PM Ismail Sabri Ajukan Rancangan Malaysia ke-12, Alokasikan Dana Rp1.362 Triliun
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri mengajukan Rancangan Malaysia ke-12. RM400 miliar atau sekitar Rp1.362 triliun dialokasikan
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Sebagai bagian dari tujuan ekonomi berpenghasilan tinggi, perdana menteri telah menetapkan target pendapatan rumah tangga rata-rata mencapai RM10.000 sebulan pada tahun 2025.
Jumlah itu meningkat sekitar 40 persen dari rata-rata RM7.160 saat ini.
Ismail juga menargetkan untuk meningkatkan kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah menjadi 45 persen dari PDB, naik dari 38,2 persen tahun lalu.
Ismail mengatakan kebijakan pemerintah akan terus digerakkan untuk pemulihan tahun ini dan tahun depan.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan kembali ke jalurnya mulai tahun 2023.
Rancangan tersebut diperkirakan akan dibawa ke parlemen pada 7 Oktober mendatang.
Proyek Besar Ismail setelah Menjabat sebagai PM
Rancangan Malaysia ke-12 ini diajukan lebih dari sebulan setelah Ismail dilantik sebagai perdana menteri kesembilan Malaysia, sekaligus PM yang ketiga hanya dalam tiga tahun terakhir.
Dua minggu sebelumnya, Ismail menandatangani perjanjian bipartisan dengan blok oposisi utama Pakatan Harapan untuk melakukan reformasi tertentu.
Koalisi berkomitmen untuk tidak memblokir undang-undang utama di Parlemen seperti anggaran federal yang akan datang ini.
Ismail memimpin aliansi kendur dari 114 anggota parlemen di bangku pemerintah.
Hanya empat kursi yang membuatnya memiliki mayoritas di Parlemen dengan total 222 kursi, di mana dua kursi kosong.
Ismail memimpin pemerintahan yang sama dengan pendahulunya Tan Sri Muhyiddin Yassin, yang mengundurkan diri bulan lalu setelah beberapa anggota parlemen menarik dukungan.
Rancangan Malaysia ke-12 seharusnya diajukan pada Agustus tahun lalu oleh pemerintahan Muhyiddin, tetapi ditunda lebih dari satu tahun karena Covid-19.
Malaysia baru-baru ini mulai melonggarkan pembatasan secara bertahap setelah menghabiskan hampir empat bulan dalam berbagai tahap lockdown yang nampaknya tidak banyak membantu memperlambat penyebaran Covid-19.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)