Tolak Taliban dan Lakukan Perlawanan, Pejuang Perlawanan Panjshir Dipimpin Putra Tokoh Afghanistan
Siapakah pejuang perlawanan Panjshir? Kelompok yang menolak Taliban ini dipimpin putra tokoh Afghanistan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Rencana Taliban untuk menguasai Afghanistan sepenuhnya masih tertahan oleh kelompok perlawanan Panjshir yang menolak menyerah.
Kelompok itu berada di sebuah wilayah bernama Lembah Panjshir, yang berada di timur laut ibu kota.
Kelompok perlawanan anti-Taliban atau dikenal pejuang perlawanan Panjshir ini mengobarkan perlawanan kepada militan meskipun wilayahnya telah dikepung.
Pemimpin senior Taliban, Amir Khan Motaqi, sudah meminta penduduk Lembah Panjshir untuk meletakkan senjata, namun tidak ada tanda-tanda menyerah dari mereka.
Dilansir BBC, puluhan anggota Taliban dikabarkan tewas dalam pertempuran di sepanjang perbatasan sejak 15 Agustus lalu bertepatan saat Kabul jatuh.
Baca juga: Pendiri Taliban Mullah Baradar akan Pimpin Pemerintahan Baru Afghanistan, Berikut Sosoknya
Baca juga: 14 Juta Rakyat Afghanistan Terancam Kelaparan Setelah Taliban Berkuasa
Hingga kini pertempuran saudara itu dikabarkan masih berlanjut.
Lalu siapa pejuang di Lembah Panjshir ini?
Lembah Panjshir yang terletak di wilayah Afghanistan timur ini menjadi markas bagi Front Perlawanan Nasional (NRF).
NRF berisi orang-orang dari berbagai etnis, mereka memiliki latar belakang seorang milisi atau mantan anggota pasukan keamanan Afghanistan.
Dilaporkan NRF memiliki anggota ribuan orang.
Sejumlah foto yang dirilis minggu ini menunjukkan NRF sebagai kelompok yang terorganisir, bersenjata lengkap, dan terlatih.
Kelompok ini dipimpin Ahmad Massoud, putra dari tokoh pemimpin Afghanistan yang berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet, yakni Ahmad Shah Massoud.
Dalam perjuangannya selama Perang Soviet-Afghanistan, Ahmad Shah Massoud kemudian dijuluki 'Singa Panjshir'.
Selain menahan invasi Soviet pada 1980-an, Ahmad Shah Massoud juga memimpin sayap militer pemerintah melawan milisi Taliban.
Adapun putranya, Ahmad Massoud (32), merupakan lulusan King's College London dan Akademi Militer Sandhurst.
Baca juga: Pejuang Panjshir Menjadi Batu Sandungan Pemerintahan Taliban, Ini Fakta-Faktanya
Baca juga: Afghanistan: Qatar dan Turki memberi jalan bagi Taliban untuk unjuk gigi di panggung dunia
Kini Ahmad Massoud bersama pasukan perlawanan di Lembah Panjshir bertekad meneruskan jejak ayahnya untuk mengalahkan Taliban.
Ahmad melakukan berbagai upaya, salah satunya meminta bantuan kepada pemerintah dalam negeri maupun luar negeri.
Awal tahun ini, Ahmad bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang diduga membicarakan rencana membentuk sekutu internasional ketika penarikan pasukan AS semakin dekat saat itu.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Massoud memperingatkan bahwa Taliban tidak berubah.
Dia dan pejuangnya percaya "bahwa demokrasi, hak, dan kebebasan semua warga negara tanpa memandang ras dan jenis kelamin harus dipertahankan."
Bagaimana kondisi Lembah Panjshir?
Menurut The Guardian, Panjshir adalah provinsi terakhir yang belum dikuasai oleh Taliban dan menyatakan perlawanan.
Secara historis, Lembah Panjshir yang ada di utara Kabul di Hindu Kush, adalah benteng perlawanan selama beberapa dekade.
Pertama untuk melawan Soviet pada 1980-an, kemudian melawan Taliban pada 1990-an.
Bahkan hingga kini wilayah ini masih dipenuhi tank-tank berkarat bekas pertempuran selama beberapa dekade itu.
Baca juga: Taliban akan Umumkan Pemerintahan di Bawah Rezim Baru usai Salat Jumat, Siapa Otoritas Tertingginya?
Baca juga: Diburu Taliban hingga Disiksa, Polisi Wanita Afghanistan Gulafroz: Saya Tak Bisa Berbuat Apa-apa
Berdasarkan wilayahnya, Panjshir adalah salah satu provinsi terkecil di Afghanistan dengan sekitar 150.000 dan 200.000 penduduk.
Orang-orang di sana tinggal di balik puncak gunung setinggi 3.000 m di atas Sungai Panjshir dengan kontur tanah yang curam.
Selama masa damai, banyak orang mengunjungi lembah ini karena tertarik dengan pemandangan dan keamanan yang ditawarkannya.
Panjshir adalah rumah bagi berbagai kalangan masyarakat, namun kelompok terbesar berasal dari etnis Tajik.
Penduduk lembah ini mengembangkan reputasi keberanian berkat sejarah perlawanan terhadap orang luar.
Lembah - yang secara historis dikenal dengan permata dan pertambangannya - telah diuntungkan dari investasi dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam dua dekade terakhir, bendungan pembangkit listrik tenaga air dan ladang angin telah dibangun, serta jalan dan menara radio.
Menolak Keinginan Taliban
Taliban mendorong gagasan bahwa "Imarah Islam Afghanistan adalah rumah bagi semua warga Afghanistan".
Adapun kelompok Perlawanan Lembah Panjshir ini merupakan pukulan bagi Taliban.
Baca juga: Taliban Menyerang Kelompok Perlawanan di Lembah Panjshir Setelah Perundingan Gagal
Baca juga: Intelijen Inggris Akui Kecolongan Soal Pergerakan Taliban di Afghanistan
Di media sosial, tagar yang menyuarakan dukungan untuk perlawanan mulai bermunculan.
Taliban dan NRF telah bernegosiasi, tetapi meskipun kedua belah pihak ingin menghindari perang, belum ada penyelesaian yang tercapai.
Bahkan tampaknya pembicaraan telah membuka jalan untuk pertempuran terbuka.
Taliban mengatakan mereka telah mengirim ratusan pejuang, tetapi Panjshir sudah siap.
Menurut kantor berita AFP, pejuang Taliban yang berhasil mencapai tepi lembah akan disambut oleh sarang senapan mesin, mortir, dan pos pengawasan yang dibentengi menggunakan karung pasir.
Kedua belah pihak mengklaim jatuhnya korban, tetapi jumlahnya belum pasti.
Klaim Taliban soal mereka telah menguasai daerah-daerah tertentu juga dibantah oleh NRF.
Taliban juga dilaporkan mencoba memotong jalur pasokan ke lembah Panjshir, yang memaksa kelompok anti-Taliban ini untuk menyerah.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)