7 FAKTA Nur Sajat, Transgender sekaligus Pengusaha Kosmetik Malaysia yang Sempat Ditahan di Thailand
Pengusaha kosmetik Nur Sajat menjadi pusat perhatian setelah ia ditangkap di Thailand terkait kepemilikan passport yang tidak valid.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Pengusaha kosmetik Nur Sajat menjadi pusat perhatian setelah ia ditangkap di Thailand terkait kepemilikan passport yang tidak valid.
Menurut New Straits Times, Sajat ditangkap oleh imigrasi Thailand pada 8 September 2021.
Sumber mengungkapkan kepada Harian Metro bahwa wanita transgender berusia 36 tahun itu ditangkap di sebuah kondominium mewah di Bangkok, tempat dia tinggal bersama seorang pria.
Sumber tersebut juga menyebut Sajat telah bersembunyi di kediaman itu sejak awal Maret.
Di Malaysia, Sajat dicari karena tidak hadir dalam persidangan Februari tahun ini.
Hakim Mohammad Khalid Shaee kemudian mengeluarkan surat perintah penangkapan.
Baca juga: Thailand Pertimbangkan Deportasi Transgender Nur Sajat ke Malaysia
Baca juga: Paspor Tak Valid, Transgender Malaysia Nur Sajat Ditahan di Thailand, Polisi Cari Cara Memulangkan
Nur Sajat berada di bawah pengawasan ketat otoritas Malaysia sejak 2016, di mana saat itu dia mengumumkan secara terbuka bahwa dirinya seorang wanita.
Sejak itu, Sajat kerap menerima ancaman cyberbullying dan bahkan ancaman kematian.
Nasibnya sebagai trans pun sering diberitakan oleh media internasional.
Dilansir SAYS, ini 7 fakta tentang Nur Sajat.
1. Sajat menyebut dirinya terlahir sebagai "khunsa"
Sajat mulai menerima beragam kebencian setelah dia buka-bukaan soal identitasnya pada April 2016.
Dalam sebuah postingan di Instagram, Sajat mengatakan dirinya dilahirkan sebagai 'khunsa', kata Melayu untuk seseorang yang interseks – yang berarti mereka dilahirkan dengan organ kelamin pria dan wanita.
"Hidup saya dimulai ketika saya lahir pada tahun 1985. Ayah saya adalah seorang angkatan laut Malaysia dan ibu saya adalah seorang asisten laboratorium," katanya seperti dikutip SEISMIK saat itu.
"Saya lahir di sebuah rumah sakit di Lumut, Perak. Di situlah sejarah saya dimulai."
"Pukul 10.30, saya lahir. Dokter, perawat, dan ayah saya kaget dengan kelahiran saya yang luar biasa. Saya punya dua alat kelamin. Saat itu, semua orang panik. Ayah dan ibu saya tidak tahu harus berbuat apa."
Sajat bilang dia dibesarkan sebagai laki-laki, tapi dia selalu lebih suka melakukan apa yang biasanya dilakukan wanita.
Dia pikir itu hal yang normal.
Saat TK, dia menceritakan ketakutannya pergi ke toilet karena teman-temannya mungkin melihat dirinya memiliki dua alat kelamin, berpikir, "Orang-orang akan mengatakan saya cacat nanti."
Karena itu, Sajat menahan diri dari menggunakan toilet selama tahun-tahun sekolah dasar, menyebabkan dia menderita batu ginjal pada usia enam tahun.
Sajat juga menyebutkan di postingannya bahwa dia mengadopsi dua anak, perempuan dan laki-laki.
Dia bersyukur kepada Tuhan atas berkah dan mengatakan dia mencintai anak-anak meskipun dia bukan orang tua kandung mereka.
Astro Awani melaporkan bahwa sebelum posting Instagram, Sajat sudah populer karena dia mulai mengenakan jilbab setelah selamat dari kecelakaan.
Saat ini, akun Instagram Sajat sudah tidak bisa ditemukan lagi.
Dia dulu memiliki setidaknya 1,4 juta pengikut di akun Instagram-nya.
2. Sajat memposting 'surat konfirmasi' yang menyebut bahwa dia sekarang adalah seorang wanita
Sekitar setahun setelah postingannya yang menghebohkan itu, pada Februari 2017, Sajat mengunggah foto 'surat konfirmasi' dari Rumah Sakit Spesialis KPJ Ampang Puteri yang menyatakan bahwa 'Sajjad' kini sudah menjadi perempuan.
