Prancis Umumkan Pasukannya Berhasil Bunuh Pemimpin ISIS di Sahara
Pemimpin ISIS di Sahara, yang dicari karena serangan mematikan terhadap tentara AS dan pekerja bantuan asing, tewas di tangan Prancis.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin ISIS di Sahara, yang dicari karena serangan mematikan terhadap tentara AS dan pekerja bantuan asing, telah tewas dalam sebuah operasi yang dilakukan pasukan Prancis.
"Adnan Abu Walid al-Sahrawi dilumpuhkan oleh pasukan Prancis," ujar Presiden Emmanuel Macron melelui cuitan Twitter, Kamis (16/9/2021) pagi.
"Ini adalah keberhasilan besar lainnya dalam perjuangan kami melawan kelompok teroris di Sahel," kata Macron, tanpa memberikan lokasi atau rincian operasi tersebut.
"Ini adalah pukulan telak terhadap kelompok teroris ini."
"Pertarungan kita berlanjut."
"Bangsa ini memikirkan malam ini semua pahlawannya yang tewas untuk Prancis di Sahel dalam operasi Serval dan Barkhane, dari keluarga yang ditinggalkan, dari semua yang terluka," tambah Macron dalam cuitan lain setelah Sahrawi terbunuh.
Baca juga: Kepala BNPT: Kelompok Garis Keras di Indonesia Mulai Alihkan Dukungan dari ISIS ke Taliban
Baca juga: Macron: Uni Eropa Siap-siap Hadapi Kemungkinan Aliran Migrasi Tak Terkendali dari Afghanistan
"Pengorbanan mereka tidak sia-sia. Dengan mitra Afrika, Eropa, dan Amerika kami, kami akan melanjutkan perjuangan ini."
Menteri Pertahanan Florence Parly mengatakan Sahrawi tewas akibat serangan oleh pasukan Barkhane Prancis, yang memerangi para teroris di Sahel.
Dilansir NDTV, Adnan Abu Walid al-Sahrawi merupakan dalang di balik pembunuhan pekerja bantuan Prancis pada tahun 2020.
Ia juga dicari oleh Amerika Serikat atas serangan mematikan tahun 2017 terhadap pasukan AS di Nigeria.
Pada tahun 2015, Sahrawi membentuk cabang ISIS di Sahara (ISGS).
Kelompok itu lah yang diklaim bertanggung jawab atas sebagian besar serangan teroris di Mali, Nigeria dan Burkina Faso.
Daerah "tri-perbatasan" itu sering menjadi sasaran ISGS dan Kelompok Dukungan Islam dan Muslim (GSIM) yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
ISGS telah melakukan serangan mematikan yang menargetkan warga sipil dan tentara di wilayah tersebut.
Amerika Serikat menawarkan hadiah $ 5 juta untuk informasi tentang keberadaan Sahrawi.
Sahrawi juga dicari atas serangan 4 Oktober 2017 di Nigeria yang menewaskan empat Pasukan Khusus AS dan empat tentara Nigeria.
Baca juga: Afghanistan Alami Krisis, PBB: Butuh Donasi 1 Miliar Dolar untuk Kebutuhan Dasar Warga
Baca juga: Berita Foto : Pembebasan Keluarga ISIS Dari Kamp al-Hol
Pekerja Bantuan Tewas
Pada 9 Agustus 2020 di Nigeria, kepala ISGS secara pribadi memerintahkan pembunuhan enam pekerja bantuan Prancis beserta pemandu dan pengemudi mereka.
Sebelumnya pada akhir 2019, ISGS melakukan serangkaian serangan besar-besaran terhadap pangkalan militer di Mali dan Nigeria.
Sebagai seorang mantan anggota gerakan kemerdekaan Front Polisario Sahara Barat, Sahrawi bergabung dengan Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM).
Ia juga memimpin bersama Mujao, sebuah kelompok Islam Mali yang melakukan penculikan pekerja bantuan Spanyol di Aljazair dan sekelompok diplomat Aljazair di Mali pada tahun 2012.
Militer Prancis telah membunuh beberapa anggota tinggi ISGS sejak dimulainya intervensi militernya di Mali pada 2013.
Pada bulan Juni tahun ini, Macron mengumumkan pengurangan besar-besaran dalam pasukan anti-jihadis Barkhane Prancis di Sahel.
Mali utara jatuh di bawah kendali teroris pada 2012 sampai mereka diusir dari kota-kota oleh intervensi militer Prancis pada 2013.
Tapi Mali, negara miskin dan terkurung daratan yang menampung setidaknya 20 kelompok etnis, terus memerangi serangan teroris dan kekerasan antarkomunal, yang sering meluas ke negara-negara tetangga.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)