk
Dalam rekaman pidato yang ditujukan kepada warga Afghanistan di Panjshir, pemimpin senior Taliban Amir Khan Motaqi meminta para pemberontak untuk meletakkan senjata mereka.
"Emirat Islam Afghanistan adalah rumah bagi semua warga Afghanistan," katanya, merujuk nama baru Afghanistan, seperti dilansir dari The Straits Times.
Sebelumnya Taliban telah mengumumkan amnesti untuk semua warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan asing selama dua dekade terakhir.
Namun banyak warga yang takut akan pembalasan Taliban, dan membanjiri perbatasan untuk melarikan diri.
Motaqi mengatakan Taliban telah melakukan banyak upaya untuk bernegosiasi dengan para pemimpin pasukan oposisi di Panjshir. “Tapi sayangnya, sayangnya, tanpa hasil apapun,” katanya.
Baca juga: Taliban Susun Pemerintahan Sementara di Afghanistan, Mencakup Pemimpin Semua Etnis dan Suku
Baca juga: Rayakan Penarikan Pasukan AS di Bandara Kabul, Taliban Sebut Afghanistan Negara Bebas dan Berdaulat
Ia mengatakan tidak ada alasan untuk berperang karena pasukan Taliban sudah mengepung lembar Panjshir dari empat sisi.
Motaqi menambahkan bahwa pasukan anti-Taliban harus mengingat bahwa tidak mungkin mengalahkan Taliban bahkan dengan dukungan dari pasukan NATO dan AS.
"Tapi kami masih berusaha memastikan tidak ada perang dan masalah di Panjshir diselesaikan dengan tenang dan damai," kata Motaqi, mengulurkan ajakan damainya.
Dua pemimpin anti-Taliban mengatakan, pernyataan Motaqi itu muncul setelah setidaknya tujuh pejuang Taliban tewas dalam upaya untuk maju ke lembah.
Kelompok bantuan Italia Emergency mengatakan empat orang tewas dan lima terluka telah dikirim ke rumah sakit di Kabul dari pertempuran di sekitar daerah Gulbahar di pintu masuk ke Panjshir.
Baca juga: Pejuang Taliban Kenakan Seragam Militer AS Saat Rayakan Penarikan Pasukan di Bandara Kabul
Baca juga: Taliban: Amerika Telah Kalah, Kami Ingin Berhubungan Baik dengan Seluruh Dunia
Seorang juru bicara Front Perlawanan Nasional Afghanistan, yang mengelompokkan pasukan di lembah Panjshir, mengatakan pada hari Rabu (1/9/2021) bahwa pasukan Taliban telah melancarkan serangan dua hari lalu.
Pasukan menyerang di tiga atau empat daerah yang berbeda tetapi sejauh ini telah dipukul mundur, katanya.
Bulan lalu, Al Jazeera mengutip sumber-sumber Taliban yang mengatakan Taliban tengah menyusun pemerintahan sementara yang inklusif di Afghanistan.
Sumber-sumber Taliban mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pemerintah sementara akan mencakup para pemimpin dari semua etnis dan latar belakang suku di negara itu.
Sejumlah sumber mengatakan, hampir selusin nama sedang dipertimbangkan untuk menjadi bagian dari pemerintahan baru.
Baca juga: Amerika Serikat Mencari Jalur Darat Untuk Melanjutkan Evakuasi dari Afghanistan
Baca juga: Taliban Janji Atasi ISIS, Berharap Serangan Berhenti Ketika AS Keluar dari Afghanistan
Namun tidak dijelaskan berapa lama durasi pemerintahan sementara itu nantinya.
Keragaman etnis Afghanistan telah menjadi pusat politik dan konflik di negara itu, dengan tidak ada satu pun kelompok etnis yang mencapai mayoritas yang menentukan di negara berpenduduk 40 juta orang itu.
Pashtun adalah kelompok etnis terbesar di Afghanistan, membentuk lebih dari 42 persen populasi.
Etnis ini Muslim Sunni yang didominasi berbicara bahasa Pashto dan telah mendominasi politik Afghanistan sejak abad ke-18.
Sumber-sumber Taliban juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pemerintah sementara akan memiliki "amir-ul mukmineen" (panglima yang beriman) untuk memimpin Emirat Islam Afghanistan.
Baca juga: Taliban Salahkan Ashraf Ghani yang Tinggalkan Afghanistan, Dianggap Jadi Penyebab Kekacauan Negara
Mereka mengatakan dewan kepemimpinan tertinggi telah dibentuk untuk memutuskan bentuk pemerintahan masa depan dan menominasikan menteri. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)