"Saya sudah memeriksa yang namanya di atas di Rumah Sakit Spesialis Ampang Puteri, yang sekarang berjenis kelamin perempuan," demikian bunyi surat yang ditandatangani Dr Katheeja Alavi Syed Alavi Thangal.
Saat itu, surat itu banyak diragukan keasliannya.
Upaya verifikasi surat oleh Astro Awani menemukan bahwa dokter itu telah pensiun dari rumah sakit tiga tahun sebelumnya.
3. Sajat mendapat reaksi keras karena mengenakan pakaian salat wanita saat menunaikan ibadah umrah di Mekah
Pada awal Februari 2020, Sajat dikritik karena mengenakan pakaian wanita saat berada di Mekah, kota paling suci dalam Islam.
Saat itu, ia mengunggah foto dirinya mengenakan mukenah dan jubah berhijab, saat berjalan di tanah suci.
Satu foto menangkap anak-anaknya berdiri di depannya dengan Ka'bah di latar belakang.
Tindakannya menyebabkan kegemparan besar dari Mekah dan Malaysia.
Menurut Free Malaysia Today, agen perjalanan yang mengatur perjalanan Sajat mengatakan mereka menginstruksikan Sajat untuk dibawa keluar dari Mekah.
Mereka juga memintanya untuk meminta maaf atas kontroversi tersebut.
Sementara itu, di dalam negeri, Menteri Urusan Islam Datuk Seri Mujahid Yusof Rawa mengatakan tindakan Sajat dapat merusak hubungan antara Putrajaya dan Riyadh, pusat politik dan administrasi Arab Saudi, lapor The Arab News.
Menteri di bawah pemerintahan Pakatan Harapan (PH) juga mengatakan telah meminta Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) untuk memblokir akun media sosial Sajat, lapor The Straits Times.
Mujahid mengklaim tindakan Sajat telah memberikan citra buruk bagi agama dan negara.
Dia juga menyarankan Sajat untuk kembali ke jalan yang benar sebagai seorang pria, lapor Malaysia Gazette.
Saat puncak kontroversi, foto Sajat menarik lebih dari 5.000 komentar, sebagian besar berisi ujaran kebencian.
Sementara itu, cendekiawan Turki terkemuka Mustafa Akyol mendesak otoritas agama di Malaysia untuk membiarkan Sajat.
"Fakta bahwa Nur Sajat pergi umrah menunjukkan bahwa dia setia pada agamanya. Dia juga mungkin tidak mengganggu sesama Muslim di sekitarnya di tanah suci. Jadi, mengapa tidak menghormati cara dia mengidentifikasi dirinya?" kata cendekiawan yang berbasis di AS yang merupakan pendukung kuat kebebasan berbicara di dunia Muslim.
Ia juga mencontohkan bahwa di Iran, operasi ganti kelamin tidak hanya legal tetapi bahkan dianjurkan.
Mustafa mendesak Malaysia untuk tidak mengambil tindakan terhadap Sajat dan bahwa umat Islam perlu mengakomodasi orang-orang trans sebagai bagian dari umat.
4. 122 petugas dikirim untuk "memburu" Sajat setelah ia tidak muncul di pengadilan
Pada 6 Januari, Sajat didakwa berdasarkan Pasal 10(a) Undang-Undang Tindak Pidana Syariah (Selangor) 1995 karena tindakan berpakaiannya dikatakan telah menghina Islam.
Dalam kasus yang disebut-sebut pada 23 Februari, Sajat tidak hadir di pengadilan.
Sebagai tanggapan, Departemen Agama Islam Selangor (JAIS) mengerahkan sekitar 122 personel untuk menemukan dan menangkap Sajat, lapor Malay Mail.
Langkah itu dikritik oleh Justice for Sisters (JFS), mengatakan JAIS telah salah menempatkan semangat mereka untuk menangkap seseorang yang hanya mengekspresikan dirinya.
"Kami heran dengan dana dan sumber daya manusia yang dialokasikan untuk operasi pencarian dan penangkapan terhadap Sajat ini," kata lembaga swadaya masyarakat (LSM).
"Semua tindakan oleh JAIS ini ekstrem dan menunjukkan semangat mereka yang berlebihan dalam menangkap dan menahan Sajat dengan segala cara hanya untuk mengekspresikan dirinya dan identitas gendernya."
