Kue Beras Ohagi Evolusioner Menyebar Secara Nasional di Jepang
Sejak zaman kuno, warna merah kacang azuki telah dikatakan memiliki efek mengusir roh jahat.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ohagi saat ini sedang populer di Jepang. Apalagi Ohagi Evolusioner yang menjungkirbalikkan citra masa lalu menjadi semakin meningkat mendekati minggu ekuinoksial.
"Ohagi" adalah perwakilan dari manisan Jepang.
Sejak zaman kuno, warna merah kacang azuki telah dikatakan memiliki efek mengusir roh jahat, dan dikatakan sebagai ucapan terima kasih kepada leluhur pada minggu equinoctial.
Botamochi kadang-kadang disebut 'hagi no mochi' atau 'ohagi'.
Asal usul nama-nama tersebut berbeda satu sama lain.
Kebanyakan orang sering salah mengartikannya, karena beberapa toko menjualnya dengan label 'ohagi' di musim semi atau memberi label 'botamochi' di musim gugur, meskipun kemudian berubah di musim semi harus disebut 'botamochi' dan di musim gugur harus disebut 'ohagi'.
Beras ketan kukus umumnya dibungkus dengan pasta kacang merah dan tepung kedelai, tetapi kue beras evolusioner yang mengejutkan nenek moyang sekarang telah menyebar luas.
"CHASHITSU" di Nishi-ku, Osaka. Yang dijual disini adalah "Ohagi Burger", yang dibuat dengan mengapit anko dengan ketan. Juga menjual kentang merah dan biji wijen.
"Anda bisa merasakan manisnya ubi merah asli yang lembut, dan sensasi segarnya beras ketan yang tumbuh," ungkap Julia Usuda, penyiar Kansai TV.
Toko ini muncul dengan bentuk karena mengejar kue beras yang sesuai dengan gaya hidup modern.
"Kami mengembangkan Ohagi Burger karena kami ingin anak muda lebih mengenal manisan Jepang dan ingin membuat hamburger kasual dan pop yang bisa dimakan dengan satu tangan," ungkap penikmat Ohagi, Jun Hashimoto.
Jumlah toko yang terlibat dengan kue beras evolusioner meningkat secara nasional, dan ada banyak toko populer Ohagi kini di Jepang.
Di toko tersebut dijual 12 jenis pistachio dan buah persik, dan pemiliknya, Koji Fujiwara, memiliki latar belakang unik sebagai manajer toko ramen dan guru seni sekolah menengah pertama negeri.
"Yah, saya pikir saya memulai karena saya menyukainya. Saya yakin Anda akan senang jika ada banyak hal yang dapat Anda nikmati tidak hanya yang dasar tetapi juga yang terlihat bagus," ungkap Fujiwara.
Pada saat pembukaan, ia pergi ke toko Ohagi yang populer dan mengembangkan produk dengan mengulangi trial and error dengan meniru penampilan.
"Saya makannya banyak. Nasi ketan di warung ini bentuknya seperti ini, jadi saya coba cara dikukus atau dimasak. (Saya pakai sebagai referensi) dan Mori no Ohagi di Toyonaka. Bukankah mereka pionir di industri kue beras?" tambah Fujiwara.
Yuriko Mori, pemilik "Mori no Ohagi". Setelah bekerja sebagai desainer setelah lulus dari perguruan tinggi seni, seorang pecinta kue beras akhirnya mendirikan toko khusus Ohagi 11 tahun yang lalu.
Tahun lalu pada pekan equinoctial, dikatakan bahwa lebih dari 3.000 Ohagi dibuat. Melihat situasi pelanggan, banyak orang "membeli satu set".
Baca juga: Popularitas Taro Kono Meningkat Dibanding 3 Calon Lainnya Usai Debat Kandidat LDP Jepang
"Ini menggelitik psikologi keinginan untuk mencoba berbagai rasa dan menyebabkan peningkatan penjualan," ungkap pemilik Mori no Ohagi, Mori Yuriko.
Kesuksesan toko ini telah menyebabkan penyebaran kue beras evolusioner secara nasional.
"Fakta bahwa itu telah menyebar begitu banyak berarti bahwa kue beras saya itu lezat, jadi saya akan senang jika itu meningkat," tambah Mori.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.