JFS juga menyatakan dakwaan Sajat dapat dilihat sebagai tanda pemerintah Selangor mengkriminalisasi dan tidak mengakui trans, interseks, dan non-biner.
Sementara itu, South China Morning Post (SCMP) melaporkan aktivis yang mengatakan bahwa pengerahan lebih dari 100 petugas untuk menemukan dan menangkap Sajat dapat dilihat sebagai langkah untuk mengintimidasi komunitas LGBT di Malaysia.
5. Sajat mengatakan dia ingin melepaskan keyakinannya
Menyusul serangkaian insiden dan perselisihan dengan pihak berwenang, Sajat mengatakan bahwa dia ingin meninggalkan Islam dalam siaran langsung pada awal Maret.
"Saya tidak mengatakan ini sebagai ancaman. Demi nama saya, nama ayah saya, dan nama ibu saya, saya tidak lagi ingin menjadi seorang Muslim. Saya ingin meninggalkan Islam," katanya kepada sekitar 300 orang yang menonton live streaming Instagram-nya.
"Akan lebih baik seperti ini. Saya tidak bercanda, saya serius. Merekalah yang membuat saya ingin keluar dari agama. Mereka semakin menjauhkan saya dari Islam."
"Mereka mengira bahwa hal-hal yang dilakukan dapat memberi saya pelajaran, tetapi tidak."
"Saya menjadi lebih takut, saya merasa lebih baik bagi saya untuk meninggalkan Islam. Karena saya terlahir sebagai seorang Muslim dan saya hanya mengikuti semua yang diajarkan ibu saya, saya melakukannya.. Ternyata... entahlah."
Video itu mungkin yang paling menuai kontroversi hingga saat ini.
SCMP melaporkan bahwa Sajat menerima ancaman pembunuhan setelah video tersebut dipublikasikan.
Media yang berbasis di Hong Kong itu melihat sebuah komentar yang mengatakan bahwa mereka ingin "melempari batu" kepada Sajat.
Aktivis hak asasi manusia mengatakan reaksi publik terhadap video itu "mengkhawatirkan" karena telah terjadi kekerasan dan anacaman pembunuhan terhadap komunitas transgender di Malaysia setiap tahun selama dekade terakhir.
Mengomentari ketidakhadiran Sajat di pengadilan, pengacaranya Zuri Zabuddin Budiman mengatakan kliennya mungkin "takut".
6. Sajat diduga mencari status pengungsi di Australia
Meskipun diketahui secara luas bahwa Thailand ramah LGBT, penangkapan Sajat baru-baru ini oleh pihak berwenang Thailand dilaporkan karena Sajat memiliki paspor yang tidak valid.
Menurut Harian Metro, paspornya telah dicabut oleh otoritas Malaysia.
Saat ini, Sajat telah dibebaskan dengan jaminan setelah membayar RM8.343 untuk pelanggaran terkait imigrasi, yang didakwakan kepadanya di pengadilan Thailand.
Dia harus melapor ke pihak berwenang setiap 14 hari sekali.
Sumber mengatakan kepada harian Melayu bahwa Sajat "mendapatkan izin untuk pindah dan berlindung di Australia".
Dikabarkan saat ini Sajat memegang kartu Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan mengklaim bahwa dia adalah seorang pengungsi.
Sumber tersebut menambahkan bahwa motivasi sebenarnya Sajat untuk melarikan diri ke Australia adalah karena dia menerima ancaman pembunuhan setelah mengumumkan bahwa dia akan meninggalkan Islam.
7. Aktivis membela Sajat dengan hashtag #LeaveSajatAlone dan #FreeSajat
Penangkapan Sajat di Thailand telah memicu gerakan #LeaveSajatAlone dan #FreeSajat.
Di Twitter, artis satir politik Fahmi Reza dan aktivis hak asasi manusia Michelle Yesudas secara terbuka menyerukan pihak berwenang untuk #LeaveSajatAlone.
Sebuah cuitan oleh Marina Mahathir mendapat lebih dari 1.700 likes tentang isu ini.
Putri mantan perdana menteri itu mengatakan dia berharap pihak berwenang Malaysia berupaya keras untuk menemukan putri Indira Gandhi atau pemodal buronan Low Taek Jho saja.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Nur Sajat